ANALIS MARKET (19/7/2019) : Pasar Obligasi Diproyeksi Bervariasi
Pasardana.id - Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pasar obligasi mengalami pelemahan ketika tingkat suku bunga diturunkan.
Padahal, ditengah-tengah penurunan tingkat suku bunga BI 7 DRR justru seharusnya menambah daya dobrak harga obligasi untuk mengalami kenaikkan, meskipun secara ruang sudah terbatas, namun sentiment positif seharusnya dapat membuat harga obligasi bertahan atau justru seharusnya malah menguat.
“Sejauh ini kami melihat bahwa penurunan harga obligasi tersebut berarti bahwa ruang penguatan memang sudah tidak ada, yang kemudian para pelaku pasar dan investor sudah dalam posisi jenuh beli, sehingga biar bagaimanapun dibutuhkan koreksi untuk mengalami penguatan kembali,” jelas analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Jumat (19/7/2019).
Lebih lanjut analis Pilarmas menyebutkan, diperdagangan Jumat (19/7) ini, pasar obligasi diperkirakan akan dibuka bervariatif dengan potensi pergerakan rentang harga berada di 35 – 60 bps. Namun sejatinya, pasar obligasi akan bergerak masih ditempat yang sama.
Fokus utamanya kali ini datang dari Amerika dan China yang dimana kemajuan proses diskusi tersebut masih sangat amat lambat sehingga menimbulkan pertanyaan apakah Amerika dan China dapat menemukan titik temu diantara kedua belah pihak?
Kemajuan yang lambat ini sering kali membuat Trump mengeluh minggu ini, khususnya terkait dengan keinginan China untuk membeli produk pertanian.
Akibatnya, perlakuan Amerika terhadap Huawei juga tidak ada perubahan. Masih sama seperti yang dulu, sehingga kedinginan ini membuat situasi dan kondisi pasar menjadi sama tidak berubah.
Alhasil, pasar pun sedikit demi sedikit mulai dapat menerimanya.
Lebih lanjut, analis Pilarmas menilai, saat ini fokusnya adalah melihat apakah Amerika dan China ingin menggunakan perjanjian yang sebelumnya telah hampir disepakati, atau mengulang semuanya dari awal.
"Namun kami melihat sebetulnya permasalahan ini cukup sederhana juga dari sisi China, karena China hanya meminta 3 hal; Menghapus semua tarif yang telah naik sebelumnya, memberikan target pembelian terhadap China untuk barang barang Amerika, dan yang paling penting adalah keseimbangan dan kesetaraan yang tepat untuk kedua belah pihak," jelas analis Pilarmas.
Sementara itu, Robert dan Mnuchin masih terus mencoba untuk berbicara melalui telepon terhadap China untuk melakukan pertemuan agar dapat memulai pembicaraan lanjutan.
Selain itu mereka juga ingin melakukan perjalanan ke China, namun tampaknya China enggan untuk mengadakan pertemuan tersebut, sehingga sampai saat ini pertemuan tersebut masih belum berlangsung.
Amerika semakin yakin akan memenangkan kesepakatan dengan China, ditengah tengah data ekonomi China yang keluar, Amerika merasa bahwa perang dagang ini dimenangkan oleh Amerika karena efek perang dagang ini lebih terasa terhadap perekonomian China.
Beralih dari sana, dua pejabat senior The Fed kemarin menekankan perlunya bertindak cepat jika ekonomi Amerika kelihatannya akan tersandung, sehingga hal ini memperkuat spekulasi Bank Sentral untuk memangkas tingkat suku bunganya.
Komentar ini mengiringi pertemuan FOMC pada bulan July nanti pada tanggal 30 – 31.
Wakil Ketua Fed mengatakan bahwa kita tidak perlu menunggu pemangkasan tingkat suku bunga sampai keadaan menjadi begitu buruk. Kita perlu membuat keputusan berdasarkan posisi situasi dan kondisi ekonomi kita serta resiko yang akan timbul.
"Tentu kami melihat bahwa potensi penurunan tingkat suku bunga The Fed yang sebelumnya akan terjadi pada bulan September, mungkin saja akan terjadi pada bulan Juli nanti," jelas analis Pilarmas.
Selanjutnya yang ditunggu dari review hari ini adalah, pada akhirnya Bank Indonesia pada akhirnya cukup berani untuk menurunkan tingkat suku bunga sebesar 25 bps.
Bank Indonesia mengatakan bahwa Bank Indonesia akan focus untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, sehingga Bank Indonesia memandang bahwa masih terbuka ruang untuk kebijakan moneter yang akomodatif, sejalan dengan rendahnya inflasi dan momentum mendorong pertumbuhan ekonomi.
Dalam beberapa bulan terakhir kami sudah akomodatif, dan akan tetap begitu kedepannya, dan tidak menampik adanya penurunan suku bunga kembali di masa yang akan datang.
“Kami melihat hal ini bahwa Bank Indonesia sudah siap dan telah menggukur tingkat resiko yang akan terjadi, kami hanya bisa angkat topi untuk Bank Indonesia. Atas pemotongan tingkat suku bunga ini, kami melihat bahwa hal ini akan sangat baik bagi IHSG, kenaikkan harga obligasi, dan berimplikasi positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Kami merekomendasikan wait and see hari ini,” jelas analis Pilarmas.

