ANALIS MARKET (19/4/2021) : IHSG Memiliki Peluang Bergerak Menguat Terbatas

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pada perdagangan hari Jum’at, 16/04/2021 lalu, IHSG ditutup menguat sebesar 6 poin atau sebesar 0.11% ke level 6.086. Sektor perkebunan, pertambangan, perdagangan, aneka industry, infrastruktur bergerak positif dan menjadi kontributor pada kenaikan IHSG. Sementara investor asing mencatatkan pembelian bersih sebesar 296 miliar rupiah.

Adapun cerita hari ini akan kita awali dari;

1.CHINA IS BACK

Perekonomian China kembali membuktikan bahwa bangkitnya China bukan menjadi sesuatu yang bisa diremehkan oleh banyak pihak. Meskipun pemulihan masih dalam kategori struggle, namun China terus melangkah dengan penuh keyakinan bahwa mereka akan menjadi negara pertama yang memimpin fase pemulihan. Dimana akhirnya seperti yang di proyeksikan IMF bahwa China dan Amerika akan memimpin fase pemulihan dunia. GDP China begitu luar biasa pemirsa, naik dari sebelumnya 6.5% menjadi 18.3% secara YoY untuk Q1 2021. Secara YTD YoY naik dari sebelumnya 2.3% menjadi 18.3%. Retail Sales naik melebihi proyeksi consensus dimana Retail Sales berada di posisi 34.2% lebih tinggi dari konsensus 28%. Data ini memberikan sebuah gambaran bahwa China telah hampir kembali ke jalan yang benar untuk mengejar pertumbuhan ekonomi di tahun ini, dan kami melihat bahwa Q2, Q3, dan Q4 masih akan memberikan kesempatan kepada China untuk menjadi lebih baik. Tentu ini menjadi keuntungan tersendiri untuk kita, karena China dan Amerika kedua negara yang menjadi pemimpin dalam perubahan merupakan mitra dagang jajaran 4 terbesar untuk Indonesia. Tentu ini akan mendorong kita sebagai mitra dagang untuk mendapatkan dorongan positive dari negara yang telah pulih. Pemulihan perekonomian tahun lalu dipimpin oleh investasi yang kuat pada sector real estate dan infrastructure yang mendorong permintaan barang barang industry, sementara itu pesanan mengenai barang barang medis seperti masker, apd, dan electronic mendorong eksport China mengalami peningkatan. Sebelumnya penjualan ritel melemah, sekarang penjualan ritel menunjukkan kenaikkan yang berarti bahwa ada peningkatan konsumsi di sana. Kenaikkan industry kontruksi akan memberikan lebih banyak multiplier effect terhadap konsumsi rumah tangga ke depannya. Secara rata rata pertumbuhan ekonomi dalam kurun 2 tahun, GDP telah naik 5% pada kuartal tersebut, sementara investasi dalam infrastructure telah naik 2.3%. Apakah hanya dalam negeri yang bergejolak pemirsa? Tentu tidak, datangnya investasi dari luar negeri yang masuk ke China hampir 40% pemirsa, atau sekitar $45 miliar dalam kuartal pertama 2021 yang dimana nilai tersebut merupakan yang tertinggi sejak 2002 silam. Meskipun pemulihan ekonomi China struggle, tapi kami melihat hal tersebut sesuatu hal yang wajar. Apapun sektornya, pemulihan satu sector tentu akan memberikan multiplier effect kepada sector berikutnya. Industri jasa sendiri terlihat masih lemah pemirsa, membuktikan bahwa pemulihan masih akan mengalami hambatan, meskipun kedepannya kami melihat bahwa industry jasa pasti akan pulih. Kalau kita mau bandingkan pemirsa, data GDP ekonomi Q1 sekarang, dengan data GDP ekonomi sebelum Corona 2019 silam, pada tahun 2019 lalu GDP China Q1 hanya tumbuh 10.3%, berbeda dengan pertumbuhan GDP Q1 2021 tahun ini yang kenaikkannya begitu luar biasa, meskipun output industry masih belum pulih sepenuhnya. Satu satunya yang harus di khawatirkan adalah berkurangnya dukungan kebijakan moneter Bank Sentral China terhadap pemulihan tersebut. Memang benar, Bank Sentral China tidak akan melakukan perubahan yang signifikan dalam dukungan moneternya namun pengetatan lebih awal masih sangat memungkinan terjadi. Apalagi Bank Sentral China telah meminta exposure terhadap pinjaman mulai di kurangi, sebagai salah satu upaya untuk mengendalikan penggelembungan asset. Apalagi kenaikkan harga rumah yang mengalami pertumbuhan tercepat dalam kurun waktu 7 bulan, membuat China akan lebih waspada terkait hal tersebut. Kami berharap bahwa Bank Sentral China membiarkan terlebih dahulu pemulihan berlangsung hingga tuntas, sebelum melakukan perubahan kebijakan yang justru dapat mempengaruhi proses pemulihan tersebut. Perekonomian masih akan pulih, hanya saja seberapa cepat proses itu terjadi pemirsa. Apalagi China juga terus mendorong distribusi vaksin dan dapat diberikan kepada masyarakatnya agar pemulihan dapat berjalan lebih cepat dari yang diperkirakan. Perekonomian akan terus mencoba meraih momentum pada Q2 mendatang, namun jangan lupa kebijakan moneter dan fiscal kami harapkan dapat mendukung pemulihan China tersebut, agar proses tersebut dapat selesai dengan baik.

