ANALIS MARKET (05/8/2019) : IHSG Berpotensi Melemah Terbatas

Foto : Ilustrasi (ist)

Pasardana.idRiset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, cerita hari ini akan dimulai dari hubungan antara Jepang dan Korea Selatan yang semakin memanas yang memberikan implikasi menekan pasar khususnya wilayah Asia.

Korea Selatan dan Jepang ikut mewarnai pertikaian yang berpotensi mengancam akan merusak hubungan keamanan dan rantai pasokan global.

President Korea Selatan, Moon Jae-in menyebut Jepang “sembrono” dalam pidato Nasional pada hari Jumat yang berencana untuk mencoret Korea Selatan dari daftar perdagangan yang dipercaya yang itu artinya, Korea Selatan telah dihapus dari daftar tujuan ekspor yang terpercaya.

Menariknya pada hari Jumat lalu, Michael Pompeo, Sekretaris Negara Amerika Serikat telah bertemu rekan rekannya dari kedua Negara, tetapi perselisihan yang sudah berlangsung sebelumnya membuat pertemuan tersebut tidak berjalan dengan baik.

Lagipula kami melihat, Amerika sendiri saja senang melakukan perang dagang terhadap Negara lainnya, sehingga lucu rasanya apabila Amerika berdiri menengahi kedua Negara tersebut.

President Moon mengatakan langkah Jepang itu sangat jelas ditujukan kepada Korea Selatan untuk menghambat pertumbuhan Negara Korea Selatan.

Korea Selatan menggambarkan hal yang dilakukan oleh Jepang merupakan sebagai pembalasan atas keputusan Mahkamah Agung Korea Selatan yang menahan Perusahaan Perusahaan Jepang untuk memberikan kompensasi kepada para korban wajib kerja selama masa colonial di masa lalu.

Jepang membantah tudingan tersebut sebagai aksi balasan dari keputusan Mahkamah Agung.

Presiden Moon mengatakan bahwa saya benar benar memperingatkan bahwa Pemerintah Jepang akan sepenuhnya bertanggung jawab atas apa yang akan terjadi di masa depan.

Ini adalah tindakan egois, destruktif, yang akan melumpuhkan rantai pasokan global dan mendatangkan malapetaka pada ekonomi global.

Atas pertarungan keduanya, Indeks Kospi turun 1%, sementara Indeks Nikkei 225 turun 2.1%. Indeks MSCI Asia turun 1.4%.

Akibat perseteruan tersebut, demonstran di kota Seoul telah turun kejalan dan melakukan aksi unjuk rasa di kantor kedutaan Jepang di Seoul.

Menteri Perdagangan Jepang, Hiroshige Seko mengatakan bahwa Jepang tidak ada maksud untuk menciptakan perseteruan dengan Korea Selatan.

Jepang mengatakan ini adalah revisi dari cara kami untuk mengelola control ekspor yang berdasarkan fakta bahwa ada beberapa kekurangan dalam sistem kontrol ekspor Korea Selatan.

Keputusan Jepang akan hal ini akan berlaku pada tanggal 28 August 2019 mendatang.

Alhasil, atas keputusan Jepang ini akan mempengaruhi 159 item yang diimpor ke Korea Selatan, Menteri Keuangan Korea Selatan Hong Nam Ki mengatakan dalam briefing, industry teknologi Korea Selatan sangat bergantung pada pemasok dari Jepang, seperti baja tua, peralatan medis, plastic, dan beberapa produk kimia.

Kami melihat hal ini sebagai gangguan dalam jangka waktu pendek, karena seharusnya apabila ternyata Jepang menganulir Korea Selatan sebagai Negara tempat tujuan ekspor yang bisa dipercaya, seharusnya Korea Selatan tinggal melakukan perundingan terkait hal tersebut.

Beralih dari sana, Juru Bicara Kementrian Luar Negeri China Hua Chunying menyampaikan pendapat resmi terkait dengan keinginan Trump untuk mengenakkan tarif impor lanjutan sebesar 10% terhadap $300 miliar barang impor China.

Hua menyampaikan bahwa saatnya bagi Amerika untuk menunjukkan ketulusan dan membuktikan kepada dunia bahwa pembicaraan mengenai perdagangan dapat dilanjutkan.

Langkah Trump dengan cara seperti ini dapat memukul konsumen Amerika secara langsung terkait dengan kenaikkan tarif tersebut.

Dan sekali lagi Hua mengatakan bahwa China tidak menginginkan perang dagang, dan China tidak akan pernah mundur dari masalah ini.

Segalanya semakin berlarut larut saat ini, bagaikan sebuah permainan yang memberikan impact terhadap masyarakat global.

Hal ini akan menjadi sebuah tanda tanya besar, apakah semua ini akan membaik atau tidak.

Apakah semua ini akan selesai sepenuhnya? Tampaknya itu semua hanyalah angan angan, karena apa yang terjadi saat ini terlihat lebih buruk dibandingkan sebelumnya.

Dari dalam negeri, penurunan IHSG yang cukup dalam diiringi dari internal maupun eksternal.

Meskipun beberapa rilis data sudah sesuai skema dan target dari pemerintah, namun pelaku pasar juga terlihat pesimis ketika rilis data Manufacturing PMI yang berada pada fase kontraksi atau perlambatan pada aktivitas perusahaan manufaktur.

Penurunan Manufacturing PMI dari 50.6 ke 49.6 menandakan penurunan pertama kesehatan sector ini dalam waktu 6 bulan terakhir.

Output turun sejak lapangan kerja turun pada Mei tahun lalu. Selain itu, tingkat pembelian juga turun paling besar dalam tiga tahun.

Pada saat yang sama, kondisi permintaan tetap lemah seperti yang ditunjukkan oleh sedikit peningkatan pesanan baru, meskipun penjualan ekspor tumbuh signifikan sejak Oktober 2017.

“Secara teknikal, kami melihat saat ini IHSG memiliki peluang bergerak melemah terbatas dan ditradingkan pada level 6.320-6.356,” sebut analis Pilarmas dalam riset yg dirilis Senin (05/8/2019).