ANALIS MARKET (06/11/2020) : IHSG Berpeluang Bergerak Menguat
Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pada perdagangan hari Kamis, 5/11/2020, IHSG ditutup menguat 155 poin atau 3,04% menjadi 5,260. Sektor infrastruktur, keuangan, industri dasar, pertambangan, property, aneka industri, perkebunan, industri konsumsi, perdagangan bergerak positif dan menjadi kontributor terbesar pada kenaikan IHSG kemarin. Investor asing membukukan pembelian bersih sebesar 711 miliar rupiah.
Adapun cerita hari ini akan kita awali dari;
1.MONEY FLOW
Sebetulnya apa sih yang kita nantikan dari pemilihan Presiden Amerika Serikat ini antara Biden dan Trump? Mengapa yang pemilu mereka, yang keepoh kita. Padahal kan tentu tidak ada hubungannya dengan Indonesia. Sebetulnya yang di lihat adalah pergerakan money flow yang selama ini kita, masih sangat bergantung dengan capital inflow. Tentu dengan adanya pemilihan Presiden Amerika, hal tersebut berpotensi untuk mengubah kebijakan yang diharapkan akan memberikan kembali capital inflow bagi Emerging Market khususnya Indonesia. Lho kok bisa? Coba kita tengok, sebelumnya kami selalu mengatakan bahwa Biden yang sosialis namun bukan kapitalis, dan Trump yang kapitalis namun bukan sosialis. Bagi pasar Amerika, tentu kebijakan Trump mampu mendorong penguatan bagi pasar karena akan memberikan berbagai kebijakan yang memudahkan bagi perusahaan di Amerika, apalagi dirinya selalu mengedepankan mengenai Make Amerika Great Again. Tentu hal ini membuat capital outflow dari Emerging Market akan kembali ke Amerika yang selama ini kita saksikan, dan akan diam disana. Lantas bagaimana apabila Joe Biden yang memenangkan hal ini? Biden mengatakan bahwa dirinya akan menaikkan pajak PPh badan dari sebelumnya 21% menjadi 28%. Dari sisi investor tentu hal tersebut akan memberikan tekanan terhadap kinerja perusahaan, namun dari sisi emiten hal tersebut juga tentu akan sangat merugikan. Oleh sebab itu relokasi mungkin sebuah pilihan. Nah akibat relokasi inilah, dana investor dan produksi emiten ada kemungkinan akan mengalami perpindahan, khususnya ke negara negara Asia yang saat ini lagi menjadi primadona sebagai tujuan investasi. Namun Indonesia tidak sendiri, Indonesia harus mengalahkan Vietnam dan Thailand, karena banyak perusahaan dari luar negeri yang berinvestasi di sana. Beruntunglah, akhirnya tahun ini kita memiliki Omnibus Law, meskipun kami masih cukup khawatir apakah hal tersebut bisa di implementasikan atau tidak meskipun Undang Undang tersebut sudah diundangkan. Omnibus Law ini menjadi sebuah gerbang pertama bagi investor untuk masuk ke dalam pasar Indonesia, tidak hanya secara pasar keuangan namun juga dari sisi Foreign Direct Investment. Sejauh ini hubungan bagi Indonesia, Amerika merupakan salah satu mitra dagang terpenting yang masuk dalam The Big 5 setelah Singapore, dan luar biasanya lagi, Indonesia mencatatkan surplus dengan Amerika. Tentu hal ini merupakan salah satu hal yang patut diperhitungkan bahwa efeknya tidak hanya di pasar keuangan namun juga di sector perdagangan. Disektor perdagangan, minggu lalu Amerika telah memberikan perpanjangan GSP atau Generalized System of Preferences kepada Indonesia. GSP merupakan fasilitas perdagangan berupa pembebasan tarif bea masuk, yang diberikan secara unilateral oleh Pemerintah Amerika kepada negara-negara berkembang di dunia sejak tahun 1974. Indonesia pertama kali mendapatkan fasilitas GSP dari Amerika pada tahun 1980. Tujuan dari pemberian fasilitas GSP ini akan membantu meningkatkan