ANALIS MARKET (13/10/2020) : IHSG Memiliki Peluang Bergerak Menguat Terbatas

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pada perdagangan hari Senin, 12/10/2020 kemarin, IHSG ditutup menguat 39 poin atau +0,78% menjadi 5,093. Sektor keuangan, perkebunan, pertambangan, perdagangan bergerak positif dan menjadi kontributor terbesar pada kenaikan IHSG kemarin. Investor asing membukukan penjualan bersih sebesar 104 miliar rupiah.

Adapun cerita hari ini akan kita awali dari;

1.IMF BERKUMPUL

Pengamat ekonomi dunia akan berkumpul pekan ini untuk membahas lebih lanjut mengenai resesi terburuk sejak fase depresi, yang dimana pada akhirnya pemulihan dunia akan bergantung terhadap penemuan vaksin virus corona. IMF dan Bank Dunia akan mengadakan pertemuan tahunan mereka yang dimana mereka akan menyatukan suara dari G20 untuk melakukan masa perpanjangan penundaan pembayaran hutang dari negara negara yang masuk dalam kategori miskin yang dimana pembayaran tersebut akan berakhir hingga akhir tahun nanti. Sejauh ini tampaknya pemulihan ekonomi akan sulit untuk memasuki bentuk terbaiknya yaitu V, kami melihat prospek pemulihan ekonomi akan mengalami fase bentuk L yang dimana pada akhirnya pertumbuhan perekonomian terlihat melandai hingga hari ini. Hal tersebut yang membuat prospek pemulihan ekonomi kian mengalami kesulitan. Ada rasa optimis disana, namun masih dapat kita katakan terlalu cepat untuk merasakan optimis. IMF terus mendorong pemerintah untuk melakukan pembelanjaan apapun yang mereka butuhkan untuk menghadapi krisis sembari memperingatkan ada kemungkinan persentase hutang terhadap GDP akan mengalami kenaikkan menjadi 100% untuk pertama kalinya. Pejabat IMF memberikan usulan agar terus melakukan reformasi terkait dengan restrukturisasi hutang bagi negara negara yang masih berjuang untuk memenuhi kewajiban dan bebannya yang kemungkinan mengalami kenaikkan karena wabah virus corona terus membebani perekonomian. Tingkat kerentanan negara terhadap hutang akan menjadi focus utama dalam pertemuan tersebut. Menurut kami memang layak hal tersebut menjadi focus utama, karena sejauh ini beberapa hutang dari berbagai negara di dunia mulai mengalami kenaikkan bahkan mendekati rekor tertingginya tahun ini, bahkan setengah dari semua negara berpenghasilan rendah berpotensi mengalami kesulitan untuk membayar hutang bahkan sebelum wabah terjadi. Bank Sentral dari berbagai negara terus memangkas tingkat suku bunga untuk menjaga tingkat likuiditas, tidak hanya itu saja, IMF dan G20 serta Bank Dunia terus memberikan bantuan darurat terkait dengan pembayaran utang. G20 pada bulan April lalu menyetujui untuk memberikan bantuan senilai miliaran dollar kepada negara negara miskin hingga akhir tahun untuk membantu mereka melaksanakan kewajibannya dibawah naungan Debt Service Suspension Initiative. Meskipun demikian, Bank Dunia mengatakan bahwa hal tersebut masih belum cukup untuk menangangi pinjaman tersebut. IMF terus mencari cara untuk dapat mengirimkan beberapa asset cadangan yang ada yang dikenal dengan pengambilan asset khusus dari negara negara kaya yang tidak membutuhkan asset cadangan tersebut agar dapat diberikan kepada negara negara miskin yang membutuhkannya. Kami melihat pemulihan perekonomian di kuartal ke 3 dan ke 4 ini justru menjadi harap harap cemas, apakah pemulihan tersebut berhasil atau tidak. Ditengah situasi dan kondisi yang kian tidak membaik, maka memberikan kemungkinan bahwa perekonomian pada kuartal ke 3 dan 4 justru mengalami pelemahan, meskipun tidak selemah kuartal sebelumnya. Pekan ini pertemuan Bank Sentral juga akan menjadi sorotan, mulai dari; Indonesia, Singapore, Korea Selatan, dan Sri Lanka. Yang menjadi perhatian utama adalah pidato dari Gubernur Bank Sentral Australia pada hari Kamis mendatang terkait dengan langkah langkah yang akan dilakukan untuk melakukan pemberian stimulus. Dari Bank Indonesia sendiri kami melihat Bank Indonesia masih belum akan mengubah tingkat suku bunganya pada pertemuan bulan ini. Volatilitas Rupiah yang masih sangat tinggi menjadi sebuah factor utama Bank Indonesia belum akan menurunkan tingkat suku bunganya, meskipun dalam beberapa hari terakhir Rupiah mengalami penguatan akibat Omnibus Law yang disahkan oleh parlement dan mendapat tanggapan negative dari masyarakat Indonesia. Secara tujuan, tentu Omnibus Law merupakan sesuatu yang sangat baik karena akan memperbaiki iklim bisnis dan mendorong investasi langsung oleh investor luar negeri. Secara peluang, memang Bank Indonesia memiliki peluang untuk memangkas tingkat suku bunganya sebanyak 25 bps, namun secara urgensi nya, kami melihat Bank Indonesia belum saatnya untuk memangkas tingkat suku bunga. Namun pandangan dan kebijakan terkait langkah langkah selanjutnya dari proses pemulihan perekonomian akan menjadi salah satu hal yang sangat dinantikan oleh pelaku pasar dan investor, agar proses perekonomian yang sedang kita jalani saat ini tidak menjadi kentang.

