ANALIS MARKET (04/01/2021) : Pasar Obligasi Berpotensi Alami Penurunan Imbal Hasil
Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, tahun baru, harapan baru, seri obligasi benchmark pun baru.
Tidak tanggung tanggung, obligasi acuan kali ini untuk obligasi acuan 15y dan 30 akan diambil dari penerbitan surat utang terbaru yang akan dilakukan melalui lelang pada hari Selasa mendatang.
Tentu hal tersebut akan menjadi perhatian, seberapa besar nantinya kupon akan diberikan. Mengingat tingkat suku bunga Bank Indonesia yang sedang berada di titik terendah, tentu hal ini akan mendorong kupon keduanya pun akan berada di nilai yang rendah.
Tentu ini menjadi sebuah keuntungan tersendiri bagi pemerintah, pasalnya kupon tersebut akan meringankan pembayaran bunga yang akan diberikan oleh pemerintah, apalagi pemerintah masih membutuhkan hutang pada tahun 2021 ini untuk membantu proses pemulihan.
Tidak hanya itu, target baru mengenai lelang pertama pada tahun 2021 pun tidak main main, Rp 52.5 T akan menjadi incaran pertama kali bagi pemerintah, sehingga mendorong total penawaran yang masuk akan berkisar Rp 75 T – Rp 100 T.
Nah, pertanyaannya adalah seberapa besar si kupon yang akan diberikan oleh pemerintah terkait dengan seri baru tersebut?
Eits, simpan untuk besok untuk pertanyaan yang satu ini ya.
Terkait dengan potensi penurunan imbal hasil obligasi, tentu ini menjadi sesuatu yang menarik. Namun kenaikkan jumlah korban wabah virus corona juga mencuri perhatian, karena dikhawatirkan jenis baru tersebut memberikan tekanan terhadap proses pemulihan perekonomian. Sejauh mana pasar mentoleransi, sejauh itu pula imbal hasil obligasi akan tetap berada di rentang 5% - 6% tahun ini untuk obligasi 10y.
Semakin rendahnya imbal hasil obligasi, akan semakin mendorong penerbitan obligasi korporasi menjamur tahun ini, khususnya bagi obligasi korporasi yang memiliki peringkat A – hingga A+.
Namun dengan catatan, bahwa pemulihan perekonomian sesuai rencana lho ya. Kalau tidak sesuai rencana, sampai botak pun sepertinya obligasi korporasi akan cenderung menahan penerbitan obligasi ditengah tingginya ketidakpastian perekonomian.
“Kami merekomendasikan beli,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Senin (04/01/2021).
Adapun cerita untuk awal tahun 2021 ini, akan kita awali dari;
1.HALUSINASI VS REALISASI
Sebuah kenyataan pada akhirnya selalu menjadi lebih pahit dari apa yang dibayangkan. Ditengah kehadiran kabut yang bernama ekspektasi dan harapan pada tahun 2021 mendatang, ternyata kabut tersebut semakin lama semakin tipis, dan menjauh dari kenyataan. Jenis baru virus corona telah menyebar di China, Brazil, dan Turki saat ini. Di Jepang sendiri Perdana Menteri Jepang, Yoshihide Suga akan memberikan pemaparan terkait dengan rencana baru Jepang untuk melawan wabah virus corona dalam conference press yang akan diadakan hari ini. Pemerintah pusat masih menahan diri untuk tidak melakukan pengumuman darurat di Tokyo dan 3 prefektur lainnya. Pemerintah pusat saat ini masih mempertimbangkan untuk melakukan perubahan terhadap beberapa hal dalam pembuatan undang undang untuk mengatasi penyebaran virus corona. Apabila Undang Undang tersebut masih belum effective dalam memberikan pengendalian wabah virus corona maka pengumuman situasi dan kondisi darurat mungkin menjadi salah satu yang akan dilakukan oleh Suga kedepannya. Amendment Undang Undang tersebut akan mengatur lebih lanjut terhadap peraturan bar dan restaurant dalam mematuhi instruksi untuk tutup lebih awal. Setiap perubahan tersebut membutuhkan persetujuan Parlemen yang dijadwalkan akan melakukan pertemuan pada tanggal 18 January mendatang. Pemerintah pusat sejauh ini akan meminta Tokyo, Kanagawa, Chiba, dan Saitama untuk berhenti menawarkan minuman alcohol diatas jam 7 malam, dan meminta restaurant dan bar untuk tutup pada pukul 8 malam. Sejauh ini Jepang telah mencatat 816 kasus baru dalam 1 hari yang sama dan kenaikkan tersebut sesuatu yang buruk sejak bulan Mei terakhir. Sebagai informasi terakhir mengenai perkembangan wabah virus corona, Yunani juga terus melakukan perpanjangan lockdown dalam kurun waktu 48 jam kedepan, yang dimana Irlandia juga terus mengalami kenaikkan jumlah korban yang terinfeksi. Tidak hanya itu saja, rumah sakit di Inggris telah mulai mengalami kesulitan karena tingkat infeksi yang terjadi di Inggris mengalami lonjakan. Sementara itu ditengah penyebaran wabah virus corona terbaru di India, Pemerintahan India sudah memberikan persetujuan untuk memberikan vaksin yang dikembangkan oleh AstraZeneca dan University of Oxford. Covid 19 jenis baru pun sudah mulai memasuki Amerika dan berpotensi mendorong kenaikkan jumlah wabah virus corona dalam kurun waktu beberapa bulan mendatang. Beberapa perkiraan mengatakan bahwa jenis baru tersebut mungkin sudah memberikan tingkat infeksi sekitar 1% dari jumlah korban yang terinfeksi virus corona. Ditengah potensi pemulihan, kami melihat bahwa proses tersebut tidak seindah yang dibayangkan sebelumnya. Berat, namun bukan sesuatu yang mustahil untuk dilakukan. Semua pihak harus bahu membahu untuk mendorong terciptanya pengendalian wabah virus corona, karena untuk mengambil keputusan lockdown bukanlah hal yang mudah karena dampaknya juga harus diperhitungkan, apakah lebih kepada penyelesaian masalah atau justru menambah masalah. Selama lockdown diberlakukan namun mobilitas masyarakat tidak di kendalikan, maka hanya akan mengorbankan perekoomian.
