ANALIS MARKET (30/3/2020) : Pasar Obligasi Diperkirakan Bergerak Bervariatif

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pasar obligasi masih konsisten dalam menjalani kenaikkan yang terjadi kemarin.

Ini merupakan hari kedua pasar obligasi mengalami kenaikkan yang didominasi oleh pelaku pasar local yang menopang kenaikkan tersebut.

Kami cukup senang, meskipun asing terus menerus membuang obligasi, entah itu Bank Indonesia ataupun lembaga keuangan yang ada di Indonesia, pasar obligasi masih berdiri cukup kokoh.

Sebetulnya posisi saat ini merupakan posisi yang ideal, karena porsi asing mulai mendekati 30%.

“Tentu hal ini sesuatu yang kita nanti cukup lama, karena kami memang menginginkan porsi asing dibawah 30% untuk menjaga volatilitas pasar yang selama ini cukup mengganggu pergerakan harga obligasi. Namun tetap saja, biar bagaimanapun kita sebagai Negara Emerging Market pasti akan membutuhkan asing untuk menyerap pasar surat utang kita, sehingga kami melihat kejadian ini pun sebetulnya hanya sementara,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Senin (30/3/2020).

Lebih lanjut, analis Pilarmas menilai, diperdagangan Senin (30/3) pagi ini, pasar obligasi diperkirakan akan dibuka bervariatif, pemicunya adalah lelang yang diadakan esok hari oleh Pemerintah.

Biasanya begitu ada lelang, pasar obligasi akan merespon dengan penurunan harga, sehingga mengakibatkan kenaikkan yield yang mendorong permintaan yield akan semakin tinggi pada saat lelang esok.

Sejauh ini pasar obligasi belum dapat dikatakan konsisten mengalami penguatan, karena ini baru hari ke 2.

Sama seperti saham, pekan ini akan menjadi pekan yang menentukan apakah ini semua hanyalah angin sorga semata atau tidak

Adapun cerita hari ini akan kita mulai dari;

1.JEPANG VS CORONA JILID 2

Jepang bersiap untuk memberikan stimulus tambahan dalam kurun waktu 10 hari untuk mendorong perekonomian Jepang tetap exist tatkala wabah virus corona menekan. Tidak hanya itu saja, Shinzo Abe menyampaikan kepada masyarakat Jepang bahwa mereka harus bersiap untuk melawan virus mungkin dalam jangka waktu yang panjang. Dalam konfrensi pers yang diadakan di Tokyo, Abe mengatakan bahwa dirinya tidak ingin memberlakukan keadaan darurat saat ini, namun dirinya terus memberikan himbauan kepada masyarakat untuk tetap waspada menghadapi virus corona. Abe akan mengambil tindakan untuk mendorong permintaan dalam jangka waktu pendek. Abe akan menerapkan pelonggaran kebijakan ekonomi mulai dari kebijakan fiscal, moneter, pajak semua akan diterapkan dalam satu waktu. Tidak hanya itu saja, pinjaman tanpa bunga pun akan dihadirkan, termasuk kedalam sector swasta. Tentu hal ini memberikan indikasi bahwa Pemerintah juga pun ikut menjaga daya beli masyarakat untuk tetap ada, setidaknya untuk memenuhi kebutuhan pokok. Hingga Minggu, 29 March 2020, Jepang terkena kasus corona dengan jumlah 1.693 dengan total kematian sebanyak 52 kasus. Meskipun angka tersebut masih dalam relative kecil kalau kita bandingkan dengan Negara lain, namun efek yang ditimbulkan oleh wabah virus corona tersebut sudah sangat besar terhadap sector keuangan, dan ini yang membuat ekonomi Jepang menuju periode terlemah sejak krisis keuangan. Sejauh ini Goldman Sachs Group mengatakan bahwa mereka tengah memangkas ekspektasi menjadi 3.1%. Jepang juga akan memberikan bantuan langsung tunai kepada masyarakat dalam skala yang lebih besar daripada periode krisis keuangan sebelumnya lebih dari 1 decade lalu. Sejauh ini, pemotongan pajak akan dinaikkan menjadi 10% pada bulan October mendatang. Kami juga melihat ditengah situasi dan kondisi yang terjadi sekarang, penundaan Olimpiade yang seharusnya berlangsung dalam waktu dekat juga menghilangkan pendapatan dan dorongan bagi perekonomian Jepang. Menteri Keuangan Taro Aso juga memberikan pendapat bahwa strategi Pemerintah yang pertama adalah menjaga perusahaan perusahaan yang berada di Jepang untuk tetap berjalan dan pegawai tetap dipekerjakan. Para analis percaya bahwa ekonomi sudah memasuki resesi pada kuartal ini setelah sebelumnya mengalami kontraksi sebesar 7.1% pada kuartal sebelumnya yang disebabkan oleh kenaikkan pajak penjualan, bencana alam, dan permintaan ekspor yang melemah. Menteri Ekonomi Jepang, Yasutoshi Nishimura mengatakan bahwa Jepang harus memberikan stimulus untuk menjaga perekonomian Jepang agar tidak terjadi deflasi. Marilah kita berharap bahwa Pemerintah Jepang akan menyiapkan beberapa kejutan khususnya dalam bidang stimulus ekonomi dalam kurun waktu 10 hari kedepan, karena ini akan menjadi salah satu moment yang dinantikan oleh pelaku pasar, bagaimana Pemerintah Jepang dapat menjaga perekonomiannya saat ini ditengah potensi resesi yang kian semakin besar akibat wabah virus corona.

