ANALIS MARKET (03/11/2020) : IHSG Memiliki Peluang Bergerak Menguat

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pada perdagangan hari Senin, 2/11/2020, IHSG ditutup melemah 13 poin atau 0,26% menjadi 5,115. Sektor property, perkebunan, infrastruktur, industri konsumsi, aneka industri, industri dasar bergerak negatif dan menjadi kontributor terbesar pada penurunan IHSG kemarin. Investor asing membukukan penjualan bersih sebesar 496 miliar rupiah.

Adapun cerita hari ini akan kita awali dari;

1.ANTARA PEMILU DAN THE FED

Pada akhirnya hari yang dinantikan tidak hanya di Amerika, tapi di dunia sudah tiba. Pemilihan Presiden Amerika akan memberikan tolok ukur sejauh mana pergerakan money flow akan terjadi di seluruh dunia. Bagi kami, siapapun yang menang tidak masalah, selama dapat mendorong capital inflow untuk mendukung pasar keuangan dan foreign direct investment mengalami peningkatan. Apalagi sekarang di Indonesia sudah ada Omnibus Law yang telah ditandatangani pada hari Senin, 2 November 2020 kemarin, sehingga dapat mendorong capital inflow disektor riil mengalami peningkatan. Disatu sisi kami melihat pemilu kali ini hanya berselang beberapa hari yang dimana akan dilanjutkan oleh pertemuan Bank Sentra Amerika, The Fed pada hari Kamis mendatang. Powell tentu akan mendapatkan dukungan lama atau baru terkait dengan kepemimpinannya menjabat posisi ketua The Fed. The Fed sejauh ini masih memperkirakan tingkat suku bunga masih akan berada mendekati nol untuk waktu 3 tahun mendatang. Tentu hal tersebut mendukung keinginan kedua calon Presiden Amerika yang menginginkan tingkat suku bunga berada di level terendah, karena easy money akan hadir di pasar. Apabila Joe Biden memenangkan pertarungan kali ini, tentu hal ini akan menjadi yang pertama kali nya sejak tahun 1932 yang dimana Amerika selalu memenangkan petahana atau Presiden yang sedang menjabat untuk melanjutkan kepemimpinannya selama 2 periode atau kecuali ada x factor seperti resesi yang membuatnya tidak terpilih kembali. Dan kali ini x factor tersebut bukan berbicara mengenai perekonomian, karena perekonomian kal ini hanyalah dampak. X factor itu datang dari virus yang bernama corona yang dapat menurunkan seorang Presiden petahana menjadi sebuah kekalahan, sehingga ada pergantian kepemimpinan. The Fed tentu juga akan diuntungkan dengan kemenangan Joe Biden, karena Demokrat merupakan salah satu pendorong stimulus agar stimulus dapat dikeluarkan dalam jumlah yang besar. Tentu hal ini sejalan dengan keinginan The Fed yang menginginkan kebijakan fiscal untuk turut berperan dalam mendorong dan menopang perekonomian Amerika, ditambah lagi dengan kemenangan Joe Biden, maka Gubernur Fed Lael Brainard berpotensi untuk mengisi posisi Menteri Keuangan. Demokrat sendiri menginginkan perubahan dalam pengawasan perbankan, karena sejak dipimpin oleh Presiden Trump, pengawasan terhadap perbankan menjadi lebih lunak. Apalagi wakil ketua pengawasan The Fed Randal Quarles memberikan pelonggaran terhadap pengujian bank stress. Beberapa kritik mengatakan bahwa system perbankan jauh lebih lemah daripada empat tahun yang lalu. Sejauh ini kami melihat memang tidak ada masalah antara Joe Biden dengan Powell sebagai pemimpin The Fed, namun apapun bisa saja terjadi apakah Powell akan diubah atau dipertahanakan, karena kepemimpinan Powell akan selesai pada tahun 2022 mendatang. Dari sisi Demokrat sendiri, mereka menginginkan The Fed untuk lebih focus terhadap ketidakseteraan perekonomian, sehingga ada potensi untuk menambah undang undang untuk mendorong keinginan tersebut dapat terwujud. Hal tersebut sebetulnya masih sejalan dengan keinginan Powell yang adalah stabilitas harga dan lapangan kerja maksimum. 60% - 40% Powell akan dipertahankan pada kepemimpinan Joe Biden. Nah jika Trump masih menjadi petahana, ada kemungkinan bahwa Trump akan mengganti Powell setelah masa jabatannya berakhir. Sejauh ini Trump menginginkan seseorang yang lebih fleksibel untuk dapat mengisi posisi Ketua The Fed, meskipun berulang kali Powell mengatakan bahwa dirinya tidak ada kepentingan politik apapun dalam membuat keputusan terkait dengan kebijakan moneter. Ada kemungkinan juga bagi Trump untuk mempertahankan Powell, karena Trump membutuhkan sosok yang dapat dipercaya di pasar keuangan dan Capitol Hill, namun itupun kalau Powell mau menjabat ketikadiminta kembali oleh Trump yang penuh dengan hinaan. Kami melihat potensinya sebesar 55% - 45% bagi Powell akan dipertahankan pada era kepemimpinan Trump yang kedua kalinya. Well, sejauh ini akan menjadi sesuatu yang menarik, karena setelah pelemahan kemarin, ada kemungkinan bagi pasar untuk mengalami penguatan hari ini yang akan mendorong IHSG kita mengalami penguatan. Pertanyaannya cukup sederhana, apakah konsisten penguatan IHSG hingga akhir pekan?

