ANALIS MARKET (21/9/2020) : IHSG Memiliki Peluang Bergerak Bervariatif Dengan Potensi Menguat

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id - Pada perdagangan hari Jumat lalu, 18/09/2020, IHSG ditutup menguat 20 poin atau 0,41% menjadi 5,059. Sektor perdagangan, infrastruktur, industri dasar, property, pertambangan bergerak positif dan menjadi kontributor terbesar pada penguatan IHSG kemarin. Investor asing membukukan penjualan bersih sebesar 999 miliar rupiah.

Adapun cerita hari ini akan kita awali dari;

1.STRATEGI ALA CHINA

China mulai menyiapkan strategi inti terkait dengan rencana pengembangan perekonomian kedepannya. Rencana besar China tersebut akan dihelat pada tahun 2021 dimulai dari mendorong peningkatan cadangan minyak mentah, komoditas logam, dan barang barang pertanian. China sudah belajar banyak dari tekanan yang diberikan oleh Amerika selama beberapa tahun terakhir, dan bukan hanya Amerika yang menekan China, sekutu Amerika pun juga turut menekan China, justru membuat China bersiap lebih matang lagi dalam pelajaran berikutnya. Oleh sebab itu, China membekali dirinya terlebih dahulu agar seperti apapun gangguan terkait dengan pasokan, perekonomian China akan tetap berjalan seperti biasa. Lebih detail lagi pada bulan depan, China akan memberikan penjabaran yang lebih detail terkait dengan strateginya untuk menatap tahun 2021 – 2025 yang dimana China sudah menyampaikan akan mendorong peningkatkan konsumsi domestic dan membuat teknologi yang lebih canggih bagi industry dalam negeri. Menjaga persediaan makanan, bahan bakar, dan material merupakan prasyarat yang harus dipenuhi China apabila ingin menjadi negara yang lebih mandiri. Kekhawatiran China yang selama ini berada di sector energi dan ketahanan pangan akan menjadi salah satu permasalahan yang akan diselesaikan. China akan terfokus untuk membangun tempat persediaan, agar kapasitas cadangan menjadi lebih terjaga apabila sesuatu terjadi. Rencana pembangunan tempat cadangan tersebut termasuk penampungan minyak mentah khususnya didaerah yang terpencil. Target China adalah mengumpulkan cadangan minyak setara dengan 90 hari impor bersih yang dapat diperluas hingga 180 hari. Sebagai langkah pertama, China sedang mempertimbangkan proposal untuk mempercepat pengadopsian energi bersih, karena sejauh ini di seluruh dunia mulai mengurangi emisi gas rumah kaca. Tujuan China saat ini adalah memperoleh 20% penggunaan energi primernya dari bahan bakar non fosil pada tahun 2030 nanti. Oleh sebab itu ada keinginan bagi China untuk memangkas pasar batubaranya dalam bauran energi menjadi 52% pada tahun 2025, dari sebelumnya 57.5% yang telah direncanakan sebelumnya pada akhir tahun ini. Nah rencana ini tentu sedikit banyak akan mempengaruhi ekspor batubara kita ke China dalam beberapa waktu mendatang, oleh sebab itu sudah saatnya kita juga memiliki rencana terkait hal tersebut agar tetap dapat menjaga pasar ekspor kita tetap terjaga. Kebijakan mengenai energi terbarukan merupakan sebuah langkah awal dari China untuk mulai pertumbuhan ekonomi dalam negeri, mengenalkan kepada dunia energi terbarukan, dan yang paling terpenting adalah mengurangi efek dari global warming. Sebagai informasi, China menghasilkan karbon lebih banyak sejak mulai pertengahan tahun 2010, bahkan lebih banyak kalau kita bandingkan dengan Amerika dan Eropa dijadikan satu. Namun Peng Peng, Sekretaris Jenderal Aliansi Pembiayaan dan Investasi Energi Terbarukan dari China mengatakan bahwa meskipun China menggunakan energi terbarukan dengan mengurangi pemakaian energi kotor seperti Batubara, hal tersebut belum tentu berarti bahwa konsumsi bahan bakar fosil akan mengalami penurunan, karena total kebutuhan listrik akan mengalami peningkatan seiring dengan pertumbuhan ekonomi. Meskipun China tengah melakukan transisi ke energi terbarukan, China tetap akan menjadi penambang dan konsumen batu bara terbesar di dunia, porsi bahan bakar non fosil mengalami kenaikkan hingga 15.3% pada tahun 2019, diatas dari target yang sudah ditetapkan sebelumnya. Kami melihat sesuatu yang menarik mungkin akan terjadi pada bulan depan yang dimana China akan memberikan gambaran yang lebih luas terhadap strateginya kali ini karena kami melihat keinginan yang sungguh sungguh dari China untuk menjadi lebih mandiri tanpa bergantung terhadap negara lain. Ini menjadi kunci kesuksesan China di masa depan.

