ANALIS MARKET (03/7/2020) : Investor Masih 'Wait and See', Pasar Obligasi Berpotensi Bergerak Bervariatif
Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pasar obligasi terlihat begitu-begitu saja. Bagaikan hidup segan mati tak mau.
Di saat pasar obligasi mengalami kebimbangan seperti inilah mungkin sudah saatnya kita rebalancing portfolio untuk semester ke-2 nanti.
Di tengah situasi dan kondisi yang masih tidak pasti, obligasi jangka pendek masih merupakan pilihan untuk mengurangi volatilitas.
Sebagai tambahan untuk mengurangi volatilitas tersebut, pastikan bahwa obligasi jangka pendek tersebut tidak memiliki resiko terkait dengan potensi default, yang itu artinya obligasi SUN menjadi pilihan.
Karena berhubungan dengan menjaga tingkat likuiditas jangka pendek, maka pilihlah SUN konvensional yang memiliki tingkat likuiditas di pasar tentunya dengan seri yang termasuk dalam kategori liquid.
Memang sebagai penjaga likuiditas, deposito selalu sedia, maka dari itu pastikan deposito juga terbagi 3 bagian untuk menjaga kupon dan likuiditas, agar portfolio efek tidak terganggu.
Penurunan kualitas kredit para obligasi korporasi pun sedang menjadi perbincangan hangat di tengah situasi dan kondisi saat ini.
Oleh sebab itu, menilai dan mengukur kualitas kredit suatu emiten akan menjadi kunci menjaga potensi kredit yang gagal bayar, karena rating sudah tidak dapat diandalkan meskipun cukup memberikan sebuah gambaran.
Lebih lanjut analis Pilarmas menilai, pasar obligasi diperdagangan Jumat (03/7) pagi ini akan dibuka bervariatif, masih akan bermain di rentang 35 – 70 bps.
“Selama volume tidak cukup besar, maka pergerakan tersebut masih akan bermain di rentang yang sama,” jelas analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Jumat (03/7/2020).
Adapun cerita di pagi hari ini akan kita awali dari;
1.EXTENSION
Ada kabar yang cukup menyenangkan kemarin dimana DPR Amerika akhirnya meloloskan Rancangan Undang Undang untuk memberikan perpanjangan waktu untuk pemohon yang mengajukan permohonan bantuan bagi bisnis kecil melalui program bantuan. Pemohon diwajibkan untuk mendaftar pada program Paycheck Protection Program. Undang Undang tersebut sudah di setujui hingga 8 August yang dimana sebelumnya berakhir pada bulan 30 June yang lalu. Awalnya program tersebut dibuat kongress sebagai bagian dari aksi stimulus dari paket penyelamatan wabah virus corona senilai $2 triliun yang sudah disahkan pada bulan Maret lalu. Program ini bertujuan untuk membantu usaha kecil untuk mempertahankan para karyawan. Namun demikian pada kenyataannya, Trump masih belum membagikan $130 miliar dana tersebut kepada pemohon yang sudah mengajukan. Sebelumnya kongress memasukkan $ 349 miliar ke dalam PPP namun uang tersebut dengan sangat cepat sudah terpakai. Kemudian pemerintah kembali memberikan dana sebesar 310 miliar ke dalam program dimana sebesar $60 miliar disisihkan kepada pemberi pinjaman kecil yang kesulitan mendapatkan pinjaman dari perbankan. Anggotan parlemen juga sudah mengeluarkan undang undang untuk memberikan keringanan dan memperpanjang jumlah waktu yang di perlukan dalam penggunaan uang tersebut. Kongres telah mempertimbangkan rencana pemberian bantuan kembali pada bulan July ini. Proposal terkait dengan usaha skala kecil juga akan dibahas apakah akan diberikan lebih banyak bantuan atau tidak. Dan pertanyaannya adalah apakah Amerika siap untuk memberikan stimulus kedua bagi usaha skala kecil menengah di tengah situasi dan kondisi yang belum kunjung membaik? Tentu kami melihat hal tersebut akan menjadi perhatian bagi The Fed khususnya yang memiliki 9 program bantuan, dan salah satunya akan mendorong industry skala kecil dan menengah untuk dapat bertahan. Kami hanya berharap bahwa bantuan tersebut tidak terlambat, karena sejauh ini perekonomian Amerika meskipun lambat tapi sudah menuju ke arah yang benar.
