ANALIS MARKET (28/5/2020) : Pasar Obligasi Berpotensi Melemah Terbatas

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pasar obligasi berbalik arah menjadi pelemahan kemarin (27/5), khususnya obligasi berdurasi 5y, 10y, dan 15y.

Untuk obligasi berdurasi 20y, masih melanjutkan penguatan meskipun kami menyakini bahwa hal tersebut hanya masalah waktu saja sampai pasar obligasi dengan semua durasi mengalami pelemahan.

Penurunan di posisi puncak ini, tentu menjadi berkah tersendiri karena kita dapat menjual obligasi tersebut di posisi yang cukup baik, sehingga memberikan kesempatan untuk bersiap membeli di posisi dibawah kembali.

Volatilitas ini bisa kita gunakan untuk bertransaksi jangka pendek, namun ingat, tidak dalam jumlah volume yang besar.

Volatilitas saat ini masih dapat ditoleransi, namun dengan adanya demonstran yang ditangkap kemarin di Hongkong, serta kecaman dari Uni Eropa, tentu saja hal ini akan menambah ketidakpastian secara global yang tengah berjuang untuk keluar dari lingkaran corona. Satu belum selesai, sudah muncul masalah baru.

Seperti yang sudah kami sampaikan sebelumnya, bahwa meskipun pasar obligasi mengalami penguatan dalam kurun waktu 13 hari dan bergerak menguat secara perlahan namun tidak diikuti dengan volume yang cukup, maka sewaktu waktu pasar akan berbalik arah apabila sentimen pendukungnya tidak kuat. Dan itu yang kita alami saat ini pada perdagangan kemarin (27/5) sore.

Perhatian akan tertuju terhadap perkembangan Hongkong kedepannya, dengan sentimen antara Amerika dan China sebagai bumbunya.

Stimulus Eropa mungkin akan menjadi penenang ditengah situasi dan kondisi saat ini.

Lebih lanjut analis Pilarmas menilai, diperdagangan Kamis (28/5) pagi ini, pasar obligasi diperkirakan akan dibuka melemah dengan potensi melemah terbatas. Namun keterbatasan akan menjadi penurunan lebih dalam apabila bergerak melemah hingga lebih dari 60 bps.

“Tetap hati-hati dengan situasi dan kondisi yang saat ini lebih dikendalikan oleh spekulasi menurut kami, dengan sebuah harapan bahwa vaksin akan segera tersedia,” jelas analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Kamis (28/5/2020).

Adapun cerita di hari Kamis ini akan kita awali dari;

1.EROPA JUGA BERGERAK!

Komisi Eropa akan segera mengungkapkan paket stimulus yang terbaru yang dimana hal tersebut diharapkan dapat menopang perekonomian Eropa. Dalam Moment Hamiltonian untuk Eropa, German dan France sebelumnya telah mengusulkan untuk meningkatkan utang bersama dari Eropa untuk mendukung pemulihan ekonomi yang terkena krisis akibat wabah virus corona. Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen akan mempresentasikan stimulus tersebut pada hari Rabu, yang dimana stimulus tersebut berdasarkan rencana stimulus yang ingin dilakukan oleh France dan German. Secara garis besar, kami memperkirakan bahwa rencana tersebut berhubungan dengan pembelian obligasi pemerintah, sehingga nilai resiko menjadi lebih rendah yang dimana akan mendorong tingkat kepercayaan investor agar dapat memberikan pinjaman kepada negara negara yang membutuhkan. Kami melihat apabila Uni Eropa mengeluarkan stimulus baru berdasarkan rencana German dan France, tentu saja akan membuat koordinasi kebijakan fiscal menjadi lebih besar di kawasan ini. Dan tentu saja membuat mata uang Euro menjadi lebih kompetitif dibandingkan dengan US Dollar. Tidak hanya itu saja, tentu saja saham akan bergerak mengalami kenaikkan karena stimulus yang akan datang akan mampu mendorong bisnis yang sebelumnya terkena virus corona. Namun kami masih belum dapat mendapatkan gambaran, seberapa besar nilai stimulus tersebut, namun apabila nilanya besar, tentu hal tersebut akan disambut gegap gempita oleh pelaku pasar dan investor. Kalau kita lihat dari cerita sebelumnya, France dan German meminta Komisi Eropa untuk mengumpulkan 500 miliar Euro atau $550 miliar dan memberikan uang tersebut sebagai hibah untuk sector sector yang terkena dampaknya. Alokasi dana tersebut akan dilakukan melalui anggaran Eropa, dimana akan menjadi 1 sumber yang akan melakukan kontribusi kepada 27 negara anggota. Sejauh ini focus utamanya adalah menantikan seperti apa stimulus tersebut, karena tentu akan mempengaruhi pergerakan pasar kedepannya. Namun dari 27 negara tersebut, tidak semua akan setuju begitu saja. Yang masih ingin mendengar proposal tersebut seperti apa adalah Austria, Belanda, Swedia, dan Denmark. Ke empat negara tersebut meminta bahwa stimulus tersebut harus berupa pinjaman, dan bukan hibah. Pinjaman tersebut harus memiliki komitmen yang kuat untuk melakukan reformasi dan membentu kerangka kerja fiscal yang lebih kuat serta patuh terhadap aturan hukum yang berlaku. Tentu kami menilai stimulus dalam bentuk pinjaman jangka panjang akan menjadi sesuatu yang menarik, karena dana tersebut akan digunakan dari, oleh, dan untuk Eropa. Oleh sebab itu, hal tersebut akan menjadi tolok ukur dan reformasi perekonomian Eropa ke depannya. Sebagai informasi, sebelumnya Bank Sentral Eropa telah membeli obligasi pemerintah dan telah meningkatkan dalam pemberian pinjaman. Sejauh ini paket bantuan senilai 540 miliar euro telah membantu untuk menangani dampak yang dihasilkan oleh wabah virus corona dimana hal tersebut akan membantu terkait dengan tingkat pengangguran, serta mendorong aktivitas bisnis agar ekonomi dapat berjalan kembali. Wakil Presiden Bank Sentral Eropa mengatakan bahwa paket paket stimulus yang diberikan sebelumnya karena tidak ada alternative yang lain bagi anggota parlement. Pemerintah dari negara negara kawasan euro terus berupaya untuk melewati masa masa sulit ini dengan memberikan stimulus untuk bisa mendorong perekonomian agar dapat berjalan kembali. Namun impactnya tentu saja deficit fiscal diperkirakan akan melebar dan utang akan menumpuk naik yang dimana efeknya akan dirasakan dalam jangka waktu panjang. Bagi kami, menjaga likuiditas dan stabilitas jangka pendek sama pentingnya, oleh sebab itu kami menilai baik jangka pendek maupun jangka menengah hingga panjang, semua sama pentingnya. Namun dari tingkat urgensinya, jangka pendek selalu lebih penting. Karena apabila pemerintah Eropa tidak menyiapkan solusi apa apa dalam jangka waktu pendek, maka impactnya akan jauh lebih buruk. Fitch percaya bahwa rasio hutang di Italia akan meningkat sekitar 20 poin menjadi 156% dari GDP Italia. Tentu mengkhawatirkan, namun lebih baik mengambil langkah untuk menjaga stabilitas daripada tidak sama sekali.

