ANALIS MARKET (23/7/2019) : IHSG Memiliki Peluang Bergerak Menguat Hari Ini

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, sentiment diperdagangan hari ini, Selasa (23/7/2019), diawali berita dari Judy Shelton, salah satu calon untuk Federal Reserve yang kemarin menyerukan kepada The Fed untuk menurunkan tingkat suku bunga sebesar 50 bps pada pertemuan yang akan diadakan pada akhir July mendatang.

“Bahkan penurunan sebesar 50 bps, masih akan menjaga tingkat suku bunga The Fed berada jauh diatas nol” kata Shelton kepada The Washington Post.

Berdasarkan tingkat probabilitas penurunan tingkat suku bunga pada bulan July nanti, 77.5% memilih untuk menurunkan tingkat suku bunga sebesar 25 bps, dan 22.5% yang memilih untuk menurunkan tingkat suku bunga sebesar 50 bps.

Jika Bank Sentral menurunkan tingkat suku bunga, tentu hal itu akan terjadi pada saat aktivitas ekonomi yang mulai melemah dan mengurangi prospek ekonomi Amerika. Bank Sentral di Negara lain juga telah menurunkan atau bersiap untuk menurunkan tingkat suku bunga.

Shelton menambahkan bahwa, saya meyakini bahwa kondisi global dan kebijakan moneter sudah sangat jelas ditunjukkan oleh Bank Sentral Negara lain yang merupakan factor yang sangat dalam untuk mempertimbangkan seberapa banyak The Fed akan menurunkan pada pertemuan 31 July nanti.

Hal ini dtambah juga dengan komentar dari Presiden The Fed Chicago yang mengatakan bahwa inflasi merupakan tujuan atau focus utamanya, yang mungkin tidak akan tercapai hingga akhir tahun.

Komentar ini ditambahkan oleh Presiden Fed Dallas yang mengatakan bahwa turunnya imbal hasil obligasi Pemerintah menunjukkan bahwa tingkat suku bunga saat ini terlalu tinggi, dan ada kemungkinan bahwa pemotongan sebesar 25 bps akan terjadi pada akhir bulan ini.

Beralih kepada perang dagang antara Amerika dan China, Perusahaan yang memindahkan produksinya dari China semakin banyak hampir berkisar lebih dari 50 Perusahaan, seperti Perusahaan sebesar Apple, Dell, dan Nintendo sedang berupaya untuk memindahkan produksinya agar tidak terkena tarif yang telah diberikan oleh Amerika terhadap China.

Perusahaan HP dan Dell mungkin akan memindahkan produksinya dari China ke Asia Tenggara hingga 30%.

Begitupun dengan Apple yang akan memindahkan produksinya sekitar 15% - 30% dari China ke India. Nintendo juga akan melakukan hal yang serupa, perpindahan tersebut dari China ke Vietnam.

Ternyata dampaknya tidak hanya bagi Perusahaan Internasional saja, bahkan Perusahaan local pun seperti TCL pembuat TV asal China tersebut akan memindahkan produksinya ke Vietnam, begitupun dengan pembuat ban china, Sailun Tyre yang akan memindahkan produksinya ke Thailand.

Hal ini akan membuat tekanan terhadap ekonomi China kian bertambah, dan tentu secara tidak langsung dalam jangka waktu pendek dan panjang akan membuat China merasakan dampaknya.

“Namun disatu sisi kami melihat hal ini merupakan suatu kesempatan yang bagus, apabila Indonesia mampu menunjukkan daya tariknya, karena yang kita butuhkan saat ini bukan hanya capital inflow dari Capital Market saja, tapi kita juga membutuhkan investasi secara langsung di sector riil atau Foreign Direct Investment,” jelas analis Pilarmas.

Sementara itu, dari dalam negeri, Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati mengatakan bahwa pihaknya bakal mengimbangi kebijakan Bank Indonesia dalam rangka meningkatkan investasi.

BI baru saja menurunkan suku bunga acuan 7DRRR sebesar 25 bps dari 6% ke 5.72%, disertai penurunan deposit facility 25 bps menjadi 5% dan lending facility 25 bps menjadi 6.5%.

Dengan penurunan ini, Menteri Keuangan perlu merespon tantangan dari perekonomian baik dari sisi permintaan maupun dari sisi produksi.

Guna mendukung sisi permintaan, kami melihat pentingnya konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah mendukung pertumbuhan ekonomi dalam negeri.

Melihat dari sisi eksternal masih cukup berat dan kami juga masih melihat adanya tekanan dari sisi ekspor. Ekspor mengalami kontraksi sebesar -0,7% oY.

Padahal, pada semester I/2018 Indonesia berhasil mencatatkan pertumbuhan ekspor sebesar 6,8% YoY.

Meskipun pemerintah telah melakukan kebijakan yang mendukung investasi seperti peningkatan EODB dan insentif yang kita berikan seperti super deduction dan tax holiday serta tax allowance.

Namun kondisi politik dan pertumbuhan ekonomi dalam negeri sedikit memberikan tekanan dari sisi arus modal masuk.

Menteri Keuangan memproyeksikan pertumbuhan ekonomi pada akhir 2019 dapat mencapai 5.2%,

Sedangkan investasi pada semester II diproyeksikan tumbuh 6,1% YoY, sehingga pada akhir tahun dapat mencapai 5,7% YoY.

“Secara teknikal, kami melihat saat ini IHSG memiliki peluang bergerak menguat dan ditradingkan pada level 6.392 – 6488,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Selasa (23/7/2019).