2.BANK SENTRAL SINGAPORE

Pada akhirnya Bank Sentral Singapore ikut memberikan kabar keraguan mengenai prospek perekonomian dalam fase pemulihan yang terjadi di Singapore. Bank Sentral Singapore mengatakan bahwa pemulihan ekonomi di Singapore mungkin akan terjadi secara bertahap, dan itupun tidak merata, apalagi saat ini perusahaan dan rumah tangga menahan pengeluaran, rebound yang terjadi akhir akhir ini pun dikhawatirkan akan kembai mengalami penurunan dalam beberapa bulan mendatang. Perekonomian di seluruh dunia, termasuk Singapore diperkirakan akan menunjukkan tanda tanda pemulihan pada kuartal ke 3 mendatang, pasar tenaga kerja pun diperkirakan akan berkembang secara bertahap. Beberapa perekonomian mungkin tidak akan kembali pada tingkat sebelum pandemic terjadi. Perusahaan dan rumah tangga masih akan dibatasi oleh hilangnya beberapa pendapatan dan didorong oleh ketidakpastian. Monetary Authority of Singapore juga memproyeksikan bahwa perekonomian masih akan mengalami kontraksi dari 5% hingga 7% yang dimana proyeksi tersebut seiring dengan proyeksi dari Kementrian Perdagangan & Industri. Menurut perkirakaan MAS, perekonomian dunia akan mengalami kontraksi sebesar -3.9% namun akan mengalami kebangkitan pada tahun 2021 hingga 6.2%. Perekonomian Eropa dan Amerika termasuk Jepang akan mengalami kontraksi hingga -6.3% tahun ini dan akan naik menjadi 4.8% pada tahun depan. Lalu Perekonomian Asia nih, kecuali Jepang akan mengalami penurunan -2.9% tahun ini namun kembali bangkit menjadi paling tinggi diantara semuanya hngga 6.9%. Untuk perekonomian Singapore sendiri pada tahun 2020 akan terkontraksi -5% hingga -7%. Singapore sendiri sejauh ini sudah mengeluarkan stimulus hingga S $100 miliar atau $73.5 miliar dalam bentuk stimulus fiscal untuk menopang perekonomian yang dihinggapi Corona, termasuk bantuan dalam jangka pendek seperti subsidi upah atau gaji, keringanan biaya sewa dan untuk bantuan jangka panjangnya adalah mengubah bisnis menjadi platform digital dan memberikan pelatihan terhadap mereka yang diberhentikan. Sejauh ini para pejabat yakin, Singapore sudah melewati masa masa sulit dalam kehidupan masyarakat Singapore. Mereka juga mengatakan bahwa akan selalu siap untuk memberikan stimulus lebih banyak apabila diperlukan untuk mendorong perekonomian Singapore untuk mengalami kebangkitan dari keterpurukan terparah dalam kurun waktu setengah abad yang lalu. Secara perekonomian global, pemulihan akan berjalan parsial dan berlarut larut, sehingga akan membebani fase pemulihan Singapore kedepannya yang dimana perekonomian Singapore sangat bergantung pada perdagangan. Kebijakan moneter dan fiscal masih akan sangat akomodatif untuk mendorong perekonomian tahun ini, dan khusus kebijakan moneter, mereka akan tetap longgar untuk beberapa kuartal mendatang, sementara kebijakan fiscal negara mungkin akan mulai menurun pekan depan. MAS mengatakan bahwa fase pemulihan yang tengah terjadi saat ini juga belum mampu menutupi kesenjangan penurunan yang dalam akibat virus corona, bahkan hingga akhir tahun 2021. Dalam jangka pendek, ada kejutan terhadap perekonomian Singapore, apakah itu? ByteDance Ltd dan Tencent Holdings mengatakan bahwa mereka akan membuat Singapore sebagai markas terbesar mereka di Asia. Tentu hal ini mampu mendorong penyerapan tenaga kerja dan membaiknya perekonomian. Bank Sentral juga memberikan proyeksi terkait dengan inflasi dengan rentang -0.5% hingga 0.5% pada tahun depan, sementara inflasi inti antara 0% hingga 1%. Perlambatan perekonomian masih akan terjadi yang mendorong menurunnya permintaan. Terkait dengan kebijakan moneter, MAS masih akan mempertahankan tingkat suku bunganya sejauh ini, namun akan menggunakan control mata uang untuk menjaga kebijakan moneter, alih alih menurunkan tingkat suku bunga. Tentu kita harapan bahwa kebijakan Moneter pada bulan Maret nanti menjadi sebuah tanda awal pemulihan, awal harapan, dan awal kebangkitan.

