ANALIS MARKET (17/9/2020) : Pasar Obligasi Berpotensi Bergerak Variatif Dengan Potensi Menguat
Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pasar obligasi mulai kehilangan arah.
Pasalnya, ditengah perdagangan kemarin (16/9), pasar obligasi tiba-tiba mengalami penurunan, meskipun secara teknikal analisa pasar obligasi masih memiliki ruang untuk menguat.
Penurunan obligasi sejauh ini masih dalam batas toleransi, sehingga sifatnya cenderung bersifat sementara.
Setelah penantian pelaku pasar dan investor terkait dengan kebijakan yang akan diberikan oleh The Fed meskipun The Fed tidak memberi apa-apa, pasar akan tertuju kepada pertemuan Bank Indonesia dan Bank Sentral Jepang yang diadakan hari ini.
Meskipun diatas kertas Bank Sentral Jepang juga tidak akan mengalami perubahan kebijakan yang berarti, namun yang menarik adalah saat ini kehadiran Suga sebagai Perdana Menteri Jepang yang baru. Tentu akan menjadi warna tersendiri pertemuan kali ini.
Dari sisi yang lain, The Fed sudah memastikan bahwa tidak akan ada perubahan tingkat suku bunga dalam kurun waktu 3 tahun mendatang, yang itu artinya tingkat suku bunga di Indonesia juga akan berada di level rendah dalam kurun waktu yang sama.
Stimulus dibutuhkan saat ini, dan kami melihat bahwa Bank Indonesia dalam kurun waktu 3 bulan tersisa, memiliki amunisi sebanyak 25 bps lagi yang bisa dikeluarkan.
Tentu kami melihat bahwa secara sifat, masih belum dapat dikatakan darurat bagi Bank Indonesia untuk memangkas tingkat suku bunga. Namun secara stimulus, potongan tersebut juga sangat dinantikan.
Oleh sebab itu, apabila hari ini (17/9), Bank Indonesia benar benar memangkas tingkat suku bunga, maka seharusnya secara hukum alamnya, harga obligasi pastilah mengalami kenaikkan.
“Pagi ini pasar obligasi akan dibuka bervariatif dengan potensi menguat apabila keputusan Bank Indonesia melakukan pemangkasan,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Kamis (17/9/2020).
Adapun cerita di pagi hari ini akan kita awali dari;
1.TEROPONG THE FED
Setelah pertemuan yang cukup panjang, akhirnya The Fed masih menahan tingkat suku bunganya dan mereka sudah memberikan kode atau tanda bahwa tingkat suku bunga tersebut akan berada dalam level rendah setidaknya selama 3 tahun mendatang, sembari berjanji untuk menunda pengetatan kebijakan moneter hingga Amerika mendapatkan kembali level tenaga kerja yang maksimum serta target rata rata inflasi di 2%. Bank Sentral Amerika tersebut pada akhirnya terus mempertahankan sikap akomodatif hingga hasil yang diinginkan oleh The Fed dapat tercapai. Sebuah panduan baru sudah diterbitkan oleh The Fed, dan hasilnya adalah meluncurkan kebijakan jangka panjang pada bulan lalu untuk mendorong target inflasi dapat melampui 2% setelah sebelumnya target tersebut dibawah pencapaiannya. Powell mengumumkan hasil tersebut di Fed’s Jackson Hole dimana para pejabat terus berdiskusi untuk memastikan bahwa langkah langkah yang mereka ambil terkait dengan proyeksi ekonomi akhir tahun menggunakan pendekatan yang sesuai terutama dalam menangani neraca mereka. Panduan tersebut merupakan sebuah kekuatan baru bagi The Fed yang dimana itu artinya The Fed percaya diri dan bertekad untuk terus mendorong perekonomian hingga perekonomian dapat pulih. Powell juga mengatakan akan terus memberikan kebijakan yang akomodatif selama itu diperlukan dan akan mengembalikan data ketenagakerjaan. The Fed masih akan melakukan pertemuan kembali sebelum pemilu Presiden di Amerika pada tanggal 3 November. Ada yang menarik pada pertemuan The Fed kemarin, Presiden Fed Dallas, Robert Kaplan mengatakan bahwa dirinya lebih suka mempertahakan fleksibilitas kebijakan dengan tingkatan yang lebih besar. Sedangkan Neel Kashkari mengatakan bahwa kenaikkan tingkat suku bunga The Fed dapat dilakukan apabila inflasi inti dapat mencapai 2% secara berkelanjutan. Lagi lagi Powell beserta seluruh pejabat The Fed lainnya mengatakan bahwa pemulihan Amerika sangat amat tergantung pada kemampuan suatu negara untuk dapat mengendalikan virus corona dengan lebih baik, yang dimana juga didukung oleh stimulus fiscal lebih lanjut yang dibutuhkan untuk