ANALIS MARKET (15/12/2020) : Aksi Beli Dalam Volume Kecil Direkomendasikan

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pasar obligasi kembali bergerak sesuai dengan prediksi kami.

Melemahnya pasar obligasi berdurasi 5y dan naiknya harga obligasi berdurasi 10y hingga 20y menunjukkan bahwa pelaku pasar dan investor kembali percaya terhadap prospek perekonomian Indonesia.

Hal ini tercermin dari kenaikkan harga yang kembali terjadi meskipun tidak signifikan, namun ini merupakan bekal yang cukup bagi pasar obligasi untuk kembali mencatatkan kenaikkan harga tertingginya untuk obligasi jangka menengah hingga panjang.

Oleh sebab itu, kenaikkan harga tentu akan mendorong imbal hasil pasar obligasi untuk kembali mengalami penurunan.

Untuk imbal hasil obligasi berdurasi 10y, sedang berusaha untuk menyentuh kembali 6.10%.

Sejauh ini secara sentiment, tidak ada yang perlu diragukan, semuanya mendukung fase pemulihan perekonomian yang tentunya akan mendorong pelaku pasar dan investor untuk kembali berinvestasi dalam efek, baik saham maupun obligasi.

Lantas harus pilih yang mana?

Sejauh ini, kami melihat saham masih merupakan salah satu efek terbaik tatkala pemulihan perekonomian berjalan, namun bicara tingat resiko, obligasi masih memiliki nilai resiko yang lebih rendah.

Diversifikasi harus dilakukan, untuk mengelola nilai resiko serta memaksimalkan keuntungan.

Kami turut bahagia IHSG terus menerus kembali berada di zona hijau, namun kami takut menjadi halu karena terlena dengan sentiment yang ada. Obligasi akan menjadi penopang ketakutan tersebut, namun jangan lupa untuk memilih obligasi yang sehat secara fundamental, khususnya obligasi corporate bond.

Sekarang menjelang pertemuan Bank Indonesia dan The Fed, tentu hasil pertemuan kedua bank tersebut sangat dinantikan.

Sekarang pilihannya, mau ikut berpesta atau tidak?

Ingat, Bank Sentral Australia sudah melakukan suntikan stimulus kembali lho, yang dimana itu artinya Bank Sentral Australia juga melakukan segala caranya demi memulihkan perekonomian. Masa The Fed dan Bank Indonesia berpangku tangan.

Sebelum ada kejutan dari mereka, tidak ada salahnya kita melakukan akumulasi beli meskipun dalam jumlah yang terbatas.

Lebih lanjut analis Pilarmas menilai, diperdagangan Selasa (15/12) pagi ini, pasar obligasi diperkirakan akan dibuka menguat untuk obligasi 10y hingga 20y, dan melemah untuk obligasi 5y.

“Kami merekomendasikan beli dengan volume kecil,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Selasa (15/12/2020).

Adapun cerita di hari ini akan kita awali dari;

