ANALIS MARKET (17/12/2020) : Pasar Obligasi Berpotensi Menguat

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, dunia gemerlap, gegap gempita dengan kenaikkan IHSG yang menembus 6.100. Seakan tidak mau kalah, pasar obligasi juga mencatatkan kenaikkan yang cukup signifikan.

Apakah ini terlalu Indah untuk menjadi kenyataan?

Mungkin saja, namun selama sentiment positive mempengaruhi pasar, kenaikkan IHSG dan pasar obligasi masih akan terus berlanjut.

Kehadiran pasar obligasi menambah semarak pergerakan pasar, meskipun pelaku pasar dan investor masih lebih memilih saham sebagai salah satu tujuan investasi prioritas.

Pasar obligasi diperkirakan akan terus beranjak naik, namun sebagai catatan, ternyata eh ternyata kepemilikkan asing kembali turun lho. Dari sebelumnya 25.8% dalam waktu yang singkat, kepemilikkan tersebut hanya tinggal 25.2%. Berarti yang bermain dan menopang pasar adalah pemain local yang di pimpin oleh Bank Indonesia.

Kehati hatian menjadi point penting saat ini karena imbal hasil obligasi 10y sudah berada di posisi dibawah 6.10%. Tidak menutup kemungkinan apabila konsisten bergerak di level ini, maka level selanjutnya adalah 6.00% - 6.05%.

Selama ekspektasi dan harapan terjaga asupannya, diikuti dengan kekuatan dari pasar, semua akan menjadi mungkin.

Apalagi The Fed memberikan signal yang sangat kuat bahwa mereka akan melakukan segalanya untuk menopang perekonomian, meskipun pada pertemuan bulan ini The Fed tidak menambah jumlah pembelian obligasi mereka maupun mengubah durasi pembelian obligasinya.

Kami melihat bahwa The Fed menahan diri hingga pemerintahan baru resmi dimulai, di satu sisi Powell juga menginginkan bauran kebijakan dari pemerintah terkait dengan pemberian stimulus fiscal pekan ini.

Kami melihat meskipun The Fed tidak menambah jumlah pembelian obligasinya, namun sejauh ini sudah lebih dari cukup, karena percuma melakukan segalanya tapi pemerintah menahan stimulus tersebut.

Oleh sebab itu, pemerintahan yang baru pada tahun depan akan menjadi titik baru perekonomian Amerika akan kembali bangkit yang didukung oleh vaksin.

The Fed sudah, selanjutnya penantian akan pertemuan Bank Indonesia hari ini meskipun secara prediksi tingkat suku bunga tidak akan berubah, namun siapa tahu Bank Indonesia memiliki kejutan yang lain.

Alhasil, potensi imbal hasil obligasi pemerintah 10y berpotensi besar ditutup dibawah 6.10% tahun ini.

Lebih lanjut analis Pilarmas menilai, diperdagangan Kamis (17/12) pagi ini, pasar obligasi diperkirakan akan dibuka menguat dengan potensi menguat namun menanti pertemuan Bank Indonesia terlebih dahulu.

“Kami merekomendasikan beli,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Kamis (17/12/2020).

Adapun cerita hari ini, akan kita awali dari;

