ANALIS MARKET (08/7/2020) : Pasar Obligasi Berpotensi Menguat Terbatas

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pada akhirnya pasar obligasi bergerak naik, meskipun tidak banyak namun setidaknya ada tanda tanda kehidupan disana.

Tentu hal tersebut memberikan sedikit harapan bahwa ada tanda tanda kehidupan dalam pasar obligasi.

Sebetulnya apa sih yang membuat pasar obligasi mengalami kenaikkan kemarin siang?

Ternyata eh ternyata, ada pemangkasan tingkat suku bunga Bank Sentral Malaysia sebanyak 25 bps, sehingga dari sebelumnya 2% saat ini menjadi 1.75%.

Tentu hal tersebut sontak membuat pasar obligasi di negeri Jiran tersebut bergerak mengalami penurunan, karena adanya penyesuaian imbal hasil.

Dan coba tebak, kita sebagai negara tetangganya juga merasakan hype-nya pemotongan tersebut.

Memang apa sih pengaruhnya? Karena memberikan peluang yang lebih besar untuk dapat memangkas tingkat suku bunga di Indonesia sebanyak 25 bps, sebagai bentuk stimulus.

Penurunan imbal hasil obligasi Malaysia tentu sedikit banyak memberikan pengaruh terhadap penurunan imbal hasil dalam negeri, sehingga memberikan potensi kenaikkan harga.

Tapi ingat lho, pemangkasan tingkat suku bunga Bank Indonesia baru sebatas ekspektasi dan harapan, masih di awang awang, belum tentu jadi kenyataan.

Sebetulnya kenapa sih Malaysia memangkas kembali tingkat suku bunganya sebanyak 25 bps? Nanti dapat dibaca dibawah ya.

Sedikit membahas lelang kemarin, ternyata wow bingits pakai banget lho pemirsa. Dengan total penawaran yang masuk sebesar Rp 41.6, tentu saja memberikan suatu tanda bahwa pelaku pasar dan investor sebetulnya masih yakin dengan prospek perekonomian Indonesia, hanya saja mereka cemas dengan wabah virus corona yang masih belum dapat dikendalikan membuat pelaku pasar dan investor menjadi gundah gulana.

Yang membuat ini semakin menarik adalah pemerintah menyerap lebih banyak dari target yang telah ditetapkan sebelumnya yaitu Rp 9.5 T, sehingga hal inilah yang membuat Rupiah menguat yang dimana dikombinasikan dengan adanya pembelian bersih di pasar saham.

Namun pertanyaannya adalah, apakah ini semua akan konsisten?

Lebih lanjut analis Pilarmas menilai, diperdagangan Rabu (08/7) pagi ini, pasar obligasi diperkirakan akan dibuka menguat dengan potensi menguat terbatas.

“Karena masih ada keraguan disana, namun trigger kemarin menjadi sebuah pertanda yang bagus apakah hari ini ada penguatan lanjutan ataukah hanya sementara,” jelas analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Rabu (08/7/2020).

Adapun cerita pada hari ini akan kita bahas dari;

1.SEBUAH CERITA DARI AUSTRALIA

Bank Sentral Australia kemarin menyampaikan bahwa mereka memperhatikan kekhawatiran pada prospek rumah tangga dan bisnis, tentang kesehatan dan ekonomi yang dimana hal tersebut membuat Australia kembali mendapatkan guncangan akibat adanya wabah virus corona yang membuat prospek pemulihan menjadi terhambat. Gubernur Bank Sentral Australia, Philip Lowe pada akhirnya mempertahankan tingkat suku bunga tidak berubah di 0.25% seperti yang sudah diprediksi sebelumnya. Meningkatnya jumlah iklan pekerjaan dan penjualan ritel telah memberikan informasi bahwa perekonomian sedang mengalami fase pemulihan, namun peningkatan kasus akan menjadi salah satu perhatian terbesar kedepannya. Namun penurunan perekonomian tersebut tidak separah sebelumnya dan masih dalam keadaan stabil. Lowe mengatakan bahwa ketidakpastian mengenai situasi dan kondisi mengenai kesehatan dan prospek perekonomian masa depan membuat banyak kalangan bisnis menjadi lebih berhati hati, karena hal tersebut mempengaruhi rencana konsumsi dan investasi di masa depan. Bank Sentral masih terus percaya terhadap otoritas fiscal untuk terus menyuntikkan stimulus ke dalam perekonomian untuk membantu aktivitas corporasi. Perdana Menteri Scott Morrison mengatakan akan memberikan pernyataan pada tanggal 23 July nanti terkait dengan apa yang akan dilakukan kedepannya. New South Wales dan Victoria, negara bagian Australia yang memiliki jumlah penduduk yang padat dan paling kuat secara ekonomi, akan mulai menutup perbatasan mereka kemarin malam, ketika Victoria tengah berjuang untuk menahan lonjakan kasus virus corona di Melbourne. Pemerintah negara bagian juga telah mengumumkan bahwa mereka akan melakukan lockdown kembali di Melbourne selama 6 minggu ke depan. Sejauh ini Australia merupakan salah satu negara yang berhasil mengendalikan penyebaran virus corona, namun sayang peningkatan kembali terjadi. Sejauh ini perekonomian Australia telah kehilangan lebih dari 800.000 pekerjaan pada bulan April dan May, serta tingkat pengangguran yang mengalami kenaikkan hingga 7.1%, dimana ada potensi untuk mencapai 8% pada kuartal ini. Sejauh ini program Job Keeper dari pemerintah yang dimana membantu para perusahaan untuk membayar upah bagi para karyawan agar tetap bekerja dan terikat pada Perusahaan sangat membantu menahan tingkat penggangguran. Program ini nantinya akan berakhir pada bulan September, dan mengenai kepastian program tersebut akan disampaikan nanti. Pelonggaran kebijakan fiscal dan moneter yang susbtansial dan terkoordinasi akan terus dilakukan untuk menghadapi situasi dan kondisi yang belum pernah terjadi sebelumnya di Australia. Kebijakan tersebut akan membantu perekonomian Australia untuk melewati masa masa sulit seperti sekarang ini. Lowe mengatakan bahwa mereka yakin bahwa inflasi akan terus berlanjut dengan target kisaran 2% - 3%. Sejauh ini indicator di Asutralia menunjukkan bahwa masa masa yang terburuk sudah berlalu meskipun prospek perekonomian masih belum pasti tergantung bagaimana menangani virus corona.