kinerja ekspor Indonesia ke Amerika. Menariknya adalah ketika sejumlah negara yang menjadi mitra dagang Amerika, seperti India dan Turki, tahun 2019 lalu telah dihentikan fasilitas GSP mereka, Indonesia justru mendapatkan perpanjangan. Wow bingits kan! Tidak hanya itu saja lho pemirsa, Indonesia juga mengusulkan dan sedang menegosiasikan adanya Limited Trade Deal yang akan mencakup kerjasama dibidang perdagangan, investasi, dan informasi dan teknologi. Hal tersebut diharapkan dapat membantu mendongkrak perdagangan dua arah antara Amerika dan Indonesia hingga mencapai US$ 60 milyar pada tahun 2024 mendatang, meskipun menurut kami hal tersebut cukup ambisius. Sejauh ini Ekspor Indonesia ke Amerika 2019 mencapai US$ 20.1 milyar, ekspor Indonesia yang menggunakan GSP mencapai US$ 2.61 milyar, angka ini setara dengan 13%. Penggunaan Limited Trade Deal akan mendorong peningkatan ekspor dari Indonesia ke Amerika dan tentu saja akan mendorong GDP Indonesia mengalami kenaikkan. Oleh sebab itu kami berharap fasilitas GSP dapat digunakan sebagaik mungkin oleh Indonesia agar menjadi sebuah kesempatan untuk mendorong perdagangan menjadi lebih baik lagi. Ekspor GSP Indonesia di tahun 2019 berasal dari 729 pos tarif barang dari total 3.572 pos tarif produk yang mendapatkan preferensi tarif GSP. Hingga bulan Agustus 2020, nilai ekspor GSP Indonesia ke AS tercatat sebesar US$ 1.87 milyar atau naik 10.6 persen dibandingkan periode sama di tahun sebelumnya. Indonesia saat ini merupakan negara pengekspor GSP terbesar ke-2 di AS setelah Thailand (US$ 2.6 milyar). Wowww ajah kan pemirsa, tentu hal tersebut memberikan indikasi bahwa nantinya money flow ini tidak hanya mengalir di pasar keuangan saja, tapi akan mendorong sector riil kita juga mengalami kebangkitan, dan bukan tidak mungkin bahwa kita dapat menatap tahun 2021 menjadi lebih optimis dan percaya bahwa kebangkitan akan ekonomi merupakan hal yang nyata, tidak ada salahnya untuk berharap untuk hal yang sulit, karena untuk itulah dinamakan harapan.
2.PESAN OM POWELL
Fiuuhh, setelah sebelumnya gegap gempita dari pemilu Amerika 2020, selang beberapa kemudian, The Fed mengadakan pertemuan rutinnya. Tentu mata dunia kembali tertuju kepada langkah langkah apa yang akan diambil oleh The Fed. Powell mengatakan pada pertemuan tersebut bahwa perekonomian Amerika masih membutuhkan lebih banyak dukungan kebijakan fiscal dan moneter. Namun tidak hanya itu saja lho, Powell juga memberikan peringatan bahwa tingkat infeksi virus corona masih menjadi sebuah resiko yang tidak dapat dihilangkan, apalagi baik di Amerika dan di beberapa negara lain, jumlah korban yang terinfeksi masih mengalami kenaikkan. Powell mengatakan apabila kita menginginkan proses pemulihan berjalan lebih kuat lagi, maka Amerika membutuhkan beberapa dukungan fiscal dari pemerintah. Secara keputusan memang, The Fed tidak mengubah tingkat suku bunganya dan tetap mempertahankan nilai pembelian obligasi dengan nilai $120 miliar per bulan. Terkait dengan prospek perekonomian, Om Powell juga mengatakan bahwa aktivitas perekonomian dan pekerjaan akan terus mengalami pemulihan namun masih jauh dibawah level sebelumnya sedangkan pemilihan presiden juga masih belum memberikan kepastian. Powell mengatakan bahwa krisis kesehatan masyarakat yang sedang berlangsung saat ini masih akan terus memberikan tekanan terhadap aktivitas ekonomi, lapangan kerja, dan inflasi dalam waktu dekat serta menimbulkan resiko yang cukup besar terhadap prospek perekonomian dalam jangka waktu menengah. Kata kata