ANALIS MARKET (29/6/2020) : Pasar Obligasi Berpotensi Mengalami Penurunan Harga

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, ditengah situasi dan kondisi yang penuh dengan keraguan dan ketidakpastian, pelaku pasar dan investor lebih memilih obligasi jangka pendek dibandingkan jangka panjang, meskipun proyeksi jangka panjang menunjukkan bahwa perekonomian Indonesia masih akan baik baik saja.
Oleh sebab itu lah, ditengah penurunan harga obligasi acuan, hanya obligasi berdurasi 5y sajalah yang mengalami kenaikkan.

“Kami melihat bahwa hal tersebut sesuatu yang wajar, karena para pelaku pasar dan investor tentu akan memilih obligasi jangka pendek sebagai salah satu pengurang volatilitas portfolio,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Senin (29/6/2020).

Apa selanjutnya? Selanjutnya tentu kita akan menantikan beberapa data penting seperti biasa di awal bulan July mendatang.

“Oleh sebab itu, kami melihat bahwa pelaku pasar dan investor akan memantau benar lelang yang akan diadakan pekan depan, selain sebagai kesempatan untuk masuk, hal tersebut akan digunakan oleh pelaku pasar dan investor untuk meminta imbal hasil yang lebih besar,” lanjut analis Pilarmas.

Ditambahkan, naiknya kasus yang terjadi di Amerika serta beberapa negara bagian yang mulai melakukan penutupan kembali menunjukkan bahwa apa yang kami khawatirkan terjadi. Ketika geliat ekonomi di drive oleh ekspektasi dan harapan, namun tidak diiringi dengan keyakinan maka itu semua akan sia sia. Penyebaran harus dapat dikendalikan, agar pemulihan ekonomi dapat berjalan dengan prospek yang lebih panjang. Selama penyebaran tidak bisa dikendalikan, pembukaan kembali perekonomian hanya akan menjadi gimmick semata yang akan memberikan dampak penutupan kembali yang bahkan memberikan efek yang lebih besar.

Mitigasi resiko harus tetap dilakukan, sehingga meskipun membutuhkan waktu yang lebih lama terkait dengan pembukaan kembali, namun hasilnya akan berdampak secara jangka panjang. Bukan sementara yang sedang terjadi saat ini.

Ketika pelaku pasar dan investor melihat resiko mengalami kenaikkan, maka kemungkinan besar pelaku pasar dan investor akan cenderung meminta imbal hasil yang lebih tinggi dan itu artinya harga pasar obligasi berpotensi cukup besar mengalami penurunan.

Lebih lanjut analis Pilarmas menilai, diperdagangan Senin (29/6) pagi ini, pasar obligasi diperkirakan akan dibuka bervariatif, kehadiran lelang esok hari akan membuat tekanan harga obligasi mengalami penurunan cukup besar.

Adapun cerita di awal pekan ini akan kita awali dari;

