ANALIS MARKET (02/10/2020) : Pasar Obligasi Diperkirakan Bervariatif

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pasar obligasi tiba tiba bergerak mengalami kenaikkan kemarin, meskipun tidak ada hujan maupun panas.

Namun sepertinya, kenaikkan pasar obligasi ikut meramaikan lahirnya Obligasi Retail Indonesia 18 kemarin. ORI 18 yang sering dibanggakan itu pada akhirnya kali ini benar benar membuat bangga.

Kami bersyukur DJPPR mendengar suara suara kami yang menginginkan adanya spread premium yang lebih besar.

Sebelumnya kalau kita ingat, ORI beberapa tahun lalu sempat tidak memberikan spread premium sama sekali, yang itu artinya, kupon yang diberikan sama seperti imbal hasil SUN yang berjatuh tempo 3 tahun. Namun menjadi sisi yang menarik karena saat ini kupon yang diberikan adalah 5.70% atau 50 bps diatas SUN imbal hasil berjatuh tempo 3 tahun.

Hal tersebut sesuai prediksi kami, karena kami melihat pemerintah memberikan kupon dengan spread premium yang lebih tinggi kepada obligasi Sukuk Retail yang terbit kemarin.

Tentu hal tersebut merupakan sesuatu yang harus disyukuri khususnya bagi kami yang berjuang untuk melakukan edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat namun selalu kalah ketika bersaing dengan tingkat suku bunga Bank Deposito buku 1 maupun buku 2, maupun BPD.

Kami melihat bahwa kupon ORI tersebut berpotensi untuk mendorong masyarakat untuk menaruh uangnya dan menginvestasikan uangnya dalam produk obligasi yang kita kenal dengan ORI.

Situasi dan kondisi saat ini membuat pelaku pasar dan investor menyimpan lebih banyak dana simpanannya untuk berinvestasi karena wabah virus corona membuat orang menurunkan keinginannya untuk belanja, hal tersebut yang membuat daya beli mengalami penurunan saat ini.

Sudah cukup lama kami tidak satu suara dengan DJPPR, semoga kedepannya penerbitan obligasi ritel mampu memberikan nilai kupon yang menarik bagi masyarakat.

Lebih lanjut analis Pilarmas menilai, diperdagangan Jumat (02/10) ini, pasar obligasi diperkirakan akan dibuka bervariatif dengan rentang pergerakan 30 – 60 bps.

“Kami merekomendasikan wait and see,” jelas analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Jumat (02/10/2020).

Adapun cerita hari ini akan kita awali dari;

1.PEMULIHAN, SEMAKIN BAIK ATAU BURUK?

