ANALIS MARKET (08/9/2020) : Pasar Obligasi Diperkirakan Bergerak Menguat

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pada akhirnya pasar obligasi mendapatkan kekuatan dari data cadangan devisa yang keluar positive kemarin.

Meskipun rentang pergerakan masih dapat diukur, tapi ini menjadi sebuah tanda bahwa pasar obligasi terkonfirmasi mulai mencoba untuk bergerak menguat.

Ditengah penurunan Credit Default Swap sejak bulan Maret, tentu membuat pelaku pasar dan investor melihat bahwa tingkat resiko berinvestasi di Indonesia juga mengalami penurunan.

Tentu hal ini memberikan angin positive terkait dengan pergerakan pasar obligasi Indonesia, apalagi capital inflow mulai masuk ke dalam pasar obligasi meskipun masih dalam jumlah yang kecil.

Aura positive ini penting untuk mendorong pasar obligasi pada lelang konvensional pada hari ini.

“Kami melihat pelaku pasar dan investor masih akan menaruh minat yang lebih besar kepada obligasi berdurasi jangka pendek untuk mengurangi tingkat volatilitas,” jelas analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Selasa (08/9/2020).

Oleh sebab itu, lanjutnya, seri seri obligasi jangka pendek yang kebetulan seri terbaru masih akan mencuri perhatian, apalagi nominal outstanding-nya masih kecil, sehingga pemerintah masih akan terus menerbitkan obligasi baru di seri seri pamungkas berdurasi jangka pendek.

Total penawaran di prediksi masih berkisar di atas Rp 75 T, lebih rendah dari Rp 75T akan menunjukkan bahwa pasar pesimis terkait dengan pasar obligasi dalam negeri, hal tersebut yang diperlihatkan oleh yield curve yang mulai flat. Pemerintah juga diperkirakan masih akan menyerap berkisar Rp 22 T – Rp 25 T, lebih dari itu akan mendorong penguatan pasar obligasi.

Lebih lanjut analis Pilarmas menilai, diperdagangan Selasa (08/9) pagi ini, pasar obligasi diperkirakan akan bergerak menguat, dan akan semakin menguat apabila hasil lelang juga menunjukkan sisi optimis.

Adapun gosip di hari Selasa ini akan kita awali dari;