2.BEGITUPUN CERITA DARI MALAYSIA

Pada akhirnya Bank Sentral Malaysia memangkas kembali tingkat suku bunga acuanya sebanyak 25 bps, yang membuatnya berada di rekor terendah. Penurunan tingkat suku bunga tersebut sebagai salah satu stimulus yang dilakukan oleh Bank Sentral Malaysia untuk menopang perekonomian negeri jiran tersebut. Sontak saja pemangkasan tingkat suku bunga tersebut membuat semua harga obligasi mengalami kenaikkan yang membuat imbal hasil mengalami penurunan, untuk dapat menyesuaikan terhadap tingkat suku bunga. Hal ini jugalah yang memberikan efek domino terhadap pasar obligasi sehingga mengalami penguatan. Lho kok, kita ikut ikutan keepoh pasar obligasinya mengalami penguatan? Yaa tentu saja, sebagai negara tetangga, siapa tahu nanti pemangkasan tingkat suku bunga Malaysia tersebut dapat mendorong ekspektasi dan harapan akan pemangkasan tingkat suku bunga di Indonesia. Pemangkasan tingkat suku bunga Bank Sentral Malaysia tersebut akan membantu untuk memberikan stimulus kebijakan tambahan untuk mempercepat pemulihan ekonomi. Para pembuat kebijakan tersebut akan terus menilai dan mengevaluasi situasi dan kondisi yang berkembang dan implikasinya terhadap prospek inflasi dan pertumbuhan. Sebagai informasi, pemotongan tingkat suku bunga tersebut sudah merupakan yang ke 4x nya berturut turut, ditambah lagi Menteri Keuangan juga memberikan pandangan terkait dengan ruang kebijakan fiscal dan moneter untuk terus mendukung ekonomi di mana sudah 3 bulan berturut turut terjadi deflasi. Indicator ekonomi menunjukkan bahwa aktivitas perekonomian mengalami peningkatan, namun kecepatan dan kekuatan dalam pemulihan masih kalah cepat dari resiko penurunan yang berasal dari factor dalam negeri dan eksternal. Pernyataan tersebut cukup dovish dimana ada penurunan tingkat suku bunga yang cukup dalam, namun tetap harus hati hati dalam mengelola ekspektasi pemulihan ekonomi. Sebelumnya kepala statistic Malaysia, Mohd Uzir Mahidin telah memberikan peringatan bahwa perekonomian Malaysia sedang menuju resesi. Pemerintah telah memberikan 295 miliar ringgit atau $69 miliar sebagai bentuk stimulus untuk mendorong perekonomian menjadi lebih baik. Indeks Harga Konsumen terus mengalami penurunan sejak bulan Maret hingga 2.9% pada bulan April dan May. Bank Sentral Malaysia pun memperkirakan bahwa inflasi akan berada di kisaran - 1.5% - 0.5% tahun ini, dan ada potensi inflasi selama setahun penuh akan berada di area negative. Well, tentu kami berharap bahwa kita semua berusaha untuk mencoba yang terbaik, untuk mendatangkan masa depan yang penuh harapan.

“Menyikapi beragam kondisi tersebut diatas, kami merekomendasikan wait and see dengan potensi beli ya apabila pergerakan diatas 65 bps,” sebut analis Pilarmas.