ANALIS MARKET (22/7/2019) : Awali Pekan, IHSG Memiliki Peluang Bergerak Menguat

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, mengawali pekan terakhir bulan Juli ini, Senin (22/7/2019), pelaku pasar mencermati beberapa sentiment yang diawali dari China, dimana beberapa Perusahaan China telah mengajukan permohonan pembebasan tarif ketika mereka mengajukan keinginan untuk melakukan pembelian produk pertanian Amerika, hal ini terjadi lebih dari seminggu sejak Trump mengeluh bahwa pembelian tidak pernah dilakukan.

Permintaan tersebut akan dievaluasi oleh para ahli yang telah ditunjuk sebelumnya oleh Komisi Tarif Bea Cukai.

China saat ini mulai melakukan apa yang dikatakannya, komitmen ini merupakan salah satu itikad baik China untuk memulai kesepakatan dagang antara kedua Negara.

China menyampaikan bahwa untuk memenuhi kebutuhan konsumen China, Perusahaan China bersedia untuk terus mengimpor beberapa produk pertanian dari Amerika yang dapat dipasarkan di China.

China menyatakan harapannya bahwa China dan Amerika akan bertemu ditengah tengah mengenai kesepakatan tersebut dan dengan sungguh untuk melaksanakan komitmen tersebut.

Dengan adanya indikasi pembelian oleh China, maka pembicaraan kedua Negara tersebut pun diprediksi akan segera di mulai.

Kami menilai bahwa itikad baik ini sudah lebih dari cukup bagi kedua Negara untuk memulai kembali yang berhenti, menjalani kembali apa yang telah terlewati, dan akan menjadi sentiment positif untuk pekan ini.

Selain dari China, Inggris akan mengumumkan pengganti Theresa May pada hari Selasa nanti, dengan diperkirakan Boris Johnson akan menjadi pemimpin yang baru. Tentu hal ini akan menjadi berita baik bagi Inggris, ditengah tengah masih terkantungnya proses Brexit yang tak kunjung usai.

Pekan ini akan menjadi sebuah penantian penting bagi para pelaku pasar dan investor.

Data ekonomi Markit Manufacturing, Services, dan Composit dari Amerika akan dirilis pekan ini, tentu kami melihat bahwa hal ini merupakan sebuah penantian yang cukup memberikan dampak karena menunjukkan pertumbuhan ekonomi Amerika, data yang sama pun akan keluar dari Eropa.

Meskipun kami memperkirakan bahwa data yang keluar dari Amerika akan menguat, namun dari Eropa akan memburuk.

Mengawali pertemuan FOMC meeting pekan depan, pekan ini Bank Sentral Eropa akan melakukan pertemuan ditengah tengah potensi penurunan akan tingkat suku bunga dan pelonggaran stimulus yang mungkin akan dilakukan, hanya tinggal masalah waktu kapan hal itu akan terjadi.

Ditengah tengah penantian akan beberapa data ekonomi, Hongkong kembali terkena masalah terkait dengan pengunjuk rasa atas undang undang ekstradisi. Polisi Hongkong menembakkkan peluru karet dan gas air mata ditengah tengah bentrokan dengan pengunjuk rasa pada Minggu malam kemarin.

Situasi kian memanas karena Hongkong akan terus kembali melakukan unjuk rasa hingga pada akhirnya hal ini akan membebani perekonomian Hongkong secara tidak langsung.

Sementara itu, dari dalam negeri, Kementerian Keuangan memproyeksikan penerimaan perpajakan pada semester II/2019 mencapai Rp954,1 triliun atau 53,4% dari APBN 2019.

Proyeksi penerimaan ini ditopang oleh realisasi PPh nonmigas pada semester II/2019 yang diperkirakan sebesar Rp415 triliun atau 50,1% dari APBN 2019.

Dengan demikian, sampai akhir 2019, PPh nonmigas diperkirakan mencapai Rp761,1 triliun atau tumbuh 11,1% YoY.

Salah satu faktor yang memengaruhi kinerja PPh nonmigas adalah pertumbuhan ekonomi beberapa sektor utama yang selama ini memberikan kontribusi signifikan pada penerimaan pajak dan perekonomian, antara lain sektor industri pengolahan, perdagangan, jasa keuangan, pertambangan, konstruksi dan real estate, serta transportasi dan pergudangan.

Sementara itu, terjaganya tingkat konsumsi nasional diharapkan dapat meningkatkan pendapatan PPN dan PPnBM.

Menteri Keuangan menyampaikan dalam laporannya Realisasi pendapatan PPN pada semester II/2019 diperkirakan sebesar Rp380,5 triliun atau 58,1% dari APBN 2019. Sampai dengan akhir 2019, pendapatan PPN diperkirakan mencapai Rp592,8 triliun.

Dengan realisasi penerimaan tersebut, maka outlook shortfall penerimaan pajak 2019 diperkirakan pada angka Rp140,4 triliun.

Angka ini jauh lebih besar dibandingkan dengan realisasi shortfall penerimaan pajak 2018 yang hanya Rp108,1 triliun.

“Secara teknikal, kami melihat saat ini IHSG memiliki peluang bergerak menguat dan ditradingkan pada level 6.401 – 6.476,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Senin (22/7/2019).