ANALIS MARKET (22/7/2020) : Pasar Obligasi Variatif, Ada Potensi Kenaikan Harga

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pasar obligasi mendapatkan tenaga lebih dari lelang yang boleh kita katakan masih dalam situasi dan kondisi yang cukup baik.

Ditengah total penawaran yang masuk lebih dari IDR 35 T sesuai yang kita perkirakan, tentu hal ini masih menunjukkan bahwa pelaku pasar dan investor masih optimis terhadap perekonomian Indonesia dalam jangka waktu panjang yang dapat kita katakan masih cukup menarik.

Seperti biasa, obligasi jangka pendek masih diminati, namun sesuai prediksi kami PBS 28 menjadi bintang dalam acara lelang yang berlangsung kemarin.

Bagaimana tidak, jumlah nominal yang dimenangkan sebesar Rp 5.25 T, dan berhasil mencatatkan kupon sebesar 7.75%.

“Tentu hal tersebut merupakan sesuatu yang baik, karena kami melihat bahwa pemerintah mengukur dengan memberikan tingkat kupon yang sesuai dengan situasi dan kondisi yang terjadi saat ini, karena mungkin pemerintah juga sebenarnya sedang butuh utang untuk menutupi deficit APBN. Namun demikian, yang harus diingat adalah, jangan jumawa dengan pergerakan pasar hari ini. Pergerakan pasar yang menguat ditambah dengan menguatnya Rupiah belum tentu akan terjadi kembali hari ini. Karena seperti biasa, Rupiah menjadi loyo kembali setelah lelang,” jelas analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Rabu (22/7/2020).

Lebih lanjut disebutkan, fokus utamanya adalah menjaga konsistensi, apakah bisa? Mungkin saja, namun dengan cerita yang berbeda.

Stimulus Eropa yang akhirnya dikabulkan mungkin akan menjadi cerita sendiri pada pergerakan pasar obligasi, pasalnya hal tersebut memberikan asa yang lebih besar kepada imbal hasil untuk mengalami penurunan kembali.

Tentu hal tersebut memberikan potensi yang lebih besar bagi harga obligasi untuk mengalami kenaikkan. Namun sebagai informasi, yang harus kita wasdapai sebetulnya adalah melubernya penerbitan obligasi pemerintah kedepannya yang akan mendorong meningkatnya kupon.

Naiknya kupon akan dibutuhkan untuk mengimbangi demand agar mereka menjadi tertarik untuk masuk ke dalam pasar obligasi dan menyerap obligasi, apalagi obligasi yang dikeluarkan dalam jumlah yang sangat besar.

Masalahnya, bagaimana dengan beban bunga yang harus ditanggung?

Adapun diperdagangan Rabu (22/7) pagi ini, pasar obligasi akan dibuka bervariatif, menguat untuk obligasi jangka panjang, namun melemah untuk obligasi jangka pendek secara harga.

Informasi mengenai uji coba vaksin di Indonesia, mungkin akan memberikan warna tersendiri hari ini (22/7).

Sedangkan cerita di hari Rabu (22/7) ini akan kita awali dari;

