ANALIS MARKET (19/5/2020) : Pasar Obligasi Berpotensi Menguat Terbatas

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pasar obligasi mulai menyentuh area 7.70% hari ini, dan masih berpotensi untuk menuju 7.65% akhir pekan ini.

Peluang yang tersedia cukup besar, apalagi ada pertemuan Bank Indonesia pada hari Rabu (20/5) nanti yang memberikan angin sorga terkait dengan penurunan tingkat suku bunga, meskipun sekali lagi kami mengingatkan bahwa posisinya belum segenting itu untuk Bank Indonesia menurunkan tingkat suku bunga.

Namun angin sorga ini akan dimanfaatkan oleh pelaku pasar dan investor untuk membuat harga obligasi mengalami kenaikkan.

Lelang kemarin (18/5) pun kami cukup senang karena total penawaran yang masuk lebih dari cukup untuk saat ini, namun yang terpenting adalah bahwa obligasi yang diserap cukup banyak diatas dari target yang telah ditentukan sehingga membuat harga obligasi mengalami kenaikkan meskipun masih dalam rentang terbatas.

Ditengah ketidakpastian pasar, pelaku pasar dan investor masih terfokus terhadap obligasi jangka pendek dibawah 5y, untuk mengurangi tingkat volatilitas, meskipun menurut kami 10y juga sudah cukup, karena diimbangi dengan tingkat kupon yang menarik.

Lebih lanjut analis Pilarmas menilai, diperdagangan Selasa (19/5) pagi ini, pasar obligasi diperkirakan akan dibuka bervariatif dengan potensi menguat terbatas.

“Pasar akan cenderung wait and see hari ini, meskipun ada pertemuan Bank Sentral Indonesia, namun asing tampaknya masih enggan untuk masuk ke dalam obligasi kembali khususnya terkait dengan ketidakpastian global yang terus merundungi pasar. Oleh sebab itu kami melihat investor lokal masih akan banyak bermain,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Selasa (19/5/2020).

Adapun cerita hari ini akan kita awali dari;

1.JAPAN, GANBARIMASHOU!

Kemarin (18/5) pagi, pada akhirnya data perekonomian Jepang menunjukkan perekonomian Jepang yang semakin suram. Semakin lama, terlihat Jepang semakin tenggelam dalam perlawanannya dengan virus corona. Jepang sebagai negara dengan perekonomian terbesar ketiga tersebut pada akhirnya menyusut kembali hingga 3.4% secara YoY, sehingga hal tersebut menunjukkan bahwa ada kontraksi selama 2 kuartal berturut turut. Dan mungkin ini menjadi sebuah awal dari sebuah gelombang ke 2 yang pernah kami sebutkan sebelumnya, dimana masalah resesi ini mungkin akan mendorong negara negara lain untuk mengalami hal yang serupa, dan potensi terjadinya hal tersebut cukup besar saat ini. Sejauh ini pembuat kebijakan juga harus mempertimbangkan pendekatan yang lebih untuk mendorong perekonomian mereka kembali agar dapat secepatnya mengalami kebangkitan. Penurunan ekonomi Jepang diperkirakan akan mengalami tekanan kembali dalam waktu dekat apabila tidak ada perubahan yang berarti, dan beberapa proyeksi tengah memperkirakan bahwa kontraksi akan terjadi berkisar 21.5% dalam kurun waktu 3 bulan mendatang hingga bulan Juni. Wabah virus corona telah memberikan tekanan terhadap pembuat kebijakan agar dapat meningkatkan stimulus yang ada, dan sejauh ini rekor stimulus berada di nilai 117 triliun yen atau $1.1 triliun yang dimana hal ini sudah menyentuh nominal 20% dari GDP Jepang. Sejauh ini kabar baik datang dari Menteri Ekonomi, Yasutoshi Nishimura yang berbicara pada hari Senin setelah data GDP muncul mengecewakan dengan mengatakan bahwa pemerintah akan memberikan stimulus tambahan putaran kedua lebih cepat untuk memberikan bantuan lebih banyak untuk bisnis dan ekonomi. Tidak hanya itu saja, Bank Sentral Jepang juga terus menaikkan plafon pembelian obligasi pemerintah untuk menjaga likuiditas di pasar dan diharapkan dalam waktu dekat Bank Sentral Jepang akan memperkenalkan program pinjaman terhadap perusahaan kecil pada pertemuan darurat pertemuan Bank Sentral minggu ini. Dalam data ekonomi yang terlihat kemarin, ekspor turun hampir 22%, yang dimana penurunan ini merupakan yang terdalam sejak 2011 lalu. Hal inilah yang membuat laba produsen mobil, seperti Toyota kehilangan nilai keuntungan sebanyak 80%.

2.MEMANG BISA ?

Ditengah rencana pelonggaran pembatasan sosial berskala besar ( PSBB ) Presiden Joko Widodo mengatakan pemerintah baru menyatakan pelonggaran PSBB masih dalam tahap wacana jika situasi sudah menunjukkan perbaikan. Namun jika masih terdapat penambahan jumlah korban yang signifikan, rencana pelonggaran PSBB tersebut belum akan dilakukan untuk menjaga agar situasi tidak semakin parah. Hal ini disampaikan oleh Presiden Jokowi dalam konferensi pers dan selanjutya menungkapkan Jangan sampai keliru ditangkap masyarakat bahwa pemerintah sudah mulai melonggarkan PSBB , belum ada kebijakan pelonggaran PSBB . Yang sedang kita siapkan memang baru sebatas rencana atau skenario pelonggaran yang akan diputuskan setelah ada timing yang tepat atau setelah lihat data dan fakta di lapangan, biar semua jelas. Meskipun pemerintah tetap memberikan sektor jasa transportasi beroperasi, tetapi belum bisa sepenuhnya. Sektor transportasi yang diberikan kesempatan beroperasi adalah yang melayani angkutan untuk logistik, urusan kesehatan, pemerintahan, pemulangan pekerja migran dan untuk sektor industri strategis lainnya namun harus tetap memenuhi standar protokol kesehatan yang ketat sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Namun kami melihat di lapangan kenyataannya tidak demikian. Ramainya bandara dan pasar, justru membuat tanda tanya tersendiri apakah PSBB sudah dilonggarkan sedari awal? Atau dari pemerintah telah melonggarkan hal tersebut? Karena apabila ternyata situasi dan kondisi sudah berjalan seperti semula, untuk apa PSBB masih digunakan? PSBB dan pengorbanan para perusahaan serta pekerja untuk menahan aktifitas ekonomi bertujuan untuk mempercepat proses melandainya kurva virus corona, agar aktifitas ekonomi dapat kembali berjalan. Pertanyaannya adalah, ketika PSBB ini tidak ditaati oleh semua masyarakat, apakah PSBB menjadi sesuatu yang efektif? Kalau tidak menjadi sesuatu yang efektif, lebih baik dilonggarkan saja sekarang agar aktifitas ekonomi bisa dibuka kembali, sehingga kesehatan dan ekonomi dapat berjalan beriringan. Karena kalau apabila ternyata PSBB ini tidak dijalankan dengan baik, maka pengorbanan selama ini akan menjadi sia sia dan percuma, hanya membuang waktu yang ada saat ini dan semakin membuat perekonomian semakin tertekan. Harus ada kerjasama antara pemerintah dan masyarakat, sehingga ada interaksi dua arah.

“Menyikapi beragam kondisi tersebut diatas, kami merekomendasikan beli hari ini dengan volume terbatas,” sebut analis Pilarmas.