2.SUGA BERAKSI

Yoshihide Suga, Perdana Menteri Jepang yang baru dilantik hari ini langsung beraksi. Suga yang telah bersumpah untuk tetap setia pada Abenomics menjadi perhatian pasar, apakah Suga bersungguh sungguh untuk tetap menjalankan Abenomics dalam kepemimpinannya atau tidak. Apalagi saat ini Bank Sentral Jepang masih terus menerus melakukan kebijakan moneter, pertanyaannya apakah masih ada ruang untuk Bank Sentral Jepang melakukan pelonggaran? Suga diperkirakan akan mencoba untuk melakukan reformasi structural untuk kembali membentuk kebijakan ekonomi. Suga ingin membawa birokrasi Jepang masuk ke dalam era digital dan mengatasi berbagai hal terkait dengan reformasi regulasi dan inefisiensi Administrasi. Kami melihat Suga optimis untuk menjalankan perekonomian dibawah jalur Abenomics yang dimana Suga merupakan salah satu perancang kebijakan tersebut, dan tentu saja Suga akan melakukan hal yang lebih banyak terkait dengan kebijakan makro. Dalam beberapa article yang kami temukan, ada hal yang menarik yang akan dilakukan Suga. 1. Mengenai kebijakan belanja fiscal, suga akan mempertimbangkan kebutuhan anggaran tambahan yang ke 3 dan akan melakukan perpanjangan terkait dengan tindakan terhadap virus corona. 2. Terkait dengan pelonggaran moneter, mungkin Bank Sentral Jepang tidak akan melakukan terlalu banyak lagi, oleh sebab itu Suga akan melakukan lebih banyak tindakan dari sisi pemerintah, apapun yang diperlukan untuk menyelamatkan pekerjaan. 3. Dari sisi perombakan industry dan inflasi, Suga akan mencoba melakukan lebih banyak persaingan dalam industry telepon dan memberikan isyarat perlunya konsolidasi bank local. Dari sisi inflasi pun, Suga mengatakan akan mempertahakan target inflasi 2%, bedanya kali ini target tersebut akan dicapai tanpa tindakan aggresif. 4. Terkait dengan keseimbangan anggaran, Suga akan mencoba mendorong pertumbuhan ekonomi sebelum memperbaiki keuangan negara. Oleh sebab itu ada potensi penerbitan obligasi yang tidak terbatas kedepannya. 5. Suga pun akan mencoba untuk lebih banyak mendorong tenaga kerja wanita dalam kemajuan perawatan terhadap anak anak. Suga mengatakan bahwa dirinya ingin memperbaiki apa yang salah, dan memajukan Jepang dengan tidak membuat jarak perbedaan antara kementrian, kepentingan pribadi, dan budaya karena biasanya, yang kita lakukan hanya melakukan apa yang sudah dilakukan sebelumnya. Oleh sebab itu Suga menginginkan adanya reformasi administrasi dan mendirikan badan digitalisasi untuk mendorong terjadinya reformasi. Dengan pemilu yang akan berlangsung kurang dari setahun, Suga yang lebih berorientasi dalam negeri, perlu menunjukkan kepada pelaku pasar bahwa Suga bisa dipercaya dan dapat bertahan lebih lama untuk melakukan reformasi. Pelantikan Suga membuat pasar keuangan mengalami kenaikkan yang dimana itu artinya Suga juga mendapatkan dukungan dari pasar untuk dapat menggantikan Abe. Suga juga tetap menaruh Taro Aso sebagai Menteri Keuangan dan Yasutoshi Nishimura sebagai Menteri Ekonomi. Suga juga memilih Taro Kono sebagai Menteri yang memiliki tanggungjawab terkait dengan reformasi Administrasi, sedangkan Takuya Hirai diangkat untuk menjadi Menteri Reformasi Digital yang baru saja diresmikan. Kami melihat ada kesulitan yang dihadapi oleh Suga, namun dengan posisinya sebagai rekan dari Abe, tentu tidak akan terlalu sulit untuk menjaga ritme dari pasar. Keinginan Suga untuk melakukan reformasi tentu akan menjadi sesuatu yang sangat baik, namun sebelum itu dimulai mungkin Suga akan terfokus terhadap pemulihan ekonomi Jepang yang masih mengalami penurunan akibat adanya wabah virus corona. Semangat Suga!