1.TERLALU DINI

Gubernur Amerika kembali memutarbalikkan rencana untuk melakukan pembukaan kembali dari lockdown setelah adanya kenaikkan besar dalam kasus penyebaran wabah virus corona, dan saat ini penularan tersebut semakin berkembang dengan cepat di Amerika. Gubernur Greg Abbott mengatakan bahwa dirinya telah menunda pembukaan kembali perekonomian Texas, ketika Houston kehabisan tempat untuk melakukan perawatan secara intensif untuk pasien wabah virus corona. North Carolina juga menghentikan rencana mereka untuk melonggarkan pembatasan minggu ini, diikuti oleh Louisiana dan Kansas. Kenaikkan virus dalam jumlah yang cukup cepat terjadi di New York, Florida, California, Arizona, dan Texas. Lebih dari 2.4 juta kasus baru telah konfirmasi di Amerika, namun Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit memperkirakan bahwa infeksi tersebut mungkin 10x lebih tinggi dengan banyak yang tidak menunjukkan gejala. Tingkat kematian akibat virus corona saat ini yang berada di 124.000 bisa saja meningkat lebih dari 45% menjadi 180.000 pada bulan October nanti. Langkah langkah penutupan kembali mungkin akan menjadi pukulan baru bagi perekonomian yang dimana akan memperlambat pemulihan perekonomian di Amerika yang digadang gadang akan berlangsung dengan sangat cepat. Penutupan kembali akan menjadi salah satu factor yang akan menggoyahkan keyakinan dari sebuah ekspektasi dan harapan akan geliat ekonomi yang lebih baik setelah pembukaan perekonomian. Florida mengatakan bahwa mereka tidak akan membuka kembali untuk saat ini, dan mereka tidak pernah melakukan antisipasi dengan penyebaran dalam tempo secepat ini. Dari Arizona pun, Doug Ducey mengatakan bahwa rumah sakit akan mengalami lonjakan dalam waktu singkat, yang dimana sebelumnya 183 kasus menjadi 2.453 kasus baru yang dimana peningkatan tersebut merupakan yang tercepat dalam kurun waktu 1 hari. Tingkatan tes yang mengalami positif telah mengalami kenaikkan hingga 11.75%, yang tertinggi sejak bulan April lalu. Texas telah mengalami peningkatan sebanyak 5.996 kasus baru. Hal ini yang membuat apa yang kami khawatirkan terjadi tatkala vaksin belum ditemukan, yaitu penyebaran yang tidak bisa dikendalikan. Keyakinan kami terhadap geliat ekonomi seperti apapun apabila virus tidak bisa dikendalikan, tentu saja akan membuat cepat atau lambat membuat perekonomian berpotensi untuk mengalami penurunan karena adanya rasa takut dan cemas ketika penyebaran bertambah dalam waktu yang sangat cepat. Hal tersebut yang membuat pasar saham di Amerika mengalami penurunan yang cukup dalam sebesar -2.84%. Sehingga saat ini semuanya dalam posisi memperlihatkan mana yang lebih kuat, antara keyakinan akan pembukaan ekonomi dalam waktu yang cepat seperti yang dilakukan Trump namun tidak berlangsung lama. Ataukah pengendalian penyebaran virus dan melakukan mitigasi resiko agar lonjakan yang terkontaminasi dalam batas rentang yang aman sehingga pembukaan ekonomi dapat dilakukan setelah mitigasi resiko namun akan memberikan efek yang panjang? Well biarlah waktu yang akan menjawab hal tersebut.