1.DARI THE FED UNTUK KITA

Yap, penantian yang ditunggu tunggu akhirnya usai sudah. Pertemuan The Fed yang sudah dilakukan tadi pagi pada akhirnya memperlihatkan kepada kita bahwa The Fed akan terus berusaha untuk memperkuat komitmennya untuk mendukung perekonomian Amerika yang dimana itu artinya The Fed berjanji untuk terus melakukan program pembelian asset dengan nilai yang besar sampai perekonomian Amerika memperlihatkan kemajuan, khususnya dalam lapangan kerja dan inflasi. The Fed melalui Powell mengatakan, bahwa mereka akan mempertahankan pembelian obligasi bulanan setidaknya $120 miliar per bulan. Sejauh ini The Fed belum memberikan pengumuman untuk mengubah program pembelian mereka, bahkan The Fed tidak akan mengubah durasi pembelian jatuh tempo obligasi seperti yang direkomendasikan sebelumnya. Powell mengatakan akan terus melakukan pembelian asset, meskipun masih belum memberikan data proyeksi secara jelas terkait dengan efek dari pembelian asset tersebut kepada inflasi dan tingkat pengangguran. Powell tidak dapat memberikan jawaban dalam bentuk data yang pasti, namun situasi dan kondisi perekonomian saat ini masih memiliki jalan keluar yang lebih pasti kedepannya. Di sisi yang lain, pemerintah masih terus berupaya untuk melakukan segala bentuk usahanya, agar stimulus dapat keluar pada pekan ini, karena perekonomian tidak bisa bertumpu hanya dari The Fed seorang diri. The Fed sejauh ini masih belum terlalu aggresif dalam melakukan upaya sebagai seorang Bank Sentral untuk melangkah lebih jauh, karena kami melihat The Fed sendiri masih akan berhati-hati sebelum melangkah karena dari pihak Bank Sentral tentu menginginkan koordinasi yang lebih erat lagi dengan pemerintahan yang baru dimana Biden dan Yellen akan menjadi tali pengikat yang kuat bagi Powell untuk mendorong dan menciptakan bauran kebijakan. The Fed juga mengatakan sejauh ini aktivitas perekonomian dan lapangan pekerjaan masih terus dalam tahap pemulihan, meskipun masih jauh dari level yang diharapkan pada awal tahun. Untuk proyeksi triwulan, perekonomian menunjukkan beberapa perbaikan apabila kita bandingkan dengan bulan September lalu. The Fed sendiri akan terus menjaga tingkat suku bunga pinjaman mereka setidaknya hingga 2023 mendatang. FOMC sendiri mengharapkan target tersebut dapat mencapai tingkat yang konsisten terkait dengan lapangan kerja maksimum dan inflasi yang mengalami kenaikkan menjadi 2% dan berharap inflasi akan melebihi 2% dalam beberapa waktu mendatang. Powell memberikan peringatan bahwa dalam beberapa bulan kedepan, mungkin perekonomian akan penuh dengan tantangan, karena masih banyak masyarakat yang mengalami kesusahan ditambah dengan usaha skala kecil yang masih berjuang untuk bertahan. Mereka tidak dapat bertahan dalam kurun beberapa bulan mendatang apabila tidak ada bantuan yang diberikan untuk menopang kehdupan mereka. Pasar keuangan sejauh ini masih dudukung oleh investor yang terus berharap bahwa pertumbuhan ekonomi akan lebih stabil pada tahun depan, karena vaksinasi akan hadir dan memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk memulai aktivitas perekonomian seperti sedia kala. Didukung oleh tingkat suku bunga yang rendah dan putaran lain dari stimulus fiscal, tentu hal ini akan menjadi salah satu andalan pemulihan perekonomian kedepannya. Secara makro ekonomi, The Fed telah mengubah beberapa proyeksinya terkait dengan GDP 2020, The Fed menurunkan proyeksinya dari sebelumnya 3.7% menjadi 2.4%. Pertumbuhan ekonomi akan berkisar 4.2% pada tahun 2021 mendatang. Tingkat pengangguran turun dari proyeksi sebelumnya di 5.5% menjadi 5% pada tahun 2021, dan 4.2% pada tahun 2022. Inflasi pada tahun 2021 akan mengalami kenaikkan dari sebelumnya 1.7% menjadi 1.8%. Dan akan menjadi 1.9% pada tahun 2022 mendatang. Pertemuan The Fed yang dinantikan sudah usai, lantas apa langkah selanjutnya? Menantikan stimulus dari pemerintah yang sedang dibahas saat ini dan semoga diharapkan pekan ini dapat keluar karena dana stimulus akan habis pada hari Sabtu pekan ini. Meskipun pelaku pasar dan investor sedikit kecewa, karena tidak ada perubahan dalam jumlah nominal pembelian obligasi, namun kami melihat The Fed lebih optimis menatap masa depan terutama didukung oleh pemerintahan yang baru. Ini akan menjadi bekal yang sangat penting bagi perekonomian Amerika dan dunia kedepannya. Dengan kerjasama antara Yellen dan Powell, tentu ini akan menjadi sebuah gambaran bahwa pemulihan kian terlihat, dan masa masa sulit tentu akan cepat berakhir. Stimulus fiscal diharapkan dapat keluar sebesar $900 miliar yang dimana tentu stimulus tersebut dapat memberikan secercah harapan bagi pasar pekan ini. Setelah The Fed, yuk hari ini kita nantikan Bank Indonesia akan mengadakan pertemuan. Secara garis besar, seharusnya tidak ada yang berubah dengan tingkat suku bunga. Tapi apapun bisa terjadi, mungkin saja ada hadiah dari Bank Indonesia untuk menjaga prospek perekonomian kedepannya sehingga fase pemulihan ekonomi dapat berjalan dengan baik.