1.AMERIKA & CHINA, DUA RASA YANG BERBEDA

Pemerintah Trump kembali menuang bensin ke dalam hubungannya dengan China ditengah situasi dan kondisi mendekati pemilu yang akan diadakan sebentar lagi di Amerika. Presiden Trump mengatakan akan memberikan sanksi terhadap perusahaan Amerika yang menciptakan lapangan pekerjaan di luar negeri dan melarang mereka semua untuk berbisnis dengan China apalagi untuk memenangkan kontrak pemerintah. Trump mengatakan bahwa kami akan memproduksi pasokan pasokan, khususnya manufacture yang penting di Amerika, dan kami juga akan membuatkan kredit pajak untuk barang barang Made in America. Tidak hanya itu saja, Trump juga akan memberlakukan tarif kepada perusahaan yang meninggalkan Amerika dan menciptakan lapangan kerja di China atau negara lain. Trump mengatakan bahwa ketika perusahaan perusahaan tersebut tidak dapat melakukannya di Amerika, biarlah mereka membayar pajak yang lebih besar untuk membangunnya di tempat lain dan mengirimkannya ke Amerika. Trump akan melakukan larangan khususnya terkait kontrak federal dari perusahaan yang melakukan outsourcing dengan China. Reaksi Trump ini tidak lain dan tidak bukan adalah bahwa Trump mulai menerima ide atau gagasan untuk memisahkan perekonomian Amerika dengan China. Trump dengan Tegas mengatakan bahwa dirinya akan mengakhiri ketergantungan Amerika kepada China, karena Amerika tidak dapat mengandalkan China dan Trump tidak ingin China membangun militer seperti yang mereka sedang bangun saat ini, dan menggunakan uang Amerika untuk membangun militer dengan kemampuan yang lebih baik. Kami sebetulnya sedikit bingung, padahal kan setiap negara berhak untuk memperkuat basis militernya untuk menjaga kedaulatan negaranya, dan bagaimana cara negara tersebut membangunnya termasuk uangnya dari mana tentu itu semua kembali ke negara tersebut. Tampaknya antara keepoh dan cemburu beda tipis pemirsa, mungkin itu yang dirasakan Trump karena gelisah menjelang pemilu. Kami melihat apabila Trump terpilih, tampaknya Trump akan kembali memasukkan permasalahannya dengan China pada periode kedua nanti. Trump mengatakan bahwa jika Biden menang, maka China juga akan menang dan mereka akan memiliki negara ini. Trump menambahkan bahwa pemilihan Presiden merupakan pemilihan yang paling penting dalam sejarah Amerika. Dan dibawah pemerintahan saya, Amerika akan menjadi negara adidaya manufacture untuk dunia, oleh karena itu Trump akan mengakhiri ketergantungan Amerika dengan China untuk selamanya. Trump memberikan gambaran yang lebih jelas bahwa Biden berpotensi untuk menjadi alat China, apalagi ditambah bahwa Trump juga selalu menyalahkan China terkait dengan penyebaran virus corona. Namun demikian, bagaimanapun juga Trump tetap dipandang gagal menangani virus corona oleh masyarakat Amerika. Tapi apakah China diam saja? Tentu tidak. Setelah sebelumnya Amerika bersiap untuk memberikan pembatasan ekspor terhadap SMIC ditambah lagi dengan apa yang disampaikan Trump di atas tadi, China gerah! China mengecam pemerintah Amerika terkait dengan pembatasan ekspor tersebut. Departement Pertahanan Amerika masih mempertimbangkan untuk menambahkan SMIC ke dalam Daftar Entitas Departement Perdagangan, yang dimana tentu saja hal tersebut akan membuat SMIC kesulitan untuk mendapatkan suku cadang yang dibuat oleh Amerika. Juru bicara Kementrian Luar Negeri China, Zhao Lijian menuduh Amerika telah melakukan hegemoni secara terang terangan, hal yang sama pernah dahulu kala juga dituduhkan juga terkait hegemoni dari Amerika ke China. China juga dengan tegas menentang hal tersebut! China akan membuat sikap yang lebih serius terhadap penindasan Amerika yang tidak beralasan kepada China. Untuk jangka waktu tertentu, Amerika telah mengeneralisasi apa yang dimaksud dengan konsep keamanan nasional, dan menggunakan kekuasan negara untuk memberikan batas terhadap perusahaan China. Zhao menambahkan bahwa apa yang dilakukan oleh Amerika tidak seperti yang disampaikan terkait dengan persaingan sehat yang selama ini selalu di banggakan Amerika. Masalah ini tidak hanya melanggar aturan perdagangan internasional, rantai industry global, rantai pasokan & nilainya, tetap juga merusak kepentingan nasional dan citra diri dari Amerika itu sendiri. Akibat perseteruan ini, saham SMIC turun lebih dari 23% pada hari Senin kemarin. Dari penglihatan kami, tentu saja kami melihat hubungan yang sudah tidak sehat. Meskipun memang ada kesepakatan tahap pertama yang sudah ditandatangani, namun itu bukan berarti bahwa hubungan antara Amerika dan China baik baik saja. Buktinya saat ini mereka sudah tidak lagi harmonis, dan bukan tidak mungkin impact yang ditimbulkan keduanya mampu mengirimkan gelombang ketidakpastian terkait dengan perekonomian dunia. Apalagi dunia saat ini tengah melakukan pemulihan perekonomian, namun tidak bisa sendiri, harus bersama sama, bahu membahu untuk menciptakan pemulihan yang lebih cepat. Kalau memang tidak bisa bersama, mungkin berpisah lebih baik, du ileee #berpisahdenganbangga. Karena kami melihat bahwa hal tersebut tidak bisa seperti ini terus menerus kedepannya, karena hanya akan menciptakan situasi dan kondisi yang diliputi oleh ketidakpastian, sedangkan perekonomian masih akan terus berjalan. Tentu seperti yang kami bahas beberapa waktu yang lalu, mungkin China akan menjadi pihak yang paling terluka apabila mereka benar benar berpisah. Namun bukan berarti China tidak bisa berdiri dikedua kakinya sendiri. Memang membutuhkan waktu, tapi percayalah, tidak akan lama untuk China bisa bangkit untuk menjadi negara yang lebih baik.

