Jadi Sumber Devisa, Menperin Dukung Industri Pengolahan Biji Kakao

Foto : istimewa

Pasardana.id -  Di tengah imbas pandemi Covid-19, industri pengolahan kakao mampu memberikan kontribusi signfikan terhadap devisa.

Hal ini tercemin dari capaian nilai ekspor produk kakao olahan sebesar USD549 juta pada Januari - Juni 2020 atau meningkat sebesar 5,13% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita optimistis industri kakao di Tanah Air bisa berkembang lebih besar. Hingga saat ini, 13 perusahaan telah mengolah biji kakao sebesar 800 ribu ton per tahun.

"Industri pengolahan kakao Indonesia berada di peringkat ke-3 terbesar di dunia setelah Belanda dan Pantai Gading," kata Agus saat peresmian Pasuruan Cocoa Technical Centre Mondelez International secara virtual, Rabu, (7/10/2020).

Menperin mengatakan, butuh dukungan dari seluruh pemangku kepentingan untuk mengembangkan penelitian industri kakao.

Lebih lanjut Agus menilai, pendirian PCTC penting lantaran kontribusi biji kakao lokal turun menjadi 45 persen dari total kapasitas produksi per 2019.

"Kami sangat menyambut baik dengan didirikannya PCTC oleh Mondelez International, Inc. senilai Rp190,5 miliar seluas 5 hektar di Pasuruan," katanya.

Menperin juga menyebutkan, saat ini industri pengolahan kakao telah mampu memproduksi beragam varian, seperti cocoa liquor, cocoa cake, cocoa butter, dan cocoa powder.

Produk kakao olahan yang utama diekspor adalah produk cocoa butter yang tersebar ke negara tujuan utama ekspor seperti Amerika Serikat, Belanda, India, Estonia, Jerman, dan Tiongkok.

"Artinya, industri pengolahan kakao kita telah berorientasi ekspor. Kita perlu terus memacu kinerja dan pengembangannya agar bisa semakin kompetitif di kancah global. Kami juga berupaya memperluas akses pasar bagi produk olahan kakao, serta mendorong inovasi melalui pemanfaatan teknologi dan kegiatan riset," paparnya.

Menperin berharap, kehadiran Cocoa Technical Centre Mondelez Internasional yang ke–12 di dunia ini dapat dijadikan momentum untuk mengembangkan dan menerapkan teknologi pertanian kakao yang inovatif, efektif dan ramah lingkungan sehingga produktivitas dan kualitas kakao Indonesia meningkat.

"Sebagai salah satu perusahaan pengguna kakao terbesar dunia, tentunya kepedulian terhadap keberlangsungan tanaman kakao menjadi hal yang utama untuk menciptakan sektor kakao yang tangguh, berdaya saing dan berkelanjutan," ujar Agus.

Di samping itu, Agus juga mengapresiasi investasi yang telah dilakukan Mondelez International sejak 2012.

Adapun, Mondelez telah mengucurkan sekitar US$400 juta atau setara dengan Rp5,9 triliun (kurs: Rp14/.784) pada 2012 untuk memberdayakan 200.000 petani kakao.

Sementra itu, Executive Vice President dan President Asia, Middle East and Africa Mondelez International, Maurizio Brusadelli mengungkapkan, keberlanjutan pasokan kakao merupakan kunci pertumbuhan jangka panjang bagi Mondelez International di kawasan Asia serta di seluruh dunia.

"Kakao merupakan bahan utama cokelat yang permintaannya terus meningkat, Mondelez International bertekad untuk dapat memenuhi permintaan konsumen tersebut dengan cara yang tepat, yaitu dengan berkontribusi menciptakan sektor kakao yang berkelanjutan," tandasnya.