ANALIS MARKET (14/10/2020) : Pasar Obligasi Diproyeksi Begerak Bervariatif Dengan Potensi Menguat 15 – 40 Bps
Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, dikasih angin sorga, dapatnya angin kipas.
Kira-kira seperti itulah gambaran pergerakan pasar obligasi kemarin, ditengah situasi dan kondisi yang kian optimis, namun berbagai hal tersebut masih belum mampu mengetuk hati para pelaku pasar dan investor asing untuk mulai masuk kedalam pasar obligasi Indonesia.
Buktinya, total penawaran yang masuk bahkan tidak dalam jumlah rentang toleransi. Hal tersebut yang memberikan gambaran bahwa pasar obligasi masih belum membuat pelaku pasar dan investor asing kembali masuk, justru semakin menjauh dari pasar obligasi Indonesia.
Lho, kok tahu? Buktinya, porsi kepemilikan asing dalam waktu yang singkat sekarang berada di 26.5%, dan hal ini sudah kita bahas kemarin.
Ketidakpastian langkah-langkah akan pemulihan ekonomi ditambah dengan prospek perekonomian yang belum pasti masih menjadikan pelaku pasar dan investor ragu untuk kembali masuk.
Oleh sebab itu, tugas Bank Indonesia semakin berat, karena penyerapan obligasi harus terjaga dengan baik untuk menjaga deficit APBN.
Namun demikian, apakah daya magis dengan semua sentiment positive masih belum memberikan pengaruh yang positive terhadap pelaku pasar dan investor?
Karena pelaku pasar dan investor asing tahu ini tentang apa, mereka tahu kisah selanjutnya seperti apa.
Apakah kita tahu?
Tentu kita tahu, namun terkadang lagi lagi ekspektasi dan harapan membuat segalanya menjadi lebih Indah dibandingkan kenyataannya.
Pemulihan ekonomi yang kita katakan mulai pulih mungkin tidak seindah yang dibayangkan, rapuhnya perekonomian masih menjadi salah satu factor terbesar keraguan pasar saat ini.
Kemarin (13/10), IMF sudah memberikan revisi dan proyeksi terkait dengan perekonomian dunia khususnya Indonesia yang akan melompat lebih tinggi dari hari ini, tentu kita harapkan dapat menjadi sentiment penambah daya tarik investor asing untuk kembali masuk ke dalam pasar.
Setelah pertemuan Bank Sentral Indonesia yang tidak akan mengubah tingkat suku bunganya, perhatian pelaku pasar dan investor berikutnya adalah pertemuan pembuat kebijakan dari Singapore, yaitu Monetary Authority of Singapore.
Entah apa yang akan mereka katakan, tapi hari ini akan menjadi sesuatu yang sangat besar, pasalnya tingkat pertumbuhan ekonomi kuartal ke 3 Singapore, juga akan rilis pada hari ini.
Tentu hal tersebut memberikan gambaran terkait dengan perekonomian wilayah Asia yang mulai bangkit atau tidak.
Lebih lanjut analis Pilarmas menilai, diperdagangan Rabu (14/10) pagi ini, pasar obligasi diperkirakan masih akan begerak bervariatif dengan potensi menguat 15 – 40 bps.
“Kami merekomendasikan wait and see, karena biasanya setelah lelang usai, pasar mengalami penurunan,” jelas analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Rabu (14/10/2020).
