Bank DBS Indonesia Bangun Ekosistem Dukung Perkembangan Wirausaha Sosial di Indonesia
Pasardana.id - Berdasarkan hasil penelitian The United Nations Economic and Social Commission for Asia and the Pacific (UN-ESCAP) bersama British Council yang bertajuk Membangun Ekonomi Kreatif dan Inklusif: Profil Usaha Sosial di Indonesia, terdapat 340.000 kewirausahaan sosial di Indonesia dengan kontribusi terhadap perekonomian sebesar 1,9% dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Indonesia.
Meskipun terbilang masih kecil, namun kewirausahaan sosial menawarkan sarana-sarana inklusif yang dapat mandiri secara finansial untuk mendukung proses pembangunan di Indonesia.
“Bank DBS meyakini bahwa wirausaha sosial memiliki peran penting dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia dan inklusi sosial. Kegiatan SE Meet Up agak berbeda karena tujuan utama kegiatan kali ini adalah sesi berbagai atas pengalaman, tantangan dan ekosistem kewirausahaan sosial di Indonesia dan Singapura. Oleh karena itu, kami juga berharap DBS SE Meet Up dapat menjadi sarana para pelaku wirausaha sosial untuk memperluas jaringan bisnis mereka,” ujar Executive Director, Head of Marketing Communications PT Bank DBS Indonesia Mona Monika melalui keterangannya, Rabu (7/8/2019).
Bank DBS Indonesia sebagai lembaga keuangan yang aktif dan peduli dalam mendukung perkembangan wirausaha sosial di Indonesia menyelenggarakan kegiatan “DBS Social Enterprise (SE) Meet Up”, acara tahunan yang diadakan oleh DBS Foundation untuk mendukung wirausaha sosial di Indonesia.
Acara yang bertajuk Social Enterprise and Its Ecosystem ini bertujuan untuk membangun jejaring antar SE di Indonesia. Jaringan ini akan berguna untuk mengembangkan SE karena belum ada lembaga khusus untuk SE di Indonesia.
Adapun dalam DBS SE Meet Up yang menghadirkan para pakar di bidang wirausaha sosial, dibahas beberapa isu, antara lain;
- Ekosistem wirausaha sosial
Topik ini yang banyak dibahas oleh para pelaku wirausaha sosial terutama dalam advokasi pemerintah Indonesia. Ekosistem wirausaha sosial terdiri dari kebijakan, karakteristik geografi, pasar, sumber daya manusia, budaya, dukungan sosial, dan pendanaan keuangan. Upaya ini penting untuk dilakukan karena tidak ada kepastian terhadap manfaat, identifikasi dan lembaga hukum bagi wirausaha sosial. Indonesia tertinggal jauh di belakang banyak negara di Asia terutama ASEAN seperti Thailand dan Singapura terhadap pengakuan akan wirausaha sosial.
- Pengukuran dampak
Masalah kedua untuk pengembangan wirausaha sosial di Indonesia adalah pengukuran dampak. Jika wirausaha sosial dapat menaklukkan peluang dan tantangan terhadap ekosistem yang ada, maka para pelaku wirausaha sosial perlu menghitung dampak dari bisnis yang dilakukan. Dampak bisnis menjadi sangat penting untuk diketahui oleh publik khususnya pemerintah agar dapat menjadikan wirausaha sosial sebagai prioritas nasional di mana mereka memiliki peran yang signifikan terhadap kinerja ekonomi.