Volume SUN Diperdagangan Jumat Lalu Senilai Rp14,74 Triliun dari 40 Seri
Pasardana.id – Riset harian fixed income MNC Securities yang dirilis Senin (11/3/2019) menyebutkan, volume perdagangan Surat Utang Negara (SUN) yang dilaporkan pada perdagangan hari Jumat, tanggal 8 Maret 2019 lalu, mengalami penurunan dibandingkan dengan volume perdagangan sebelumnya, yaitu senilai Rp14,74 triliun dari 40 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan.
Adapun Surat Utang Negara seri FR0077 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp1,86 triliun dari 30 kali transaksi yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0078 senilai Rp1,80 triliun dari 56 kali transaksi.
Sementara itu, untuk perdagangan Project Based Sukuk seri PBS014 menjadi Sukuk Negara dengan volume terbesar, yaitu sebesar Rp260 miliar dari 7 kali transaksi dan diiringi dengan volume Project Based Sukuk seri PBS0016 sebesar Rp252,00 dari 4 kali transaksi.
Riset juga menyebutkan, volume perdagangan obligasi korporasi yang dilaporkan lebih kecil daripada volume perdagangan sebelumnya, yaitu senilai Rp1,24 triliun dari 26 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan.
Adapun untuk Obligasi Berkelanjutan I Surya Semesta Internusa Tahap I Tahun 2016 Seri A (SSIA01ACN1) menjadi obligasi koporasi dengan volume perdagangan terbesar senilai Rp200,00 miliar dari 6 kali transaksi dan diikuti oleh Obligasi Berkelanjutan II Tower Bersama Infrastructure Tahap I Tahun 2016 (TBIG02CN1) senilai Rp200,00 miliar dari 6 kali perdagangan.
Selanjutnya, untuk obligasi korporasi dengan volume Rp160,00 miliar dari 4 kali transaksi didapati pada perdagangan Obligasi Berkelanjutan I Waskita Karya Tahap II Tahun 2015 Seri B (WSKT01BCN2).
Sementara itu, pada perdagangan di akhir pekan kemarin, 8 Maret 2019, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika mengalami pelemahan sebesar 171 pts (1,19%) di level 14315,00 per Dollar Amerika.
Pergerakan nilai tukar Rupiah mengalami pelemahan sepanjang sesi perdagangan pada kisaran 14200,00 hingga 14338,00 per Dollar Amerika.
Adapun nilai tukar mata uang Rupiah tersebut mengalami pelemahan di tengah mata uang regional yang mengalami perubahan yang bervariasi.
Mata uang regional yang memimpin penguatan didapati pada mata uang Yen Jepang (JPY) sebesar 0,42% diikuti oleh mata uang Rupee India (INR) yang mengalami penguatan sebesar 0,11% terhadap mata uang Dollar Amerika.
Sedangkan untuk mata uang regional yang mengalami pelemahan tertinggi didapati pada mata uang Rupiah Indonesia (IDR) yang melemah sebesar 1,19% diiringi dengan pelemahan mata uang Won Korea Selatan (KRW) sebesar 0,63% dan mata uang Peso Filipina (PHP) yang melemah sebesar 0,17% terhadap mata uang Dollar Amerika.
Adapun Imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun mengalami koreksi terbatas sebesar 0,6 bps pada level 2,63% yang diikuti dengan US Treasury bertenor 30 tahun yang mengalami penurunan sebesar 1,2 bps sehingga berada pada level 3,013%.
Pelemahan imbal hasil US Treasury ini terjadi ditengah kondisi pasar saham Amerika yang ditutup dengan mengalami pelemahan, dimana indeks NASDAQ ditutup melemah sebesar 18 bps sehingga berada pada level 7408,14 sedangkan untuk indeks DJIA juga turut mengalami koreksi sebesar 9 bps sehingga berada pada level 25450,24.
Sementara itu untuk obligasi Inggris (Gilt) mengalami penurunan pada semua tenornya, baik pada tenor 5, 10 dan 30 tahun, masing-masing sebesar 0,89%, 1,17%, dan 1,69%.
Sedangkan untuk obligasi Jerman (Bund) mengalami penurunan untuk semua tenornya baik itu bertenor 10, 20, dan 30 tahun masing-masing sebesar 0,071%, 0,428%, 0,705%.