2.SEBUAH PERTEMUAN, SEBUAH HARAPAN

Mengawali pekan ini, pelaku pasar akan terfokus pada keputusan Bank Indonesia terhadap kebijakan moneternya yang rencananya akan disampaikan pada hari Selasa 20 April 2021. Saat ini pelaku pasar mencermati upaya Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai tukar. Jika mengacu kinerja rupiah secara YTD telah terdepresiasi 3.99% dimana aksi jual investor asing pada pasar obligasi dan pasar saham menjadi trigger terhadap pelemahan tersebut. Bank Indonesia saat ini terus mendorong pasar keuangan serta perbankan untuk dapat menjadi garda terdepan pemulihan ekonomi nasional. Kali ini, Bank Indonesia berupaya mendorong akselerasi digitalisasi dan keuangan nasional. Upaya tersebut dilakukan melalui pengembangan BI Fast yang merupakan infrastruktur system pembayaran ritel real time dan tersedia sepanjang waktu, serta penyusunan Open API Pembayaran atau Application Programming Interface. Deputi Gubernur BI Doni P. Joewono menyampaikan kedua inisiatif tersebut merupakan implementasi dari Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia 2025 dalam menyediakan infrastruktur system pembayaran ritel yang cepat, serta mewujudkan industri penyelenggara sistem pembayaran yang inovatif, kolaboratif dengan standar keamanan yang tetap terjaga. Doni mengatakan, pengembangan dan implementasi BI Fast dan Standar Open API Pembayaran membutuhkan partisipasi, kolaborasi serta komitmen berbagai pihak untuk mewujudkan transformasi digital yang efektif dan sustainable dalam menyediakan layanan pembayaran yang mampu menjawab kebutuhan masyarakat di era digitalisasi. BI Fast merupakan infrastruktur sistem pembayaran ritel nasional yang dapat memfasilitasi pembayaran ritel menggunakan berbagai instrumen dan kanal pembayaran secara real time. Tahapan BI Fast saat ini berada pada fase pengembangan. BI targetkan layanan transfer kredit individual akan diimplementasikan pada akhir 2021. Bank Indonesia meyakini sinergi antara Pemerintah dan otoritas terkait guna memperkuat ekonomi digital dapat meningkatkan transaksi ekonomi digital yang pada akhirnya ikut meningkatkan aktivitas ekonomi di sector e-commerce, uang elektronik dan bank digital. Bank Indonesia memproyeksikan potensi kenaikan sebesar 33% pada e-commerce dari Rp 253 triliun menjadi Rp 337 triliun. Selain itu, transaksi uang elektronik diproyeksikan naik 32% dari Rp 201 triliun menjadi Rp 266 triliun. Transaksi digital melalui digital banking diperkirakan tumbuh 19% dari Rp 27.000 triliun menjadi Rp 32.200 triliun. Sementara itu, Menkominfo Johnny G. Plate mengatakan valuasi ekonomi digital Indonesia akan mencapai US$130 miliar pada 2025, dari US$44 miliar pada 2020. Sehingga dengan strategi tersebut menjadikan Indonesia negara dengan pasar ekonomi digital terbesar di kawasan Asia Tenggara. Dan ini membuktikan pemirsa, bahwa kita membutuhkan beberapa calon emiten yang berbasiskan teknologi untuk dapat melantai di Bursa Efek Indonesia, untuk menjaga antusiasme pelaku pasar kedepannya.

“Berdasarkan analisa teknikal, kami melihat saat ini IHSG memiliki peluang bergerak menguat terbtas dan ditradingkan pada level 6.049 – 6.119. IHSG masih berada di level support area 6.075, hati hati arus dapat berbalik arah seketika,” beber analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Senin (19/4/2021).