Kepada Investor UEA, Presiden Jokowi Tegaskan Akan Melarang Ekspor Produk Mineral Mentah
Pasardana.id - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan, pemerintah Indonesia akan terus berkomitmen untuk melakukan hilirisasi dan menghentikan proses ekspor produk mineral mentah ke pasar internasional.
Hal tersebut disampaikannya saat menanggapi rencana Emirates Global Alumunium (EGA) untuk menanamkan modalnya di Indonesia bermitra dengan PT Inalum (persero).
"Kami akan terus melarang ekspor produk mineral mental, setelah alumunium dan nikel, mungkin nanti tembaga, ini agar investor membangun industri nilai tambah di Indonesia," ujar Presiden seperti dilansir dalam keterangan tertulis, Minggu (07/11/2021).
Sebagai informasi, Pemerintah Indonesia mendapatkan komitmen investasi selama kunjungan di Uni Emirat Arab (UEA) secara keseluruhan sebesar USD44,6 miliar atau Rp641,2 triliun (kurs Rp14.377 per USD).
Salah satu komitmen investasi dicapai saat Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mendampingi Presiden Jokowi pada kegiatan Forum Bisnis Indonesia-UEA.
Pertemuan bisnis ini dihadiri oleh sembilan perusahaan UEA yang sudah memiliki minat investasi ke Indonesia baik untuk investasi baru maupun untuk perluasan.
Disampaikan Jokowi, ada tiga sektor pembangunan di Indonesia yang bisa dijadikan prioritas kerja sama antara Indonesia dan Uni Emirat Arab (UEA), yaitu pembangunan ibu kota baru Indonesia, investasi bidang transisi energi dan perdagangan melalui kerja sama Persetujuan Kemitraan Ekonomi Komprehensif (CEPA).
Sementara itu, meneruskan arahan Presiden Jokowi, Menteri Investasi/Kepala BKPM, Bahlil Lahadalia menyatakan kesiapannya, untuk menyambut investasi dari UEA dengan menekankan pada tiga poin, yaitu; investasi energi terbarukan, investasi membangun industri yang berbasis pengelolaan lingkungan yang baik, dan investasi dengan kolaborasi yang baik.
"Dalam rangka melakukan respon cepat untuk mewujudkan konsep investasi bersama antara Indonesia dan UEA, kami telah diperintahkan mengurus seluruh hal terkait perizinan dan fasilitasi lain yang dibutuhkan investor UEA di Indonesia. Di bawah pimpinan Presiden serta Menko Kemaritiman dan Investasi, kami akan melakukan percepatan-percepatan untuk mewujudkan visi besar kedua negara," tegas Bahlil.
Berdasarkan data Kementerian Investasi/BKPM, realisasi investasi asal UEA di Indonesia pada Januari-September 2021 sebesar USD7,8 juta.
Sementara akumulasi realisasi investasi asal UEA di Indonesia sejak 2016 sampai dengan kuartal III 2021 mencapai USD250,7 juta dan berada di peringkat ke-27.
"Investasi asal UEA didominasi sektor Tanaman Pangan dan Perkebunan dengan total realisasi sebesar USD109,0 juta atau 43,5 persen, serta 71 persen total realisasi investasi UEA di Indonesia berlokasi di luar pulau Jawa," pungkas Bahlil.
Sementara itu, Menteri Energi dan Industri UEA, Suhail Mohammed Al Mazrouei yang mewakili pemerintah UEA mengatakan, pihaknya ingin bekerja sama dengan Indonesia, bukan hanya karena Indonesia yang besar dengan komunitas muslim terbesar, namun Indonesia punya kapabilitas, sumber daya serta posisi strategis di tatanan internasional.
"Kami memiliki target yang tinggi dari kerja sama yang ditandatangi hari ini. Pemerintah UEA memiliki minat tersendiri akan pembangunan ibu kota baru Indonesia. Di samping itu, kami juga melihat minat dari sektor swasta UEA. Kami memerlukan bimbingan dari Presiden Jokowi dan jajaran menteri agar komitmen kami dapat terwujud dengan baik," ujar Suhail.
Sejumlah perusahaan yang hadir menyampaikan komitmennya untuk menanamkan modal di Indonesia melalui perjanjian b-to-b (business-to-business), di antaranya; Al Dahra Group (dairy products), Yas Holding (agriculture), Emirates Global Alumunium (smelter alumunium), Damac Properties (properti), dan AMEA Power (energi terbarukan).