ANALIS MARKET (23/4/2020) : Pasar Obligasi Berpotensi Melemah Terbatas
Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pasar obligasi pada akhirnya mengalami pembalikkan arah menjadi penurunan, meskipun hanya obligasi berdurasi 15y yang mampu bertahan.
Namun kami melihat ada potensi yang begitu besar bagi obligasi berdurasi 15y untuk mengalami penurunan, karena obligasi benchmark atau acuan semua mengalami penurunan.
Di satu sisi, meskipun minim, namun ada capital inflow yang mulai masuk. Tapi nilainya masih belum signifikan, sehingga tidak memberikan dampak yang terlalu besar bagi pergerakan harga obligasi.
Meskipun kemarin (22/4) diadakan lelang tambahan, namun hal ini masih belum memberikan pengaruh yang cukup besar bagi pasar.
Pasalnya saat ini, ditengah potensi shortfall yang terjadi, akan mendorong Pemerintah untuk menerbitkan surat utang yang lebih banyak lagi, baik melalui lelang ataupun melalui pasar sehingga akan memberikan yield yang lebih tinggi.
Memang benar, spread antara US treasury dan imbal hasil obligasi Indonesia semakin besar, namun hal ini dianggap sebagai sesuatu yang wajar.
Kami pernah menyampaikan bahwa sekalipun US Treasury dan Obligasi Indonesia sama sama obligasi, namun kriterianya berbeda.
Yang harus diingat adalah, US Treasury masuk kedalam kriteria Safe Haven Asset, sedangkan obligasi Indonesia masuk ke dalam obligasi Emerging Market, yang notebene tentu saja akan memiliki tingkat resiko paling tinggi ditengah situasi dan kondisi seperti ini.
“Dan ketika memiliki tingkat resiko paling tinggi, itu artinya imbal hasil obligasi kita harus memberikan yield yang lebih manis ketimbang US Treasury, agar orang tertarik untuk berinvestasi di pasar obligasi dalam negeri. Sehingga ketika spread ratio antara US Treasury dengan obligasi dalam negeri semakin lebar, ini salah satu implikasi dan pengaruh dari berbedanya rating dari kedua obligasi tersebut,” terang analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Kamis (23/4/2020).
Lebih lanjut analis Pilarmas menilai, diperdagangan Kamis (23/4) pagi ini, pasar obligasi diperkirakan akan dibuka melemah dengan potensi melemah terbatas.
Adapun cerita di pagi hari ini akan kita awali dari;
1.BERAKHIR SAMPAI DISINI?
Dalam sebuah cerita cinta, sebuah hubungan mungkin ada pahit dan manisnya. Namun tidak ada satu cerita cinta pun yang mampu menyaingi balada cinta Amerika dan China. Saat ini hubungan Amerika dan China sedang berada dalam titik terendah akibat saling berfikir jelek mengenai wabah virus corona. Presiden Trump menyalahkan China atas kurangnya transparansi dari wabah virus corona sejak pertama kali kasus tersebut dilaporkan. Sebagai tanggapan, China telah menyarankan bahwa mungkin Amerika telah menjadi sumber pandemic global. Sejauh ini hubungan Amerika dan China telah berada pada titik yang paling buruk sejak tahun 1970. Menurut James Crabtree, tidak ada pihak yang ingin disalahkan atas tanggapan mereka sendiri, sehingga orang orang China dan Amerika tentu saja akan saling menyalahkan. Bulan lalu, Trump menyatakan bahwa para pejabat China tidak sepenuhnya berbagi informasi yang lebih cepat mengenai wabah yang pertama kali di laporkan di kota Wuhan. Kalau saja informasinya cepat di sampaikan, tentu Amerika dapat bertindak lebih cepat. Tidak hanya itu saja, selang 1 bulan berikutnya, intelijen Amerika melaporkan kepada White House bahwa China sengaja memberikan laporan yang tidak lengkap mengenai jumlah total kasus virus yang terkena di China. Laporan rahasia tersebut mengatakan bahwa angka tersebut adalah palsu. Kami dan dunia sebetulnya Bahagia ketika ikatan Amerika dan China telah dipersatukan secara sah berdasarkan hitam di atas putih pada bulan January lalu, namun belum begitu lama kebahagian terjadi, sekarang masing masing pihak mulai mencurigai dan melemparkan tudingan satu sama lain, yang membuat hubungan keduanya semakin memanas, dan sewaktu