mendukung pekerjaan dan pendapatan. Powell mengatakan bahwa pemulihan dapat terjadi lebih cepat dari yang diperkirakan secara umum, namun laju aktivitas perekonomian mungkin masih akan melambat yang membuat masa depan masih menjadi sangat tidak pasti. The Fed terus memberikan likuiditas di pasar dengan memberikan stimulus triliunan dolar ke dalam system keuangan melalui pembelian obligasi serta mengeluarkan berbagai macam jenis pinjaman darurat untuk menjaga bisnis dapat bertahan. Ditengah situasi dan kondisi saat ini, Powell juga meminta bahwa masih banyak langkah langkah dari sisi fiscal yang harus dilakukan dan diperlukan lebih banyak lagi. Sejauh ini masih banyak orang yang menganggur dan membutuhkan bantuan yang lebih lanjut. Kami melihat kurang lebih apa yang disampaikan oleh Powell masih sama seperti bulan lalu, prihatin terhadap perekonomian, namun sayangnya tidak ada tanda tanda bahwa The Fed akan memberikan stimulus lanjutan. Yang dimana itu artinya, untuk saat ini The Fed merasa cukup, terkait dengan semua kebijakan yang mereka keluarkan. Sayangnya tentu ini membuat pelaku pasar dan investor cukup kecewa, karena ditengah situasi dan kondisi saat ini mereka membutuhkan stimulus lebih lanjut untuk mendorong perekonomian. Kami melihat bahwa The Fed tidak akan berbuat lebih banyak karena The Fed juga menunggu dari sisi fiscal terlebih dahulu, namun sayangnya dari sisi pemerintah dan congress juga masih belum ada beberapa kepastian terkait dengan stimulus yang akan diberikan. Apalagi dari sisi pemerintah juga akan mengadakan pemilu dalam waktu dekat. Ini yang kami lihat The Fed cenderung melihat terlebih dahulu apa yang dapat diberikan dari sisi fiscal. Meskipun disatu sisi kami melihat bahwa kepastian tingkat suku bunga rendah masih akan terjadi dalam kurun waktu 3 tahun mendatang. Dari The Fed sudah, tinggal dari Bank sentral Jepang dan Bank Indonesia yang akan dilaksanakan pada hari ini.
2.SEBUAH PROYEKSI
Setelah kami menyampaikan pesan dari ADB terkait prospek yang dilihat mereka untuk negara berkembang di Asia kemarin, kali ini kami ingin kembali menyampaikan proyeksi dari ADB untuk prospek perekonomian Indonesia pada tahun 2021. Asian Development Bank memproyeksi ekonomi Indonesia dapat tumbuh pada kisaran 5,3% di 2021, jika mengacu pada data historis, pertumbuhan tersebut dapat dikatakan stagnan. Namun jika kami boleh berkomentar, hal ini cukup wajar dimana pada tahun 2020 Indonesia bahkan dunia sedang mengalami tekanan yang signifikan mempengaruhi perekonomian sebagai dampak dari pandemic virus korona. Selanjutnya , Country Economist ADB for Indonesia yaitu Emma Allen kembali mengatakan pada 2020 ekonomi Indonesia diperkirakan akan terkontraksi -1,0%. Kontraksi ini merupakan yang pertama kalinya sejak krisis finansial di Asia pada 1997-1998. Menurutnya, pandemi telah menyebabkan hampir seluruh indikator ekonomi Indonesia menurun, termasuk konsumsi, investasi, dan perdagangan. Pasalnya, pandemi menyebabkan aktivitas domestik dan permintaan eksternal menjadi terhambat. Permintaan domestik yang lemah pun menurutnya akan menyebabkan inflasi dan defisit transaksi berjalan bergerak moderat, tetapi akan kembali meningkat tipis pada 2021. Ia juga berpendapat pemulihan ekonomi akan sangat bergantung pada penanganan pandemi virus korona. Jika pandemi berkepanjangan, maka risikonya pun akan semakin menghambat pemulihan ekonomi. Pada kesempatan yang sama, Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Hidayat Amir mengatakan target pertumbuhan ekonomi pemerintah tidak berbeda jauh dengan ADB. Pemerintah memproyeksikan ekonomi Indonesia pada tahun ini akan terkontraksi -1,1% - 0,2%. Sementara pada 2021, ekonomi ditargetkan tumbuh pada kisaran 4,5% - 5,5%. Saat ini penerapan dari PSBB jilid II menjadi perhatian pelaku pasar, hal tersebut dinilai dapat mempengaruhi aktivitas ekonomi yang pada akhir-akhir ini mulai membaik. Namun, di sisi lain, penanganan kesehatan adalah prioritas pemerintah, disamping pemulihan ekonomi.
“Kami merekomendasikan wait and see dengan potensi membeli. Cermati keputusan Bank Indonesia hari ini,” tandas analis Pilarmas.