ini persis sama seperti pernyataan The Fed pada bulan September lalu. Powell mengatakan bahwa pemilu memang merupakan yang sangat penting, namun bahasan mengenai pemilu bukanlah inti dari pertemuan tersebut. Sejauh ini kami cukup khawatir, apabila ternyata Demokrat tidak bisa menyapu bersih semua kemenangan, khususnya di Senat yang saat ini hanya tinggal menunggu penghitungan putaran kedua di Georgia. Lho memangnya kenapa? Karena jangan sampai nanti semua rencana candidate presiden Amerika, Joe Biden ketika terpilih nanti mengalami kendala di Senat, khususnya terkait dengan stimulus. Pesannya apa? Pesannya adalah akan menjadi sebuah dorongan besar bagi pasar apabila ternyata Demokrat dapat menyapu bersih semuanya, mulai dari House, Senate, hingga Presiden yang tentu saja akan menjadikan pasar semakin hype. Hal ini akan memberikan kejelasan bagi setiap kebijakan. Dengan dukungan fiscal yang masih dilanda ketidakjelasan, The Fed masih harus berfikir sementara waktu bagaimana caranya untuk menjaga stabilitas perekonomian sementara fiscal masih belum bisa diandalkan. Powell sungguh amat sangat berharap ada banyak orang di Capitol Hill yang sama sama dapat melihat kebutuhan akan kebijakan fiscal. Pemulihan perekonomian masih tidak akan merata jelas si Om Powell, ditambah lagi dengan adanya lebih dari 12 juta orang di Amerika yang masih membutuhkan pekerjaan namun lapangan pekerjaannya tidak ada. Meskipun demikian, tentu kita semua berharap bahwa tingkat pengangguran terus mengalami penurunan hingga ke 7.6%. Ditengah situasi dan kondisi saat ini, kami melihat pasar masih akan bergerak nyaman khususnya di akhir pekan meskipun dorongannya tidak sekuat kemarin.
3.FAST MOVING CONSUMER GOODS
Pertumbuhan penjualan fast moving consumer goods (FMCG) pada 2021 diprediksi sangat bergantung pada performa di toko tradisional. Penjualan pada segmen ini tercatat mengalami kontraksi dalam lantaran daya beli kelompok menengah ke bawah yang kehilangan daya beli. Berdasarkan data dari Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo), Pertumbuhan penjualan di toko tradisional mengalami penurunan sebesar -12% selama Januari-September 2020. Sementara untuk penjualan di segmen toko modern masih tumbuh sebesar 2%. Pertumbuhan FMCG secara umum memang lebih resilient. Penjualan tradisional di kelas menengah bawah tidak tumbuh. Sementara modern trade sempat tumbuh di awal, namun di kuartal III tidak signifikan dimana karena adanya PSBB memberikan dampak tersebut. Seiring dengan perbaikan pada kepercayaan konsumen pada kuartal IV, diharapkan hal tersebut dapat memberikan dampak pada tahun 2021. Kami memproyeksikan pada 2021 akan pertumbuhan dari FMCG akan banyak mendapat dorongan dari pemulihan kepercayaan konsumen kelas menengah ke atas. Di sisi lain, optimisme atas distribusi vaksin pun dia yakini diharapkan dapat mendorong konsumsi rumah tangga karena diiringi dengan mobilitas masyarakat ke pusat perbelanjaan. Selain itu penjualan barang konsumsi di pusat perbelanjaan, baik toko modern maupun tradisional diproyeksikan akan didominasi dari penjualan digital. Perubahan gaya hidup dari masyarakat yang saat ini cukup dekat dengan teknologi dinilai memberikan kenaikan penjualan online, namun kami memperkirakan belanja dalam skala besar tetap akan dilakukan masyarakat secara langsung.
“Berdasarkan analisa teknikal, kami melihat saat ini IHSG memiliki peluang bergerak menguat dan ditradingkan pada level 5,181 – 5,382,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Jumat (06/11/2020).