1.AKHIRNYA

Para pemimpin Uni Eropa akhirnya menyetujui paket stimulus yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah Eropa. Mereka setuju dengan nilai paket senilai 750 miliar euro atau $860 miliar untuk mendorong perekonomian Eropa untuk bangkit dan keluar dari resesi. Perjanjian tersebut di sepakati pada hari Selasa pagi kemarin di Brussels yang dimana pada akhirnya memberikan persetujuan dengan suara bulat dari negara anggota. Hal tersebut tentu saja menjadi kemenangan bagi Jerman dan France, bagi Angela Merkel dan Emannuel Macron yang dimana mereka berdua merancang proposal awal tersebut pada bulan May. Dana darurat tersebut akan memberikan 390 miliar euro dalam bentuk hibah dan 360 miliar euro dalam bentuk pinjaman dengan bunga yang rendah. Sejauh ini sudah hampir 1/3 dari dana tersebut diperuntukkan untuk memerangi perubahan iklim dengan memberikan anggaran selama 7 tahun sebesar 1 triliun euro dan menjadi paket stimulus terbesar sepanjang sejarah untuk memerangi perubahan iklim. Dana darurat tersebut nantinya tidak hanya memberikan dukungan terhadap situasi dan kondisi financial di perekonomian Eropa Selatan yang dimana merupakan daerah yang paling terpukul akibat kehadiran virus, dana tersebut juga akan membangun kembali perekonomian kedepannya. Kami melihat dengan kehadiran dana tersebut, Italia mungkin akan menjadi penerima manfaat terbesar dari rencana tersebut. Italia sendiri berharap bahwa mereka akan menerima sebesar 82 miliar euro dalam bentuk hibah dan 127 miliar euro dalam bentuk pinjaman. Namun angka tersebut masih sebatas proyeksi. Perjanjian ini merupakan suatu tanda dan bukti bahwa Uni Eropa akan bergerak untuk menyelamatkan anggotanya, dan ini akan menjadi sebuah moment penting saat ini. Sejauh ini semua pemerintah sepakat bahwa kontraksi ekonomi akan berada di kisaran 10%. Uni Eropa sebelumnya mengirimkan sinyal yang lebih kuat akan kohesi internal, dan dalam jangka pendek, kepercayaan akan menjadi salah satu factor yang lebih penting. Dan yang menarik adalah beberapa negara seperti Denmark, German, Belanda, Austria, dan Swedia akhirnya mendapatkan potongan lebih dari 50 miliar terkait dengan kontribusi tahunan mereka terhadap Uni Eropa selama kurun waktu 7 tahun. Tentu hal tersebut merupakan salah satu pemanis yang baik karena memberikan sebuah hal yang lebih besar untuk mendatangkan kesepakatan.

2.SEBUAH TANDA RESESI KEMBALI

Setelah sebelumnya kita mendengar kabar mengenai resesi yang mulai bermunculan, kali ini potensi resesi akan kembali terjadi dan datang dari negeri ginseng, yaitu Korea Selatan. Ada potensi yang sangat besar hal tersebut terjadi tatkala pada tanggal 23 July 2020 nanti ketika data perekonomian Korea Selatan muncul mengenai GDP yang diperkirakan akan kembali turun secara QoQ dari sebelumnya -1.3% menjadi -2.4%. Penurunan yang cukup dalam ini akan menjadi sebuah tanda bahwa perekonomian Korea Selatan belum mampu menahan gelombang kedua dari virus corona. Resesi ini akan menjadi resesi pertama setelah kurun waktu hampir 17 tahun yang sebelumnya berada pada tahun 2003 silam. Sejauh ini pemerintah telah melakukan inisiatif untuk mendorong meningkatkan konsumsi, membagikan uang tunai kepada semua sisi rumah tangga dan mendorong penjualan ritel untuk melakukan promosi. Sejauh ini stimulus yang dijanjikan oleh pemerintah Korea Selatan adalah 14% dari GDP. Sejauh ini kontraksi tersebut tidak dapat di hindarkan, penurunan yang cukup dalam terjadi dalam ekspor yang dimana belum dapat mengimbangi pemulihan sementara permintaan dari domestic. Ekspor Korea Selatan telah turun sebanyak 2 digit dalam rentang April hingga Juni. Beberapa proyeksi mengatakan bahwa perekonomian Korea Selatan akan bangkit lebih cepat, khususnya pada kuartal ke 3 dan 4. Perekonomian Korea diperkirakan akan mengalami penurunan sebesar 0.6% tahun ini, jauh lebih kecil dibandingkan proyeksi Jepang yaitu -4.9%, Singapore yaitu -5.8%, dan Amerika yaitu -5.5%. Kedekatan Korea Selatan dengan China merupakan salah satu keuntungan yang menarik ditengah situasi dan kondisi saat ini. Korea Selatan yang merupakan salah satu pengekspor semikonduktor tentu akan diuntungkan dengan mulai pulihnya perekonomian China sejak wabah virus corona mengganggu perekonomian China kemarin. Namun satu hal yang pasti, perekonomian China telah meninggalkan virusnya jauh dibelakang, permasalahannya adalah hanya menunggu perekonomian dunia untuk dapat kembali bangkit. Saat ini, kebijakan pemerintah akan mulai berfokus terhadap mendorong bisnis dan konsumsi rumah tangga untuk dapat bertahan di masa pandemic ini. Karena kalau tidak begitu, maka perekonomian Korea Selatan akan kembali mengalami penurunan hingga dibawah yang diproyeksikan. Fokus utamanya adalah menjaga keseimbangan ditengah pandemic, dan beberapa kebijakan yang dapat diberikan untuk menopang perekonomian agar kembali cepat pulih sesuai prediksi di kuartal ke 3.

