Volume SUN Diperdagangan Awal Pekan Kemarin Sebesar Rp16,37 Triliun dari 43 Seri

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id – Riset harian fixed income MNC Securities yang dirilis Selasa (16/7/2019) menyebutkan, volume perdagangan Surat Utang Negara (SUN) yang dilaporkan pada perdagangan awal pekan ini, Senin (15/7), terlihat mengalami penurunan dibandingkan dengan volume perdagangan sebelumnya, yaitu sebesar Rp16,37 triliun dari 43 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan, dengan volume seri acuan yang dilaporkan senilai Rp5,21 triliun.

Adapun Obligasi Negara seri FR0078 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp2,84 triliun dari 142 kali transaksi di harga rata - rata 108,13% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0053 senilai Rp1,52 triliun dari 21 kali transaksi di harga rata - rata 103,45%.

Sementara itu, untuk Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dengan volume terbesar didapati pada Project Based Sukuk dengan seri PBS014 yaitu senilai Rp1,01 triliun dari 18 kali transaksi dan diikuti oleh volume Sukuk Ritel Negara dengan seri SR010 sebesar Rp177,58 miliar dengan 23 kali perdagangan.

Sementara itu, dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan obligasi korporasi senilai Rp1,83 triliun dari 62 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. 

Obligasi Berkelanjutan III Bank Maybank Indonesia Tahap I Tahun 2019 Seri A (BNII03ACN1) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp390,00  miliar dari 20 kali transaksi di harga rata - rata 100,01%.

Diikuti oleh seri Obligasi Berkelanjutan V Sarana Multigriya Finansial Tahap I Tahun 2019 Seri A (SMFP05ACN1) Rp187,00  miliar dari 9 kali transaksi di harga rata - rata 100,00%

Sementara itu, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika pada perdagangan kemarin ditutup menguat sebesar 88,00 pts pada level 13919,00 per dollar Amerika yang menguat sepanjang sesi perdagangan.

Pergerakan nilai tukar Rupiah bergerak pada kisaran 13895,00 hingga 14000,00 per dollar Amerika.

Penguatan nilai tukar rupiah tersebut terjadi seiring dengan penguatan sebagian besar mata uang regional terhadap dollar Amerika.

Adapun yang memimpin penguatan mata uang regional didapati pada mata uang Rupiah Indonesia (IDR) sebesar 0,63% yang diiringi dengan penguatan Peso Filipina (PHP) dan Rupee India (INR) masing-masing sebesar 0,24% dan 0,20%.

Sedangkan yang mengalami pelemahan terbesar mata uang regional didapati pada mata uang Won Korea Selatan (KRW) dan Dollar Hongkong (HKD) yang keduanya melemah sebesar 0,03% terhadap Dollar Amerika.