Volume SUN Diperdagangan Rabu Kemarin Senilai Rp12,83 Triliun dari 48 Seri

Pasardana.id – Riset harian fixed income MNC Securities yang dirilis Kamis (01/8/2019) menyebutkan, volume perdagangan Surat Berharga Negara (SBN) yang dilaporkan pada perdagangan kemarin (31/7), mengalami kenaikan dibandingkan dengan volume perdagangan sebelumnya (30/7), yaitu tercatat senilai Rp12,83 triliun dari 48 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan.
Adapun Surat Utang Negara seri FR0078 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp2,24 triliun dari 80 kali transaksi di harga rata - rata 106,18% yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0075 dan FR0056 masing-masing senilai Rp1,07 triliun dari 181 kali transaksi di harga rata - rata 100,38% dan Rp1,06 triliun dari 20 kali transaksi di harga rata - rata 106,63%.
Sementara itu, dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan lebih kecil daripada volume perdagangan sebelumnya, yaitu senilai Rp1,08 triliun dari 47 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan.
Adapun untuk seri Obligasi Berkelanjutan II Japfa Tahap II Tahun 2017 (JPFA02CN2) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp229,60 miliar dari 4 kali transaksi di harga rata - rata 101,60% dan diikuti oleh Obligasi Subordinasi Berkelanjutan I Bank Permata Tahap II Tahun 2012 (BNLI01SBCN2) dan Obligasi Berkelanjutan I Waskita Beton Precast Tahap I Tahun 2019 (WSBP01CN1) keduanya senilai Rp80,00 miliar dari 2 kali transaksi di harga rata - rata 100,73% dan dari 1 kali transaksi di harga rata-rata 100,05%.
Sementara itu, pada perdagangan kemarin (31/7), nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika mengalami penguatan sebesar 4 pts (0,04%) di level 14022,00 per Dollar Amerika.
Pergerakan nilai tukar Rupiah dibuka dengan mengalami penguatan namun pada pertengahan sesi perdagangan nilai tukar rupiah mengalami pelemahan dan kembali berbalik arah menjadi menguat bergerak pada kisaran 14009 hingga 14028 per Dollar Amerika.
Nilai tukar mata uang Rupiah tersebut mengalami penguatan seiring dengan pergerakan nilai tukar mata uang regional yang menguat terhadap mata uang Dollar Amerika.
Adapun mata uang Baht Thailand (THB) memimpin penguatan sebesar 0,20% diiringi dengan mata uang Dollar Singapura (SGD) dan Rupee India (INR) yang juga mengalami penguatan masing-masing sebesar 0,13% dan 0,07%.
Sedangkan untuk mata uang regional yang mengalami pelemahan terbesar didapati pada mata uang Won Korea Selatan (KRW) yang mengalami koreksi sebesar 0,10% terhadap Dollar Amerika dan diikuti oleh mata uang Dollar Taiwan (TWD) sebesar 0,09% terhadap Dollar Amerika.
Sementara itu, imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun mengalami kenaikan yang terbatas sehingga berada di level 2,035% dan untuk tenor 30 tahun juga ikut mengalami kenaikan imbal hasil di level 2,536%.
Pergerakan US Treasury ini terjadi ditengah kondisi pasar saham Amerika yang bergerak melemah dimana indeks DJIA ditutup melemah terbatas sebesar 123 bps sehingga berada pada level 26864,27 dan indeks NASDAQ juga ditutup melemah sebesar 119 bps sehingga berada pada level 8175,42.
Sementara itu, untuk pasar obligasi Inggris (Gilt) dengan tenor 10 tahun mengalami pelemahan di level 0,604%.
Adapun untuk obligasi Jerman (Bund) dengan tenor 10 tahun dan 30 tahun, keduanya juga ikut mengalami pelemahan masing-masing pada level –0,439% dan 0,12%.