2.MASIH RAPUH

Pasar mulai memasuki semester ke 2 tahun ini. Mungkin bisa menjadi lebih baik dari semester 1 atau mungkin bisa saja menjadi lebih buruk dari semester 1. Ditengah situasi dan kondisi seperti ini, kami masih belum cukup yakin bahwa semester 2 bisa lebih baik dari semester 1. Namun apapun bisa saja terjadi, karena tidak ada seseorang pun yang bisa meramal dengan pasti mengenai masa depan. Pekan depan data data ekonomi akan menjadi sebuah langkah awal, selanjutnya adalah berusaha memprediksi meskipun hanya sedikit mengenai langkah apa yang akan terjadi selanjutnya di masa yang akan datang. Yang kita perhatikan akan datang dari Amerika, yang dimana pada bulan July mendatang akan dibuka mengenai data MNI Chicago PMI, Conf. Board Consumer Confidence, ADP Employment Change, Markit US Manufacturing PMI, Construction Spending MoM dan ISM Manufacturing yang diperkirakan akan mengalami kenaikkan. Tentu data data tersebut merupakan beberapa data penting yang akan memberikan pengaruh terhadap pasar. Apabila data tersebut keluar sesuai dengan proyeksi yaitu membaik, maka booster selanjutnya akan datang dari Change in Nonfarm Payrolls, Unemployment Rate, Initial Jobless Claims, Continuing Claims, Factory Orders, dan Durable Goods Orders yang semua diperkirakan membaik. Tentu data data yang muncul tersebut akan menjadi bekal tatkala sentimen virus corona di Amerika terus mengalami peningkatan dan memecahkan rekor baru. Namun tentu yang akan menjadi penantian juga adalah FOMC meeting minutes yang akan hadir pada hari Rabu mendatang. Kita akan mampir ke Eropa dimana disana ada data ekonomi, mulai dari Economic, Industrial, Services, dan Consumer Confidence yang dimana kesemuanya memberikan proyeksi mengalami kenaikkan. Tentu hal tersebut menjadi kabar baik, karena akan menjadi vitamin C bagi Eropa yang dimana saat ini tengah tertekan akibat peningkatan wabah virus corona. Inflasi dan PPI Eropa juga akan menjadi sebuah penantian, dimana Inflasi Eropa diperkirakan secara YoY akan mengalami kenaikkan. Namun yang akan menjadi sorotan adalah data mengenai Unemployment Rate dan Markit Eurozone PMI Services, Composite, dan Manufacturing yang dimana diperkirakan tidak akan mengalami perubahan. Setelah lihat lihat Eropa, kita singgah dulu ke Asia sebelum pulang ke Indonesia. Dari Asia, kita akan menantikan data Manufacturing PMI & Non Manufacturing PMI yang diperkirakan mengalami penurunan sebagai akibat dari mulai melambatnya perekonomian China meskipun penurunan tersebut tidak signifikan. Namun yang akan menjadi focus utama adalah Caixin China PMI Manufacturing, Composite, dan Services yang juga diperkirakan akan mengalami pelemahan. Setelah jalan jalan lihat tembok China, kita ke negeri para samurai, Jepang yang dimana data perekonomian akan cukup banyak dan akan memberikan pengaruh terhadap pasar Asia minggu ini. Dari Jepang akan hadir data mengenai Retail Sales yang diperkirakan akan mulai membaik, namun dari Jobless Rate dan Job To Applicant Ratio diperkirakan masih kurang baik. Industrial Production pun secara MoM akan mengalami perbaikan ditengah dibukanya perekonomian, namun secara YoY masih mengalami pelemahan yang cukup dalam. Namun focus utama akan tertuju terhadap Tankan Larga Mfg Index, Large Mfg Outlook, Large Non Mfg Outlook, Large Non Mfg Index, Large All Industry Capex yang semuanya diperkirakan akan mengalami pelemahan dan kami perkirakan akan memberikan dampak terhadap pasar saham Jepang, dan wilayah Asia lainnya. Tidak hanya itu saja, Data mengenai PMI Manufacturing, Services, dan Composite akan menjadi perhatian setelah Tankan. Kami berharap data data penting tersebut dapat memunculkan data yang positif, meskipun kami ragu apakah itu akan terjadi atau tidak. Sejauh ini kami melihat bahwa selama penyebaran virus tersebut belum bisa dikendalikan dengan baik, maka seperti apapun bentuk stimulusnya akan selalu kurang. Kami berharap ada upaya yang lebih intensif lagi dari pemerintah, tidak hanya sekedar melakukan untuk perekonomian, namun melakukannya juga untuk kesehatan. Dengan situasi dan kondisi yang ada saat ini, kami merasa ragu apakah data ekonomi Indonesia di awal bulan depan akan cerah meskipun lockdown kembali di longgarkan. Inflasi, kami masih memperkirakan akan mengalami penurunan ditengah masih meningkatnya korban wabah virus corona, sehingga hal tersebut akan mempengaruhi daya beli. Secara proyeksi inflasi YoY akan mengalami penurunan dari sebelumnya 2.19% menjadi 1.85%, dan ketika inflasi kembali mengalami penurunan, maka hal tersebut akan memberikan dampak yang kurang baik terhadap perekonomian Indonesia yang diproyeksi mengalami penurunan oleh IMF. Dan apabila kita tidak melakukan sesuatu terkait akan hal itu, maka ramalan IMF memiliki potensi probabilitas yang sangat besar untuk terwujud. Dan sebagai catatan, ketika perekonomian Indonesia diprediksi mengalami penurunan, maka pelaku pasar dan investor akan meminta imbal hasil yang lebih tinggi khususnya di sisi obligasi.

“Menyikapi beragam kondisi tersebut diatas, kami merekomendasikan wait and see,” sebut analis Pilarmas.