Setelah hampir 7 bulan kita menghadapi wabah virus corona, pemulihan perekonomian dunia tampaknya mulai mengalami fase struggle. Pemulihan yang didrive oleh ekspektasi dan harapan, tiba tiba AMBYAR dalam beberapa minggu terakhir. Data yang diatas kertas yang pada akhirnya tidak sesuai harapan membuat ekspektasi dan harapan perlahan tapi pasti semakin memudar. Pada akhirnya, kenyataan selalu lebih pahit daripada bayangannya. Hal ini yang terjadi pada pasar akhir akhir ini. Pertanyaannya adalah, siapkan kita untuk menerima kenyataannya? Atau masih hidup dalam bayangan? Yuk bangun, kita terima kenyataannya bahwa perekonomian sedang tidak berada dalam situasi dan kondisi yang baik baik saja. Tekanan demi tekanan ditambah wabah yang tidak bisa dikendalikan membuat pelaku pasar dan investor semakin cemas terkait dengan pemulihan yang akan jauh lebih lambat, atau mungkin akan semakin memburuk sebelum semuanya membaik. Vaksin yang akan dikirimkan pada bulan December mendatang menjadi salah satu harapan bahwa pemulihan dapat berjalan lebih cepat, meskipun hal tersebut juga bergantung apakah dunia mau bekerjasama untuk mulai kembali pulih. Selama vaksin yang belum ada, apakah kita harus menerima kenyataan bahwa kita tidak mampu berbuat apa apa? Selain stimulus kebijakan moneter dan fiscal, pengendalian wabah virus corona menjadi salah satu kunci kesuksesan, baik bagi perekonomian maupun kesehatan. Kebijakan moneter yang terus mengalir untuk menjaga likuiditas pasar, ditambah dengan kebijakan fiscal mungkin akan mampu menjaga pasar untuk sementara waktu, namun apabila inti dari permasalahan tidak bisa segera di sembuhkan, cepat atau lambat amunisi pasti akan habis apabila tidak ada tindakan yang lebih cepat dan konkret untuk menopang perekonomian. Sejauh ini perekonomian dunia masih cukup tangguh dan kuat untuk menahan tekanan karena kebijakan yang akomodatif dan sesuai dengan yang dibutuhkan pasar, ditambah dukungan dari Bank Sentral yang menurunkan tingkat suku bunga untuk menjaga likuiditas pasar. Pemerintah juga ikut membantu untuk mensubsidi pendapatan dan menjaga perusahaan untuk tetap bertahan. Namun pertanyaannya seberapa banyak lagi stimulus yang harus diberikan ditengah situasi dan kondisi seperti saat ini? Apakah vaksin hanya jawabannya? Tidak! Pengendalian wabah virus corona, penerapan peraturan dan monitoring kesehatan juga merupakan kunci untuk menjaga perekonomian dapat tetap berjalan. Saat ini perhatian akan tertuju kepada politik pemilu yang akan terjadi di Amerika, ditambah lagi dengan undang undang yang belum mendapatkan kata sepakat untuk pemberian stimulus kepada masyarakat Amerika. Tentu harapannya stimulus dapat di berikan sebelum bulan October usai. Dari Eropa, dana pemulihan yang mungkin dapat dikatakan terbesar sepanjang sejarah senilai 1.8 triliun euro atau $2.1 triliun menjadi salah satu suntikan stimulus terpenting justru memiliki potensi bahwa hal tersebut akan tertunda. Inflasi yang mengalami kenaikkan menjadi sebuah tanda positive bahwa daya beli mengalami kenaikkan meskipun tidak banyak. Kekhawatiran akan terfokus terhadap 2 hal saat ini, pengurangan tenaga kerja untuk menjaga efisiensi dan likuditas perusahaan yang mungkin akan semakin tertekan karena dalam kurun waktu 7 bulan, perusahaan harus menanggung banyak hal. Disney telah memangkas 28.000 pekerja, Shell akan memangkas 9.000 pekerja, Continental AG German akan melakukan restrukturisasi sebanyak 30.000 pekerjaan di seluruh dunia, Allstate Corp perusahaan asuransi mobil terbesar nomor 4 di Amerika akan memangkas 3.800 pekerjaan. Bahkan tekanan pun melanda Exxon Mobil Corp yang sebelumnya selalu membanggakan bahwa mereka dapat bertahan dari pengurangan tenaga kerja, sekarang Exxon menargetkan 10% dari staf dikantor mereka akan dikurangi. Yang akan menjadi badai selanjutnya datang dari Amerikan Airlines Group yang dimana mereka mengatakan akan mulai memberhentikan puluhan ribu para pekerjanya apabila mereka tidak segera mendapatkan bantuan dari pemerintah. American Airline Group diperkirakan akan memberikan cuti sementara waktu kepada 19.000 karyawannya, dan United Airlines sekitar 12.000 karyawan. Hal tersebut tidak hanya terjadi di Amerika saja, hal tersebut hampir terjadi di semua negara tidak terkecuali Indonesia. Pertanyaannya adalah, apakah amunisi kita masih cukup hingga vaksin tiba? Well, biarlah hal tersebut masih menjaga misteri illahi.

2.YAA, MAU BAGAIMANA...

Penguatan IHSG pada awal bulan Oktober menjadikan harapan positif bagi para pelaku pasar dalam mengawali kuartal IV pada tahun ini. Tolok ukur terhadap kinerja pemerintah dan bank sentral dalam menyelesaikan dampak perlambatan akibat pandemic tentu menjadi hal utama saat ini dimana pada kuartal IV ini setidaknya dapat terlihat apabila stimulus tersebut telah dijalankan pada kuartal II 2020. Dari dalam negeri, rilis data inflasi ikut mewarnai pergerakan IHSG pada awal bulan ini. BPS mengumumkan deflasi sebesar 0.05% pada bulan September 2020, hal tersebut lebih rendah dari proyeksi kami yang sebelumnya memperkirakan adanya potensi deflasi pada bulan September sebesar 0.1%. Dengan adanya deflasi pada bulan September, berarti telah terjadi deflasi selama 3 bulan berturut – turut sejak Juli 2020. Sebelumnya, deflasi terjadi pada Juli 0,10%, Agustus 0,05%, dan September 0,05%. Berdasarkan informasi dari BPS deflasi disumbang oleh kelompok makanan, minuman dan tembakau, serta kelompok transportasi. Dalam kelompok transportasi, angkutan udara menyumbang andil yang besar. Penurunan tarif angkutan udara terjadi di 42 kota, di mana terbesar di Tanjung Pinang, harga turun 39% dan Pangkal Pinang turun 18%. BPS mencatat inflasi inti pada September 0,13%, jauh lebih rendah dibanding Agustus 2020 sebesar 0,29%. Inflasi inti turun secara bulanan dan secara tahunan, jika mengacu pada data historis penurunan tercatat sejak bulan Maret 2020. Level inflasi inti merupakan yang terendah sejak 2004 sejak Indonesia menggunakan metode untuk mengukur inflasi tersebut. Namun secara YoY data inflasi menariknya mengalami kenaikkan, yang dimana tentunya ada harapan kenaikkan secara daya beli yang mampu mendorong perekonomian kedepannya. Libur di akhir tahun menjadi sebuah harapan bahwa kita masih bisa mengandalkan konsumsi dalam negeri untuk mendorong perekonomian.