2.PAKET COMBO DARI JEPANG

Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe telah menggandakan langkah langkah stimulus yang akan dikeluarkan oleh Jepang ketika sebelumnya Perdana Menteri Jepang telah berjanji untuk menjaga bisnis dan ekonomi Jepang agar tetap bertahan ditengah wabah virus corona. Kabinet telah menyetujui stimulus tambahan sebesar 117 triliun yen atau $1.1 triliun sebagai stimulus yang mencakup bantuan untuk perusahaan yang sedang mengalami kesulitan, subsidi untuk perusahaan untuk membayar sewa dan beberapa triliun yen untuk perawatan kesehatan serta dukungan ekonomi usaha local. Paket stimulus tersebut akan didanai oleh anggaran tambahan kedua yang memecahkan rekor dalam hal pemberian stimulus. Sebelumnya Jepang telah masuk ke dalam resesi yang cukup dalam, sehingga hal tersebut telah menurunkan dukungan untuk cabinet Shinzo Abe ke level yang terendah dalam hal penangangan wabah di Jepang. Hal ini yang membuat Abe pada akhirnya memberikan langkah langkah stimulus dengan memberikan persentase hampir 40% dari GDP Jepang. Abe mengatakan bahwa mereka bertekad untuk melindungi ekonomi Jepang, hal ini lah yang membuat pada akhirnya cabinet menyetujui anggaran stimulus tambahan. Ketika popularitas seorang politisi turun, maka politisi cenderung ingin melakukan sesuatu yang lebih besar, hal tersebut yang dilakukan oleh Shinzo Abe kemarin. Sejauh ini pemerintah Jepang telah mengakhiri situasi dan kondisi darurat nasional, meskipun prospek ekonomi masih dalam posisi yang sulit. Banyak proyeksi mengatakan bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi Jepang akan menyusut lebih dari 20% pada kuartal ini, dan diyakini pemulihan bisa berjalan lebih lambat karena ekspor yang melemah, diikuti dengan sector pariwisata yang akan mengalami kesulitan untuk pulih dalam waktu yang singkat. Paket ekonomi yang kedua ini juga akan meningkatkan pinjaman dan investasi yang didukung oleh pemerintah sebesar 39 triliun yen, sehingga mendorong rekor pemberian stimulus sebesar 62.8 triliun yen pada tahun berjalan. Dalam sebuah pernyataannya, pemerintah dan Bank Sentral Jepang menjanjikan kerjasama yang lebih erat untuk mendapatkan dana bagi dunia bisnis yang tengah kesulitan, dan sejauh ini akan melindungi ekonomi yang mengalami pelemahan yang disebabkan wabah virus corona. Gubernur Haruhiko Kuroda juga mengatakan akan membeli lebih banyak obligasi pemerintah apabila kurva imbal hasil obligasi perlu diturunkan kembali. Jepang juga akan meningkatkan penerbitan utangnya sebesar 59.5 triliun yen untuk mendanai tambahan anggaran kedua dan pinjaman lainnya serta investasi dalam paket stimulus yang baru. Dan itu akan membuat total penerbitan obligasi tahun ini menjadi 212 triliun yen. Pengeluaran surat utang tersebut akan membuat rasio utang Jepang mengalami kenaikkan hingga 56.3%, yang dimana saat ini Jepang sudah memiliki beban utang yang cukup besar didunia, yang dimana sudah memasuki 2x ukuran ekonominya. Namun kembali lagi, ditengah situasi dan kondisi saat ini, kepala keuangan Aso mengatakan bahwa sudah bukan lagi saatnya untuk memikirkan kekhawatiran mengenai reformasi fiscal. Saat ini focus utamanya adalah pertumbuhan ekonomi untuk Jepang terlebih dahulu. Sejauh ini kami setuju bahwa stabilitas jangka pendek merupakan salah satu hal yang terpenting untuk menjaga ekspektasi di masa depan, karena tidak akan ada masa depan kalau tidak ada saat ini. Hal ini juga yang dilakukan oleh Eropa untuk menjaga stabilitas perekonomian dalam jangka waktu pendek.

“Kami merekomendasikan jual bertahap,” sebut analis Pilarmas.