Adapun cerita hari ini akan kita awali dari;
1.MELOMPAT LEBIH TINGGI
Lagi-lagi untuk kesekian kalinya, IMF kembali merevisi proyeksi perekonomian yang tengah terjadi saat ini menjelang penutupan tahun 2020. Perekonomian dunia saat ini diproyeksikan akan mengalami kontraksi sebesar 4.4%, revisi ini merupakan sesuatu yang lebih baik dari proyeksi sebelumnya pada bulan June yang dimana berada di 4.9%. Proyeksi IMF memberikan informasi bahwa social distancing dari wabah virus corona akan berlanjut hingga 2021, dan tingkat penularan akan mengalami penurunan pada akhir tahun 2022. Revisi yang lebih baik tentu memberikan angin positive bagi pelaku pasar dan investor akan ekspektasi dan harapan akan pemulihan perekonomian yang lebih baik, apalagi vaksin merah putih akan hadir lebih awal pada bulan November nanti yang dimana akan mendorong proses pemulihan lebih cepat bagi perekonomian Indonesia. Revisi yang diberikan IMF didasari oleh pertumbuhan yang lebih baik dari China selama kuartal kedua tahun ini dan ada beberapa tanda akan adanya pemulihan yang lebih cepat pada kuartal ketiga, meskipun demikian bukan berarti prospek pemulihan ekonomi dunia akan berjalan aman aman saja. IMF juga merevisi pertumbuhan ekonomi untuk tahun depan dari sebelumnya 5.4% menjadi 5.2%. Perekonomian dunia akan mengalami pemulihan, namun tidak akan merata dan tidak pasti, beberapa negara berkembang memberikan indikasi akan prospek pemulihan ekonomi yang mengalami penurunan. Pasar negara berkembang terlihat akan mengalami kontraksi sebesar 3.3% tahun ini, India berpotensi mengalami penurunan lebih dari 10%. Ekonomi Amerika diprediksikan juga akan mengalami penurunan hingga -4.3% tahun ini, perekonomian yang mengalami kontraksi di Inggris, France, Italy, dan Spanyol berpotensi mengalami kontraksi sekitar 10%. Berbicara terkait dengan masalah utang di negara maju, ada kemungkinan akan mencapai 125% dari GDP pada akhir tahun 2021 nanti, dan di Emerging market berpotensi mengalami peningkatan hingga 65% dari GDP. Namun menariknya IMF tidak terlalu mengkhawatirkan masalah utang untuk saat ini, karena tingkat suku bunga berada di posisi yang rendah dan pemulihan ekonomi pada tahun 2021 akan memberikan sedikit dorongan untuk pelunasan sebagian utang tersebut. Untuk Indonesia sendiri, IMF kembali memprediksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mengalami kontraksi sebesar -1.5% pada tahun 2020, namun tahun depan perekonomian Indonesia diperkirakan akan mengalami kebangkitan. IMF juga memprediksi loh, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2021, akan mencapai 6.1%, AMIIN. Semakin besar aminnya pemirsa. Tentu ini sesuatu yang harus kita dengar, kita aminkan, kita yakinkan bahwa perekonomian Indonesia akan mengalami pemulihan yang besar tahun depan? Terlalu Indah untuk jadi kenyataan kah? Mungkin saja, tapi yang jelas potensi untuk melompat lebih tinggi itu ada, duilee seperti lagu Sheila on 7 pemirsa. Kabar positive-nya adalah, dari berbagai negara Emerging market lainnya, kontraksi perekonomian di Indonesia terbilang rendah. IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi Malaysia berada di -6%, Brazil -5.8%, India -10.3%, Meksiko -9%, Thailand -7.1%, dan Filipina -8.3. Untuk China sendiri diperkirakan tahun ini pertumbuhan ekonomi akan tumbuh positive 1.9%, namun tahun 2021 akan mencapai 8.2%, pertumbuhan tertinggi dari negara lainnya. Pertumbuhan Amerika sendiri berpotensi untuk berada di 3.1% pada tahun 2021. Memuncaknya pertumbuhan ekonomi China akan menjadi bekal tersendiri bagi Indonesia, pasalnya China sebagai mitra dagang terbesar bagi Indonesia, tentu sedikit banyak akan mendorong perekonomian Indonesia juga untuk mengalami kenaikkan, oleh sebab itu kalau kita lihat pada tahun depan, Indonesia juga dapat bangkit dari keterpurukan tahun ini. Kembali lagi, apakah ini terlalu Indah untuk menjadi kenyataan? Well, ketika berbicara proyeksi berarti berbicara mengenai ekspektasi dan harapan, kata-kata yang akan selalu kita ucapkan hanyalah AMIN!