2.TIDAK BURUK!
Akhir tahun 2021 ditutup dengan melemanya IHSG secara YTD sebesar sebesar -5.09%. Investor asing mencatatkan penjualan bersih sebesar Rp 54 triliun dengan saham – saham yang mayoritas yang dijual sepanjang tahun 2020 diantaranya TLKM, BBNI, INCO, BBRI, TOWR dan mayoritas saham yang dibeli diantaranya BNLI, SMMA, MDKA, MNCN, INKP. Mengacu pada data historis penguatan terbesar dari IHSG sepanjang tahun 2020 dipimpin oleh sektor Kesehatan sebesar 12.2% dan industry dasar sebesar 9.9%. Kami melihat ekspektasi yang cukup tinggi terhadap kinerja keuangan emiten yang berada pada industry kesehatan berdampak pada kenaikan harga saham, hal ini seiringan dengan meningkatnya permintaan di tengah pandemic. Dilain sisi, membaiknya kinerja keuangan di kuartal III merefleksikan adanya kenaikan dari permintaan dan yang meningkatkan produksi industry, pelaku pasar juga merespon kembalinya PMI manufaktur ke arah ekspansi, sehingga hal ini dinilai ikut memberikan dampak pada kenaikan saham di industry dasar. Pandemi dari virus corona memberikan tekanan yang cukup signifikan pada perekonomian dunia di sepanjang tahun 2020. Lockdown menjadi opsi dimana aktivitas manufaktur dipaksa untuk menghentikan operasional yang berdampak pada lemahnya permintaan yang tercermin pada penurunan ekspor dan impor. Stimulus dari pemerintah serta bank sentral menjadi harapan terhadap membaiknya pemulihan ekonomi. Kinerja perekonomian Indonesia terkoreksi cukup signifikan pada semester I 2020 sebesar -5.32%, pelonggaran PSBB pada kuartal III memberikan sedikit dorongan terhadap membaiknya ekonomi di kuartal III dimana pada kuartal III pertumbuhan ekonomi terkoreksi -3.49% YoY. Realokasi dana di APBN menjadi pilihan guna menjaga perekonomian di tengah pandemi. Dari hasil penghematan selanjutnya dana dialokasikan menjadi tiga stimulus. Pertama, stimulus sebesar Rp8,5 triliun yang diluncurkan pada Februari 2020. Anggaran tersebut ditujukan untuk penguatan ekonomi domestik melalui akselerasi belanja negara dan mendorong kebijakan belanja padat karya. Stimulus fiskal diberikan ke sektor industri yang terdampak. Kedua, stimulus sebesar Rp22,5 triliun pada Maret 2020. Dana ini difokuskan untuk mendukung daya beli masyarakat dan mendorong kemudahan ekspor - impor melalui stimulus fiskal dan non-fiskal, serta kebijakan sektor keuangan. Ketiga, stimulus sebesar Rp405,1 triliun pada Maret 2020. Stimulus ini fokus untuk kesehatan masyarakat dan perlindungan sosial, serta stabilitas sistem keuangan. Terdapat penambahan dengan akumulasi dana menjadi Rp 695,2 triliun atau setara 4,2% PDB pada stimulus ketiga. Hal ini seiringan dengan komitmen pemerintah dalam mencapai 5 program prioritas yang diarahkan pada reformasi struktural di Indonesia. Pada tahun 2021 pemerintah merencanakan strategi untuk mendorong industry, pariwisata dan investasi guna menyerap tenaga kerja dan memulihkan perekonomian. Pertumbuhan ekonomi diproyeksikan mencapai 5,0% pada 2021.