2.SEMAKIN GOYAH
Tingkat pengangguran di Zona Euro mengalami kenaikkan hingga ke titik 7.4% untuk bulan May. Meskipun pelonggaran kerap dilakukan, namun wabah virus corona yang masih kian aktif memakan korban menjadi salah satu penghambat perekonomian kembali pulih. Menurut statistik angka tersebut mencerminkan 12.146 juta orang di kawasan Eropa mengalami pengangguran. Sejauh ini kami melihat angka tersebut berpotensi untuk mengalami kenaikkan dalam kurun waktu singkat apabila Eropa tidak melakukan sesuatu untuk memitigasi resiko tersebut. Dalam kurun waktu 1 dekade terakhir, pengangguran di Eropa pernah mencapai di atas 12%, dan tidak mungkin angka tersebut dapat dicapai kembali mengingat Christine Lagarde juga mengatakan bahwa Eropa memiliki kemungkinan untuk mengalami terjadinya gelombang ke 2 infeksi virus corona. Bank Sentral Eropa juga memperkirakan bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi Eropa berpotensi mengalami kontraksi sebanyak 8.7% tahun ini, dan akan rebound pada tahun 2021 sebanyak 5.2%. Perkiraan tersebut bukanlah sesuatu yang tidak mungkin karena apapun bisa terjadi saat ini. Semakin wabah tidak bisa dikendalikan, maka semakin besar peluang terjadinya kontraksi perekonomian menjadi lebih besar. Namun demikian, pasar tampaknya masih mengabaikan hal tersebut, karena pasar masih merespon positif setelah beberapa waktu lalu terjadi penurunan yang cukup dalam di pasar Eropa.
3.TENTANG BANK SENTRAL CHINA
Bank Sentral China tampaknya mulai memperlambat laju pelonggaran moneternya ditengah tengah pemulihan ekonomi yang sedang berjalan saat ini, dan tentu saja hal tersebut memberikan kekecewaan kepada pelaku pasar investor yang tengah khawatir mengenai pengetatan likuiditas dan naiknya imbal hasil obligasi. Sejak bulan May, Bank Sentral China telah memberikan toleransi terhadap kenaikkan imbal hasil di pasar keuangan dan obligasi pemerintah, yang dimana menyentuh level tertingginya dalam kurun waktu 5 bulan terakhir. Yi gang, Gubernur Bank Sentral China mengatakan kepada pasar sudah mulai memikirkan untuk memperlambat kebijakan kebijakan keuangan yang lebih longgar yang sudah dilakukan sejak awal tahun ini, bahkan ketika perekonomian China berada di tengah situasi terpuruk yang pernah ada dalam sejarah sejak wabah virus corona menekan perekonomian China. Sejauh ini Yi Gang mengatakan masih akan terus melakukan pelonggaran kebijakan moneter, namun ada beberapa hal yang akan mulai dilakukan pengetatan apabila kita mau bandingkan dengan bulan February dan Maret. Sejauh ini kami melihat tampaknya Bank Sentral China mulai menimang nimang untuk sedikit menahan dalam posisinya sebagai Bank Sentral China. Mulai terasa ada pengereman, namun ingin melakukan sesuatu yang lebih banyak untuk mendorong tingkat suku bunga kredit dan bunga pinjaman yang lebih cepat. Jadi aneh kan? Seperti seakan akan kentang. Kementrian Keuangan China masih memimpin dengan memberikan dukungan kebijakan ekonomi tahun ini dengan menerbitkan obligasi khusus yang dimana Bank Sentral mengejar strategi dengan tingkat yang lebih terkendali daripada negara lainnya. Tidak hanya itu saja, Yi juga memperingatkan terkait dengan resiko pelonggaran moneter apabila dilakukan dalam jangka waktu yang panjang. Yi mengatakan bahwa kami percaya bahwa kebijakan dukungan dalam bentuk keuangan dalam menanggapi wabah virus keuangan akan dilakukan bertahap, karena kita juga harus memperhatikan efek samping dari setiap kebijakan yang ada. Langkah Bank Sentral China yang akan dilakukan baru baru ini adalah memangkas biaya program pinjaman agar dapat menurunkan biaya pinjaman untuk usaha kecil. Usaha usaha ini dilakukan sebagai upaya untuk memberikan stimulus. Sejauh ini kami menilai Bank Sentral China masih terus berupaya melakukan pelonggaran moneter, namun tampaknya masih dalam rentang yang terbatas. Seperti yang disampaikan oleh Yi Gang tadi, karena mereka memikirkan efek samping setiap pelonggaran yang ada. Meskipun tentunya kami berharap bahwa pelonggaran dapat terus dilakukan khususnya China telah membuat virusnya ketinggalan jauh dibelakang. Namun tindakan Bank Sentral China dapat dimaklumi karena mereka masih mengukur kapasitas global yang juga sedang mengalami penurunan, sehingga tentu hal tersebut memberikan hambatan kepada China untuk melakukan pemulihan aktivitas ekonomi. Apalagi sohibnya dulu dalam perdagangan, Amerika, sedang menghadapi masa puber dengan China. Sehingga tentu tensi diantara mereka masih akan mengalami naik dan turun. Bank Sentral China juga masih menahan beberapa kebijakan, karena ada kekhawatiran terkait dengan praktik arbitrase yang dimana perusahaan meminjam dana murah dari bank, namun berinvestasi di deposito yang memberikan imbal hasil yang tinggi.
“Menyikapi beragam kondisi tersebut diatas, kami merekomendasikan wait and see hari ini,” sebut analis Pilarmas.

