ANALIS MARKET (13/12/2019) : Pasar Obligasi Berpotensi Mengalami Rebound
Pasardana - Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, lagi lagi pasar obligasi mengalami pelemahan. Tampaknya pelaku pasar kecewa dengan keputusan The Fed untuk tidak memangkas tingkat suku bunganya hingga tahun depan. Ekspektasi yang tadinya ada harapan bahwa The Fed masih akan memangkas tingkat suku bunga sekali lagi, tiba tiba hilang!
Sehingga hal ini memberikan indikasi bahwa Bank Indonesia pun akan menahan tingkat suku bunganya, sehingga tidak ada lagi adanya pelonggaran kebijakan tahun depan. Tentu saja imbal hasil obligasi akan menyesuaikan dengan adanya keputusan The Fed tersebut, karena dengan adanya ekspektasi pelonggaran kebijakan, tentu harapan para pelaku pasar dan investor adalah harga obligasi masih memiliki potensi untuk mengalami kenaikkan, namun sayang harapan itu sirna. Namun jangan sedih, masih ada sentiment positif hari ini yang akan menopang pelemahan harga obligasi menjadi sebuah penguatan.
Lebih lanjut analis Pilarmas menilai, diperdagangan Jumat (13/12) pagi ini, pasar obligasi akan dibuka melemah dengan potensi menguat terbatas. Keterbatasan ini datang dari beberapa sentiment yang hadir pada pagi hari ini.
Yuk kita awali akhir pekan dengan sebuah cerita dari;
1.US DAN CHINA UNTUK SATU HATI!
Sedikit keajaiban, sedikit harapan, namun saat ini mungkin itu semua akan menjadi kenyataan. Presiden Trump mengatakan bahwa kesepakatan antara Amerika dan China sudah sangat amat dekat untuk menandatangani kesepakatan perdagangan yang besar. Hal ini juga diharapkan akan membuat penundaan kenaikkan tarif pada hari Minggu nanti. Trump mengatakan bahwa China menginginkan kesepakatan tersebut, begitupun juga dengan Amerika. Dan pada akhirnya menurut kabar yang beredar bahwa Trump akan menandatangani perjanjian perdagangan tahap pertama dengan China. Hal ini disampaikan oleh Trump kepada penasihat perdagangannya. Sejauh ini persyaratan telah disepakati, tetapi secara hukum bentuk tertulis masih belum selesai. Sejauh ini White House belum memberikan komentar terkait akan hal ini. Atas dasar berita ini, saham di bursa Amerika mengalami lonjakan karena ada kesepakatan diantara Amerika dan China. Kesepakatan itu akan menjelaskan kenaikkan pembelian produk pertanian Amerika oleh China sebagai balasan atas penurunan tarif yang dilakukan oleh Amerika. Tidak hanya itu saja, perjanjian tahap pertama ini juga akan mencakup komitmen China untuk berbuat lebih banyak terhadap pencurian kekayaan intelektual dan kesepakatan oleh kedua belah pihak untuk tidak memanipulasi mata uang mereka. Kami hanya bisa mengatakan Amiin! Dengan berita seperti ini, tentu saja hal ini akan menjadi booster bagi pergerakan saham global, tidak terkecuali Indonesia yang sebelumnya sudah mengalami pelemahan. Sejauh mata memandang, Santa Clause datang lebih awal untuk memberikan hadiah akhir tahun. Yang harus diperhatikan adalah sejauh ini secara teknikal Analisa, IHSG masih akan berpotensi untuk mengalami pelemahan, namun seharusnya dengan kado natal yang diberikan, hal ini akan menjadi kekuatan baru bagi IHSG dan pasar obligasi untuk bisa berbalik arah menjadi penguatan sebagai penutupan minggu ini. Hal ini akan menjadi salah satu bekal yang baik bagi pertumbuhan ekonomi 2020, yang dimana tentu saja kami berharap dengan adanya kesepakatan tahap pertama ini, tahun 2020 akan menjadi tahun pemulihan. Harapannya untuk saat ini adalah semoga saja teks tertulis tersebut bisa diselesaikan sebelum tanggal 15 December nanti, karena dengan adanya penandatanganan hitam diatas putih di hari Minggu nanti, pekan depan mungkin akan menjadi warna tersediri bagi pergerakan pasar global.
2.PEMILU INGGRIS, HASILNYA MEMBUAT MENANGIS!