2.TRUMP DAN SEBUAH TANDATANGAN

Presiden Trump pada akhirnya telah menandatangani paket stimulus terbesar dalam sejarah Amerika pada hari Jumat kemarin senilai $2 Triliun untuk menyelamatkan ekonomi yang terkena imbas dari wabah virus corona. Trump mengatakan bahwa ini merupakan bantuan yang sangat dibutuhkan untuk menopang perekonomi Amerika dan menjaga bisnis baik kecil maupun besar untuk tetap kuat. Rencana ini akan memberikan dorongan stimulus berupa pinjaman, keringanan pajak, dan pinjaman langsung kepada perusahaan kecil dan besar, serta masyarakat yang dimana pendapatannya mengalami penurunan. Paket stimulus tersebut akan memberikan $500 miliar dalam bentuk pinjaman dan bantuan untuk perusahaan besar, termasuk didalamnya ada $62 miliar untuk sector maskapai penerbangan. Tidak hanya itu saja, $350 miliar bantuan untuk usaha kecil dan $1.200 untuk bantuan langsung tunai kepada masyarakat Amerika yang memiliki penghasilan rendah hingga menengah, ditambah lagi $500 untuk setiap anak. Rumah sakit juga akan menerima bantuan sebesar $117 miliar, untuk asuransi penggangguran juga akan naik hingga $600 per minggu. Dulu krisis keuangan jumlah paket yang ditandatangani sebesar $800 miliar. Sejauh ini langkah langkah yang dilakukan oleh Pemerintah Amerika kami menilai masih belum cukup untuk mencegah potensi resesi atau menahan dampak negative dari wabah virus corona. Meningkatnya jumlah penderita virus corona membuat ekonomi kian tertekan sehingga perlambatan aktivitas ekonomi akan semakin terlihat. Saat ini jumlah penderita virus corona dari Amerika sudah menjadi nomor 1 diseluruh dunia. Hal ini yang membuat kekhawatiran bahwa apa yang dilakukan The Fed hanyalah morphin yang bertahan sementara waktu. Mengapa demikian? Karena kami berfikir bahwa yang dilakukan saat ini hanyalah obat dari dampak yang ditimbulkan, namun luka intinya belum disembuhkan. Ketika luka inti belum disembuhkan, maka sebanyak apapun yang dilakukan, mungkin tidak akan mampu menyembuhkan luka yang sesungguhnya. Well, seperti banyak orang yang berpendapat, bahwa tidak ada gunanya melawan The Fed, apalagi tatkala The Fed memiliki amunisi yang tidak akan habis. Marilah kita berdoa bahwa itu benar adanya.

3.BOLLYWOOD BERAKSI

Bank sentral India memangkas tingkat suku bunganya dan mengumumkan langkah langkah untuk meningkatkan likuiditas dalam paket stimulus senilai 3.2% dari GDP untuk melawan dampak negative dari wabah virus corona. Bank Sentral India memangkas tingkat suku bunga sebanyak 75 bps menjadi 4.4% dalam pertemuan darurat kemarin. Bank Sentral India juga memangkas Cash Reserve Ratio sebanyak 100 bps menjadi 3% untuk meningkatkan likuditas. Pasar obligasi mengalami kenaikkan yang menyebabkan imbal hasil obligasi Pemerintah 10y turun hingga 5.98% sejak 2009 silam, dan Rupee berubah menjadi 75.11 per dollar Amerika. Bank Sentral India terus menerus memikirkan langkah langkah untuk memberikan dukungan stimulus yang sudah dilakukan berbagai macam Bank Sentral diseluruh dunia untuk melawan virus corona tersebut. Pemangkasan tingkat suku bunga tersebut merupakan yang terbesar sejak 2009 silam yang diikuti dengan menambah likuiditas perbankan hingga 3.74 triliun Rupee atau $50 miliar untuk mendukung pasar keuangan dan memperlancar volatilitas. Pemangkasan tingkat suku bunga ini dilakukan sehari setelah Menteri Keuangan Nirmala Sitharaman memberikan langkah bantuan stimulus senilai 1.7 triliun rupee. Apabila situasi dan kondisi kian semakin memburuk, Bank Sentral India masih memiliki amunisi untuk memberikan stimulus yang lain. Padahal tahun lalu saja, Bank Sentral India telah memangkas tingkat suku bunganya sebanyak 5x.

“Kami merekomendasikan wait and see dan ikuti lelang yang akan diadakan oleh Pemerintah esok hari sebagai bagian dari strategi,” sebut analis Pilarmas.