1.SUNTIKAN KEBIJAKAN

Pekan ini pertemuan The Fed akan menjadi sorotan Bank Sentral di seluruh dunia terkait dengan aksi yang akan dilakukan dan stimulus yang akan diberikan kepada perekonomian Amerika yang dimana saat ini masih tengah menderita akibat tekanan dari corona. Kami melihat ada beberapa hal yang akan dilakukan oleh The Fed, yaitu terkait rencana pembelian asset dengan berpatok terhadap data lapangan pekerjaan dan inflasi serta mengubah tempo dan komposisi pembelian obligasi. Namun tidak hanya itu saja, kebijakan non moneter akan menjadi salah satu yang amat sangat dinantikan, karena kami melihat The Fed tidak akan memangkas tingkat suku bunga kembali hingga negative. The Fed akan melakukan segalanya, kecuali memangkas tingkat suku bunga karena hal tersebut berpotensi menciptakan fraud bagi pasar keuangan di Amerika. Sejauh ini, FOMC diperkirakan akan memperpanjang jatuh tempo dari rata rata pembelian obligasi yang sedang berlangsung saat ini hingga 2021 mendatang karena untuk membantu proses pemulihan perekonomian dengan kehadiran vaksin, maka The Fed wajib mengawal proses tersebut. Vaksin dari sisi kesehatan, dan The Fed dari kebijakan moneter. Kami juga sangat menantikan kebijakan berikutnya untuk tahun 2021 mendatang terkait dengan apa yang akan dilakukan The Fed selanjutnya, meskipun kami percaya bahwa bulan January nanti ketika Biden di lantik, seharusnya stimulus fiscal dapat diberikan untuk menopang perekonomian Amerika bersama dengan kebijakan moneter. Akan menjadi sangat teramat sulit apabila ternyata The Fed tidak mendapatkan bantuan dari stimulus fiscal tersebut, karena tidak mungkin apabila pemulihan perekonomian bersandar kepada The Fed sendirian. Sejauh ini The Fed masih membeli $80 miliar / bulan dalam bentuk Treasury dan $40 miliar / bulan dalam bentuk efek yang berbasiskan hipotek yang masuk ke dalam program yang dibuat untuk menekan biaya pinjaman untuk rumah tangga dan bisnis yang terkena dampak dari wabah virus corona. Untuk mendorong pemulihan lebih cepat lagi pada tahun 2021 mendatang, kami melihat ada potensi The Fed akan meningkatkan secara nilai jumlah pembelian yang sejauh ini senilai $120 miliar / bulan untuk menopang perekonomian dengan catatan apabila pemerintah belum memberikan stimulus fiscal. Kehadiran stimulus fiscal sangat membantu kebijakan moneter saat ini, karena sehebat apapun kebijakan moneter, tidak akan mampu menopang semuanya karena ada beberapa hal yang tidak dapat dilakukan oleh kebijakan moneter. Oleh sebab itu, semakin sedikit kebijakan fiscal, semakin banyak kebijakan moneter. Semakin banyak kebijakan moneter, semakin tinggi resiko yang diemban oleh Bank Sentral. Berdasarkan risalah bulan lalu, para pejabat juga mengatakan bahwa mereka akan membuat keputusan berdasarkan situasi dan kondisi perekonomian, oleh sebab itu diharapkan dengan kehadiran vaksin hal ini akan menambah cara pandang The Fed dalam membuat keputusan. Sejauh ini The Fed merasa cukup untuk apa yang mereka lakukan dengan beberapa program kebijakan untuk menopang perekonomian, namun The Fed akan terus beradaptasi dengan situasi dan kondisi yang ada. Harapan selanjutnya apa? Dengan kehadiran Yellen sebagai Menteri Keuangan, tentu harapannya adalah bauran kebijakan fiscal dan moneter diperkuat, apalagi Yellen merupakan seseorang yang focus terhadap inflasi dan pengangguran sehingga tentu hal ini akan menjadi ikatan tidak terlihat antara Powell, Yellen, dan perekonomian Amerika. Nah, hal yang sama juga dilakukan oleh Bank Sentral Australia untuk melakukan segalanya untuk menopang perekonomian Australia yang dimana pada akhirnya Bank Sentral Australia tersebut akan memperpanjang program Quantitative Easing dengan melakukan pembelian kembali obligasi pemeirntah senilai A$100 miliar atau senilai $75.4 miliar selama kurun waktu 6 bulan kedepan ketika paket program yang ada saat ini berakhir. Sejauh ini Bank Sentral Australia juga masih terus memperhatikan biaya atas kenaikkan tingkat suku bunga obligasi Australia yang dimana diperkirakan akanmengalami kenaikkan tahun depan. Dengan adanya pembelian obligasi pemerintah, sontak obligasi pemerintah Australia mengalami pergerakan lebih tinggi. Program yang akan diberikan oleh Bank Sentral Australia ini akan dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu A$70 miliar dalam bentuk surat berharga federal dan A$30 miliar dalam bentuk efek negara termasuk negara bagian. Pada tahun 2022 mendatang Bank Sentral Australia akan mengurangi QE mereka menjadi A$50 miliar dalam kurun waktu per 6 bulan dan akan dibagi menjadi 2 tahap, dan secara bertahap Bank Sentral Australia akan menaikkan suku bunga ke depannya. Sejauh ini, neraca Bank Sentral Australia berada pada 16% dibandingkan dengan GDP dengan potensi mengalami kenaikkan sebanyak 30% dengan adanya QE tambahan tersebut. Sebagai informasi, neraca The Fed saat ini 36% dengan GDP, Canada 24%, dan Bank Sentral Eropa 60%. Kekuatan Bank Sentral memang memiliki amunisi tidak terbatas, namun apabila terus menerus diberikan, mungkin hanya tinggal menunggu waktu hingga semua tak bersisa. Oleh sebab itu kehadiran pemerintah sangat dibutuhkan saat ini untuk menopang perekonomian.