Dongkrak Ekspor UMKM, Ini Tiga Strategi Utama Menteri Teten

Foto : istimewa

Pasardana.id - Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki membeberkan tiga strategi utama yang akan dan sedang dilakukan untuk meningkatkan ekspor UMKM.

Teten mengatakan, saat ini kontributor ekspor UMKM masih tergolong rendah yakni 14 persen dibanding beberapa negara tetangga, seperti; Thailand 29 persen, Singapura 41 persen, dan Tiongkok 60 persen.
 
"Pada 2024, pemerintah menargetkan kontribusi ekspor UMKM akan meningkat menjadi 21,6 persen," ujar Teten dalam keterangan resmi, Rabu (16/6/2021).

Tiga strategi yang dimaksud, antara lain; Pertama, penguatan database, pemetaan potensi produk maupun pasar melalui basis data tunggal UMKM, preferensi pasar di negara tujuan, jaringan distribusi dan gudang di luar negeri, serta affirmative-action penurunan tarif di negara tujuan dan memperluas kerja sama dagang luar negeri.
 
"Butuh peran aktif Kemenlu, KBI/KJRI, Atase Perdagangan dan ITPC, BKPM, serta beberapa inkubasi ekspor swasta yang sudah kuat," kata Teten.

Kedua, peningkatan kualitas SDM dan produk melalui program pendidikan dan pelatihan, sekolah ekspor (target 500 ribu eksportir), standardisasi dan sertifikasi, dan factory sharing.

“Kami telah membuka pendaftaran bagi UKM yang memenuhi syarat untuk sertifikasi ISO, HACCP, SNI, Organik, FSSC/BRC, dan SVLK,” ujar Teten.
 
Selain itu, bersama Bappenas, tahun ini KemenkopUKM akan melakukan pilot project factory sharing di lima provinsi, dengan rencana awal atau feasibility study (FS) untuk komoditas rotan (Jateng), FS untuk komoditas kelapa (Sulut), FS untuk komoditas sapi (NTT), FS untuk komoditas nilam (Aceh), dan FS untuk komoditas biofarmaka (Kaltim).

Ketiga, kemudahan pembiayaan. Skema pembiayaan UKM untuk ekspor terus dipermudah di antaranya melalui kerja sama dengan beberapa sumber pembiayaan ekspor seperti LPEI/KURBE, LPDB-KUMKM, perbankan/himbara, dan skema alternatif lainnya: crowd funding, modal ventura, dan CSR.

"Skema KUR sebagaimana arahan Presiden terbaru dapat dimanfaatkan: plafon KUR dari sebelumnya maksimum Rp500 juta naik menjadi Rp20 miliar. Dan, KUR tanpa agunan naik dari Rp50 juta menjadi Rp100 juta," tambahnya.
 
Teten mengatakan, digitalisasi harus mampu meningkatkan ekspor produk UMKM ke pasar dunia.

Sayangnya, kata dia, statistik e-commerce 2020 dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, hanya 4,68 persen usaha e-commerce melakukan ekspor, 54,01 persennya adalah usaha di sektor perdagangan besar dan eceran, bukan sektor produktif.
 
Padahal, kata dia, salah satu cara UMKM  mampu bertahan di masa pendemi adalah dengan digitalisasi.

Menurutnya, selama pandemi, terdapat 38 persen pengguna internet baru dengan rata-rata waktu online per harinya 4,3-4,7 jam per orang (Riset Google, Temasek, Bain, 2020).

Bahkan, World Bank menyebutkan, 80 persen UMKM yang terhubung ke dalam ekosistem digital memiliki daya tahan lebih baik.
 
Ia menegaskan, KemenkopUKM akan terus mendorong UMKM Go-Digital dengan dua pendekatan yaitu pertama melalui peningkatan literasi digital, kapasitas, dan kualitas usaha.
 
"Digitalisasi tidak hanya dalam memperluas pasar namun juga di dalam proses bisnisnya, melalui penguatan database (basis data tunggal), peningkatan kualitas SDM, dan pengembangan Kawasan/klaster Terpadu UMKM (factory sharing)," ulas Teten.

Kedua, kata Teten, perluasan pasar digital melalui Kampanye BBI, On-boarding platform pengadaan barang & jasa (LKPP, PaDI), Live Shopping, dan Sistem Informasi Ekspor UMKM.

“Untuk onboarding UMKM, telah bertambah 5 juta UMKM atau total 13,7 juta UMKM sudah terhubung dengan ekosistem digital (21% total populasi UMKM)," tandasnya.