waktu bisa saja kesepakatan tersebut hanya menjadi kertas yang tidak berharga. China tidak tinggal diam tatkala dituding berbagai tuduhan, China mengatakan bahwa tentara Amerika mungkin menjadi penyebab wabah di Wuhan. Saat ini cukup banyak perdebatan, tentang siapa pasien pertama wabah virus corona tersebut. Dan dari sisi China menyampaikan bahwa pasien tersebut adalah salah satu tentara Amerika yang berada di Wuhan. Mungkin saja tentara tersebut yang menyebabkan wabah virus corona di kota Wuhan. Tidak hanya Amerika, Inggris pun juga sedang bersitegang dengan China yang mengatakan bahwa Inggris mungkin tidak akan dapat berbisnis seperti biasanya dengan China setelah kejadian wabah virus corona ini. Inggris menginginkan ada penyelidikan yang mendalam sebelum adanya kerjasama kembali. Namun bukan cerita cinta namanya kalau tidak ada mak comblang ditengahnya. Cui Tiankai, Duta Besar China untuk Amerika mengajak untuk kembali berfikir sejenak mengenai dasar dasar hubungan antara Amerika dan China dalam menghadapi wabah virus corona ini. Cui membela China dengan mengatakan bahwa China telah transparansi dengan memberikan informasi yang dimiliki kepada WHO, dan tidak hanya itu saja. Cui pun prihatin dengan pola pikir “apapun kecuali China”. Namun apapun itu, kami berharap bahwa ditengah wabah virus corona ini kita banyak belajar, bahwa ternyata alam punya kehendak yang lebih kuat daripada sekedar pertengkaran kedua negara.
2.EURO BERAKSI
Uni Eropa mulai merencanakan sebuah stimulus 2 triliun euro atau $2.2 triliun untuk pemulihan ekonomi. 27 Kepala Pemerintahan Uni Eropa telah membahas langkah langkah selanjutnya dalam menangani wabah virus corona setelah sebelumnya dilakukan beberapa pembatasan terhadap penutupan pabrik pabrik dan penghentian perjalanan, sehingga menjadikan Uni Eropa memasuki resesi yang cukup dalam. Ditengah perdebatan mengenai beberapa paket penyelamatan kawanan Eropa, Bank Sentral Eropa telah mengambil langkah akan menerima beberapa obligasi dalam kategori junk sebagai jaminan untuk melakukan pinjaman ke bank. Sejauh ini kerugian terus mengalami peningkatan, dan anggota Uni Eropa Utara menolak adanya beban di dalam struktur pembiayaan yang baru untuk membantu rekonstruksi hutang di bagian Eropa Selatan yang terkena virus lebih besar. Sejauh ini dalam rancangannya, Uni Eropa akan mengintegrasikan dana pemulihan sebesar 300 miliar euro ke dalam anggaran 2021 – 2027 dan akan melakukan pinjaman sebesar 320 miliar euro ke dalam pasar modal. Presiden Komisi Uni Eropa, Ursula von der Leyen mengatakan bahwa dirinya akan mempresentasikan beberapa rencana mengenai pemulihan perekonomian. Tidak mau kalah dari Indonesia, France, Spain, dan Italy telah menyampaikan sebuah rencana dari Uni Eropa untuk melakukan penerbitan obligasi bersama, yaitu corona bonds, namun Jerman dan Belanda menolak hal tersebut karena khawatir mereka akan terjebat dalam pusaran dana tersebut. Sumber dana untuk melakukan pemulihan harus memiliki obligasi dengan jatuh tempo yang panjang. Sejauh ini, deficit Jerman telah lebih dari 7% terhadap GDP tahun ini karena adanya pengeluaran tambahan untuk mengatasi krisis. Utang public juga mengalami peningkatan setelah beberapa tahun sebelumnya mengalami penurunan. Tidak hanya itu saja, deficit Italia mungkin bisa lebih dari 10% dari GDP, sehingga mendorong rasio utang terhadap GDP menjadi lebih dari 150%. Dibawah proposal komisi Eropa, setengah dari dana tersebut akan diberikan sebagai pinjaman kepada negara negara, sementara sisanya akan tetap dalam anggaran Uni Eropa untuk menutupi bunga tahunan sekitar 500 juta euro. Dana pemulihan sementara akan berkisar 300 miliar euro dalam anggaran jangka panjang, 200 miliar euro untuk fasilitas pemulihan dan ketahanan, 50 miliar euro akan digunakan kembali dan akan dimasukkan ke dalam anggaran tahun 2021 dan 2022.
“Kami merekomendasikan wait and see,” sebut analis Pilarmas.