3.VAKSIN UNTUK IHSG

Koordinator uji klinis vaksin Covid-19, Kusnandi Rusmil usai rapat dengan Presiden Joko Widodo, pada Selasa kemarin menyampaikan bahwa Indonesia akan segera melakukan uji klinis vaksin virus corona (Covid-19). Proses tersebut akan dilakukan oleh Kementerian Kesehatan. Nantinya pengujian akan dilakukan terhadap 1.620 orang yang menjadi sampel. Dan Kusnandi Rusmil menyampaikan dukungan terhadap upaya tersebut, termasuk dengan menyiapkan segala kebutuhan dalam proses uji klinis. Sebelumnya vaksin virus corona potensial buatan Sinovac telah tiba di Indonesia pada Minggu lalu. Indonesia menjadi salah satu lokasi uji coba fase III vaksin virus corona baru potensial besutan Sinovac Biotech Ltd. Perusahaan asal China ini menjadi satu dari empat produsen yang bergerak ke tahap akhir dalam perlombaan pengembangan vaksin Covid-19. Semoga dengan adanya uji coba tersebut dapat memberikan hasil yang dinantikan sehingga sentiment positif seperti apapun, sekecil apapun, tentu akan mendorong pasar untuk mengalami penguatan seperti yang terjadi kemarin. Kami melihat tampaknya sudah tidak bisa berharap terlalu banyak terhadap pengendalian virus corona untuk tidak menyebar di masyarakat, namun setidaknya ada harapan dari sisi vaksin untuk dapat mendorong perekonomian untuk dapat lebih optimis. Sisi optimis tersebut bertambah dengan adanya Kementerian Keuangan RI yang telah memberikan tambahan alokasi Dana Insentif Daerah (DID) senilai Rp 5 triliun kepada Pemerintah Daerah (Pemda) hal tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 87/PMK.07/2020 tentang Pengelolaan Dana Insentif Daerah Tambahan Tahun Anggaran 2020. Langkah ini dilakukan dalam rangka pemulihan ekonomi nasional yang diberikan kepada daerah tertentu, berdasarkan indikator tertentu melalui pemberian insentif bagi Pemerintah Daerah yang berkinerja baik dalam penanganan pandemi Covid-19. penggunaan DID tambahan ini diprioritaskan untuk mendorong pemulihan ekonomi di daerah. Termasuk untuk mendukung industri kecil, usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), koperasi, dan pasar tradisional serta penanganan Covid-19 di bidang kesehatan dan bantuan social. Semoga saja hal tersebut dapat memberikan pijakan yang lebih kuat untuk menjaga IHSG konsisten di atas 5.000. Karena hal tersebut menjadi point yang sangat penting, agar pasar lebih memiliki kepastian kedepannya, khususnya dari sisi proyeksi ekonomi yang dinantikan kembali pulih pada kuartal ke 3 nanti.

“Menyikapi beragam kondisi tersebut diatas, kami merekomendasikan beli hari ini, karena ada potensi kenaikkan secara harga disana,” sebut analis Pilarmas.