2.SEBUAH SARAN DAN PANDANGAN

Upaya pemerintah dalam melakukan komunikasi terhadap masyarakat terkait UU Cipta Kerja dinilai cukup mampu menjawab keinginan pelaku pasar. Berbagai opini bermunculan terkait dampak baik maupun buruk UU tersebut bagi Indonesia dan iklim investasi global. Menyoroti pandangan dari Bank Dunia yang juga mengungkapkan hal tersebut, kali ini Bank Dunia menyoroti usulan di dalam RUU ini mengenai relaksasi persyaratan untuk perlindungan lingkungan hidup akan merusak kekayaan sumber daya alam yang sangat penting bagi mata pencaharian banyak orang dan dapat berdampak negatif terhadap investasi. Meskipun, upaya Pemerintah di bidang ini ditargetkan untuk mengurangi penundaan perizinan dan memangkas peluang adanya korupsi dari segi birokrasi. Pada saat yang sama, Bank Dunia menilai, reformasi undang-undang ketenagakerjaan kurang penting dibandingkan reformasi perdagangan dan investasi untuk merangsang investasi baru. Peraturan perundang-undangan dan kebijakan terbaru lainnya, dari pertambangan hingga pertanian, juga berisiko menimbulkan dampak negatif limpahan aktivitas ekonomi bagi masyarakat. Di sisi lain, Bank Dunia menilai RUU ini memiliki potensi untuk mendukung pemulihan pasca COVID-19 dalam waktu dekat, seraya menetapkan fondasi untuk pertumbuhan jangka panjang yang lebih cepat. Menurut Bank Dunia, ada setidaknya 3 hal positif dari RUU Omnibus Law. Pertama, RUU ini akan memberi isyarat kepada masyarakat internasional bahwa Indonesia terbuka untuk bisnis dengan menghapus pembatasan investasi, termasuk praktik diskriminatif terhadap investor asing dalam undang-undang sektoral. Penghapusan batasan bagi modal asing dapat memicu tambahan investasi sebesar US$6,8 miliar. Kedua, RUU ini akan meningkatkan lingkungan perdagangan dan meningkatkan partisipasi perusahaan-perusahaan lokal dalam rantai nilai global yang bergantung pada impor dan ekspor. Bank Dunia juga memandang upaya memindahkan otoritas untuk perizinan terkait perdagangan dari kementerian sektoral ke pemerintah pusat akan mengurangi diskresi kementerian dan peluang korupsi. Ketiga, upaya menghilangkan proses penunjukan dari Menteri kepada lembaga-lembaga terakreditasi untuk melakukan penilaian kesesuaian dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) dapat mempercepat dan mengurangi ketidakpastian proses sertifikasi SNI. Proses sertifikasi SNI diperkirakan akan meningkatkan biaya masukan untuk bisnis sebesar 21%. Terlepas akan menjadi baik dan buruk, tentu kita semua berharap Indonesia dapat menjadi negara yang berdaulat dan sejahtera. Upaya untuk tetap menjaga sumber daya alam dimana keindahan Indonesia dapat juga menjadi daya tarik dari segi kedatangan turis yang juga berdampak langsung pada mata pencaharian masyarakat. Namun disatu sisi investasi yang sifatnya jangka panjang diharapkan mampu menyerap banyak tenaga kerja yang diperlukan untuk menjawab permasalahan yang timbul sebagai dampak COVID19 dan Angkatan kerja yang setiap tahun mengalami pertambahan. Dalam hal ini, tentu saja hal tersebut mampu mendorong daya saing Indonesia dari negara sekitar guna menarik perhatian investor untuk masuk ke Indonesia.

“Berdasarkan analisa teknikal, kami melihat saat ini IHSG memiliki peluang bergerak menguat terbatas dan ditradingkan pada level 5,076 – 5,120. Kehadiran pertemuan Bank Indonesia hari ini disinyalir akan membuat pelaku pasar dan investor sedikit menahan transaksi di sesi 1, hingga hasil pertemuan Bank Indonesia keluar. Meskipun secara tingkat suku bunga diprediksi tidak akan mengalami perubahan, namun secara panduan kebijakan menjadi sesuatu yang sangat dinantikan. Unjuk rasa hari ini akan menjadi perhatian meskipun pasar berusaha untuk mengabaikan,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Selasa (13/10/2020).