3.KESEMPATAN DALAM KESEMPITAN?

Kabar BI akan menjadi pengawas industry perbankan kembali muncul di pasar. Bahkan, kabar terbaru menyebutkan perubahan payung hukum tersebut tak lama lagi dibahas pemerintah bersama DPR. Berdasarkan informasi, saat ini pemerintah tengah mempersiapkan sebuah RUU tentang Perubahan Atas Undang-Undang 23/1999 tentang Bank Indonesia. RUU tersebut belum memiliki nomor maupun tahun terbit. Namun dalam dokumen itu, tertulis rancangan undang-undang berkaitan dengan perubahan ketiga atas UU 23/1999 tentang Bank Indonesia. Dalam RUU tersebut berbunyi, “Bahwa untuk mewujudkan Bank Indonesia sebagai bank sentral sebagaimana dimaksud dalam UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, perlu dilakukan penataan kembali terhadap Bank Indonesia agar mampu menetapkan kebijakan moneter secara menyeluruh dan terkoordinasi yang dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat, mengatasi situasi darurat yang dapat membahayakan ekonomi negara, dan menjawab tantangan perekonomian ke depan dalam menghadapi globalisasi ekonomi”. Pertimbangan lainnya yaitu kebijakan moneter yang ditetapkan bank sentral saat ini masih berfokus pada stabilitas nilai tukar dan harga. Sehingga, hal tersebut dianggap belum cukup kuat untuk mendorong perekonomian, menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Itu artinya berarti lagi lagi issue terhadap independent Bank Indonesia akan kembali menggoyahkan minat para pelaku pasar dan investor untuk berinvestasi. Ada kemungkinan pelaku pasar dan investor akan melakukan capital outflow kembali terkait akan hal ini seperti yang kita lihat beberapa waktu lalu. Pertanyaannya cukup sederhana, apakah revisi terkait dengan Undang Undang tersebut merupakan sesuatu yang genting saat ini, sehingga harus dibahas sesegera mungkin? Ataukah situasi dan kondisi saat ini justru menjadi peluang terbaik bagaikan kesempatan dalam kesempitan untuk mengubah Undang Undang Bank Indonesia?

“Berdasarkan analisa teknikal, kami melihat saat ini IHSG memiliki peluang bergerak bervariatif dengan potensi menguat dan ditradingkan pada level 5,021 – 5,117. Perhatian pelaku pasar dan investor akan tertuju terhadap kesaksian Powell di hadapan congress pada hari Selasa – Kamis, sehingga potensi koreksi mungkin akan kembali menghantui pasar,” ungkap analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Senin (21/9/2020).