3.SEBUAH DORONGAN

Pemerintah berencana meningkatkan tarif bea keluar dengan skema progresif terhadap minyak sawit atau CPO dan produk turunannya mulai tahun depan. Skema progresif menyebabkan tarif pajak akan semakin meningkat apabila jumlah objek pajak semakin banyak dan nilai objek pajak mengalami kenaikan. Hal ini disampaikan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian yaitu Airlangga Hartanto dimana tarif bea keluar secara progresif untuk CPO sekitar US$ 12,5 setiap kenaikan harga US$ 25. Sementara untuk produk turunan CPO dikenakan US$ 10 per kenaikan harga US$ 25. Menurut dia, kebijakan ini bertujuan untuk menjaga keberlanjutan program sawit, seperti B30 dan peremajaan sawit rakyat. Kami melihat hal ini seiringan dengan dukungan dari produsen terhadap kestabilan program B30 dimana permintaan dari dalam negeri perlu dijaga. Selain itu kami melihat, tanpa ada program B30 akan berpotensi terjadinya pengurangan permintaan global dimana tambahan pasokan ke pasar global diperkirakan mencapai 2,5 juta ton - 3 juta ton per tahun. Tentu dengan selisih yang demikian besar di sisi pasokan dan permintaan akan berpengaruh terhadap tingkat harga jual di pasar global. Dengan kata lain, seiring bertambahnya permintaan CPO domestik berkat program B30, pasar dalam negeri dapat meningkatkan pengaruhnya dalam pergerakan harga jual CPO di pasar mancanegara. Selain itu, kami melihat untuk saat ini kebijakan tersebut juga merupakan pilihan terbaik dibanding opsi lainnya. Mengingat saat ini selisih harga antara bahan bakar fosil dan minyak nabati saat ini cukup besar. Dengan begitu, untuk menjaga kelangsungan program B30, subsidi bahan bakar minyak nabati harus ada yang menutup. Pilihan lain untuk menutup subsidi B30 berasal dari anggaran pemerintah. Akan tetapi, dalam kondisi saat ini anggaran pemerintah lebih diprioritaskan untuk penanganan pandemi dan stimulus ekonomi lainnya. Di samping itu, apabila dana sawit yang berasal dari pungutan ekspor dikelola dengan baik untuk sektor hulu, maka ini akan berdampak positif.

“Berdasarkan analisa teknikal, kami melihat saat ini IHSG memiliki peluang bergerak menguat dan ditradingkan pada level 5,072 – 5,159,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Selasa (03/11/2020).