2.BANK CHINA SIAP MENERBITKAN OBLIGASI

Bank Bank di China mulai berencana untuk menerbitkan obligasi pada bulan September untuk mengisi kembali modal yang mulai mengalami pelemahan akibat pinjaman yang berbunga rendah untuk menopang bisnis yang mengalami kesulitan akibat wabah virus corona yang dimana memberikan impact menurunnya pendapatan pada bank bank tersebut. Mungkin penerbitan obligasi kali ini dapat memecahkan rekor. Industrial & Commercial Bank of China Ltd sebagai pemberi pinjaman terbesar di dunia yang dimana merupakan 3 dari Bank yang ingin menerbiktan obligasi sudah membuat rencana untuk menerbitkan obligasi senilai 195 miliar yuan atau $28.5 miliar. Penerbitan obligasi itu sendiri akan menjadi penerbitan tertinggi kedua yang pernah ada di China. Industrial & Commercial Bank di China merupakan salah satu bank yang ditugaskan untuk membantu perekonomian usaha China yang tengah mengalami permasalahan sejak corona melanda. Bank bank di China tengah berada di bawah tekanan akibat menyediakan pinjaman murah, memperpanjang masa pembayaran, menaikkan jumlah pinjaman sehingga mendorong kenaikkan tingkat resiko. Saat ini Bank perlu menyiapkan persiapan jangka panjang untuk menstabilkan kualitas asset mereka, dan menjaga modal inti dari bank tersebut, dan bank juga masih harus berjibaku terkait dengan meningkatnya NPL yang diakibatkan oleh kesulitan pembayaran oleh para peminjam. Sejauh ini Bank masih berupaya untuk memenuhi persyaratan minimum dengan tingkat margin yang aman, namun 4 bank besar di China masih mengalami kekurangan $225 miliar untuk memenuhi aturan modal global yang akan dimulai pada awal tahun 2025. Kesenjangan tersebut dapat meningkat lebih dari $900 miliar dalam beberapa tahun ke depan karena permasalahan ekonomi dapat membebani pendapatan. Tidak hanya Industrial & Commercial Bank of China, ICBC dan China Guangfa Bank Co juga akan menerbitkan obligasi tier 3 sebesar 60 miliar yuan dan 45 miliar yuan. Bank of Communications Co juga akan menerbitkan 30 miliar yuan dari penjualan obligasi, sementara itu Bank Tabungan Pos China Co tidak mau kalah dengan menerbitkan obligasi senilai 60 miliar yuan. Sejauh ini beberapa Bank masih menghadapi persetujuan terhadap regulasi. Ditengah membludaknya penerbitan surat utang, tentu yang jadi pertanyaan adalah apakah investor mau untuk menyerap surat utang tersebut ditengah situasi dan kondisi yang penuh dengan tekanan seperti sekarang ini? Tentu mereka akan berpotensi menyerap, namun yang jadi permasalahan adalah kemungkinan akan terbatas. Kami cukup khawatir dengan situasi dan kondisi yang terjadi di China terkait dengan bidang perbankan, namun Xiao Yuanqi, juru bicara regulator perbankan China mengatakan bahwa tidak peduli bagaimana pandemic dan ekonomi akan menghadapi tekanan, tapi mereka akan memastikan bahwa bank akan memiliki fondasi permodalan yang kuat. Liu Guoqiang, wakil gubernur Bank Sentral China juga mengatakan bahwa Bank Sentral akan melakukan koordinasi terkait dengan beberapa department untuk memastikan Bank memiliki modal yang cukup. Meskipun begitu, penurunan perekonomian China dalam kurun waktu 40 tahun terakhir memang membuat perbankan China cukup menemui kesulitan untuk menopang perekonomian tersebut sehingga sampai harus menerbitkan obligasi. Tentu harapannya adalah bahwa hal tersebut tidak terjadi dengan Indonesia. Oleh sebab itu penyerapan PEN yang lebih cepat, ditambah dengan pengendalian penyebaran corona, dapat memberikan jaminan perekonomian dapat pulih lebih cepat. Karena inti dari permasalahan dapat di kendalikan.

“Kami merekomendasikan ikuti lelang hari ini,” tandas analis Pilarmas.