2.INDONESIA SUDAH, SAATNYA SINGAPORE
Setelah pertemuan Bank Indonesia yang membuat market gegap gempita kemarin, ditambah dengan bumbu mergernya 3 Bank Syariah; Bank Bri Syariah, Bank BNI Syariah, dan Bank Syariah Mandiri, plus sedikit madu dari kehadiran vaksin yang datang lebih awal, membuat pasar mengalami golden momentumnya kemarin. Penguatan yang didukung oleh ekspektasi dan harapan akan perekonomian yang kian membaik tentu menjadi salah satu modal penting saat ini untuk menopang optimisme pasar. Ini menjadi salah satu obat kuat sekaligus rentan yang dapat dijadikan katalis positif selama seminggu ini untuk pasar. Pertanyaannya adalah apakah akan bertahan hingga hari ini? Dari gegap gempitanya Indonesia, saat ini menuju ke Singapore yang dimana ada kemungkinan juga tidak akan mengubah kebijakan moneternya untuk menjaga perekonomian Singapore untuk tetap berada di jalur pemulihan. Otoritas Moneter Singapore masih menggunakan mata uang sebagai salah satu alat kebijakan utamanya daripada adjustment tingkat suku bunga. Monetary Authority of Singapore yang biasanya membuat keputusan terkait dengan kebijakan 2x dalam setahun pada bulan April dan October, ada kemungkinan untuk memberikan informasi terkait dengan langkah langkah lanjutan untuk pemulihan perekonomian. Dalam pengumuman terakhirnya, MAS menurunkan mata uangnya untuk memiliki nilai tukar yang lebih lemah untuk mencegah deflasi dan mendorong perekonomian yang bergantung pada ekspor. Sejauh ini pemerintah telah mengeluarkan miliaran dollar stimulus untuk menyelamatkan ekonomi dan tenaga kerja. Sejauh ini, Singapore juga mulai mengurangi pembatasan aktivitas ekonomi sehingga mendorong perekonomian mengalami peningkatan, namun meskipun demikian diperkirakan pemulihan akan tetap berjalan dengan lambat. Singapore juga mengalami penurunan tingkat pertumbuhan ekonomi terburuk dalam sejarah, ditambah lagi dengan kemungkinan naiknya NPL dan tutupnya beberapa sector usaha yang semakin menekan perekonomian pada tahun 2021 nanti. Pemerintah Singapore sejauh ini telah memperkirakan akan mengalami kontraksi sebesar 5% - 7%, yang dimana angka tersebut yang terburuk sejak 50 tahun yang lalu, namun apakah situasi dan kondisi membaik saat ini? Hari ini mungkin akan menjadi pembuktian karena Singapore akan mengeluarkan data pertumbuhan ekonomi kuartal ke 3. Secara proyeksi, ada kemungkinan bahwa data pertumbuhan ekonomi Singapore akan membaik hari ini yang dimana tentu akan menjadi katalis positif bagi perekonomian dalam negeri, mengapa demikian? Karena Singapore merupakan mitra dagang terbesar nomor 3 bagi Indonesia. Membaiknya Singapore, tentu sedikit banyak akan memberikan impact terhadap Indonesia. Hal hal yang akan kita perhatikan pada pernyataan kebijakan dari MAS hari ini adalah terkait dengan nilai tukar mata uang terutama ditengah situasi dan kondisi. Melemahnya mata uang Singapore menandakan bahwa mereka akan terus terfokus terhadap pertumbuhan perekonomian dengan mendorong lebih banyak ekspor. Peta pemulihan akan menjadi focus berikutnya, khususnya bauran kebijakan fiscal dan moneter untuk mendorong proses pemulihan agar dapat berlangsung lebih cepat dan kuat untuk memberikan arah bagi perekonomian Singapore khususnya di masa depan. Sejauh ini pemerintah telah menjanjikan akan memberikan sekitar S $100 miliar atau sebesar $73.8 miliar sebagai bentuk stimulus jangka panjang untuk memberikan subsidi terkait dengan upah, transformasi digital, re-skilling operations, dan pinjaman tunai.