Boris Johnson mungkin telah berada di jalur kemenangan untuk memenangkan kemenangan yang paling menentukan dalam Pemilu di Inggris. Polling resmi telah keluar yang dimana diperkirakan Partai Konservatif Perdana Menteri telah memenangkan 368 dari 650 kursi di House of Commons. Partai Buruh diproyeksikan untuk mendapatkan 191 kursi, turun sebanyak 71 kursi sejak pemlihan sebelumnya, Partai Nasional Skotlandia memperoleh 55 kursi. Jika hal ini berhasil, tentu saja Johnson akan mendapatkan lebih banyak dukungan untuk menjalankan Brexit yang sejauh ini sudah cukup lama mengalami penundaan karena adanya penolakan dari House of Commons. Namun sekarang dengan kemenangan seperti ini, hal ini tidak akan terjadi lagi. Proses akan segera dijalankan begitu hasil ini disahkan secara resmi. Pada akhirnya mungkin ini akan menjadi hadiah Natal kedua tahun ini setelah kesepakatan yang telah tercapai antara Amerika dan China. Memang tampaknya seperti too good to be true dalam satu hari, ketidakpastian dunia yang selama ini menghantui pasar tiba tiba hilang begitu saja. Marilah kita berharap bahwa ini akan menjadi kenyataan!
3.PERTEMUAN BANK SENTRAL EROPA
Christine Lagarde in action! Bank Sentral Eropa mengatakan bahwa mereka tidak akan memangkas tingkat suku bunga lebih lanjut dalam waktu dekat. Christine menyampaikan bahwa ada tanda awal stabilisasi dalam perlambatan pertumbuhan yang disertai kenaikkan inflasi yang mendasarinya. Fokus utama dari Bank Sentral Eropa adalah resiko seputar prospek pertumbuhan di Kawasan Euro, factor geopolitik, meningkatnya proteksionisme dan kerentanan di pasar Emerging Market akan menjadi salah satu factor yang diperhatikan oleh Bank Sentral Eropa. Christine juga menyampaikan bahwa tahun depan pertumbuhan akan berada di 1.1%, dan 1.4% pada tahun 2021. Inflasi akan berada di 1.6%, tentu masih jauh dari target yang ditetapkan sebelumnya yaitu 2%. Sejauh ini Christine juga mengatakan bahwa Bank Sentral Eropa sangat tahu betul akan efek samping dari tingkat suku bunga negative, dan meminta Pemerintah untuk membantu dengan memberikan stimulus fiscal dan reformasi structural. Tentu hal ini akan didukung juga oleh kebijakan lain yang akan membantu pertumbuhan.
4.PESAN JOKOWI
Presiden Joko Widodo meminta investasi di bidang besi, baja dan petrokimia untuk dapat di buka lebih lebar dalam upaya menekan defisit dari neraca transaksi berjalan. Berdasarkan data dari BPS impor bahan baku penolong memberikan kontribusi yang cukup besar sekitar 75.06% terhadap total impor Januari hingga Oktober 2019. Kontribusi impor barang modal mencapai 16.65% dan impor barang konsumsi 9,29%. Apabila kita buka lebih mendetail, impor bahan baku yang masih besar adalah besi baja yang mencapai US$8,6 miliar dan petrokimia sebesar US$4,9 miliar. Sehingga presiden berkeinginan untuk membuka selebar – lebarnya subtitusi impor khususnya dalam industri besi baja, industri kimia atau petrokimia. Sehingga kami melihat apabila upaya tersebut masih juga terhambat dalam segi regulasi maupun birokrasi, defisit neraca perdagangan masih dapat terjadi. Oleh karena itu, realisasi dari aliran masuk asing dalam perekonomian riil guna membangun industry dalam negeri menjadi perhatian kami pada tahun 2020 nanti. Dalam hal ini BKPM dan pemerintah perlu membuat langkah – langkah kongkrit untuk mendorong tumbuhnya industry pengolahan seperti besi, baja dan petrokimia dalam beberapa tahun ke depan.
“Kami merekomendasikan wait and see hari ini, karena sentiment positif yang hadir, memberikan kesempatan pasar obligasi untuk mengalami rebound. Namun apabila ternyata harga obligasi masih tidak kuasa untuk mengalami penurunan, jual masih menjadi pilihan yang baik,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Jumat (13/12/2019).
.id -

