ANALIS MARKET (06/11/2019) : Beli dengan Volume Kecil Direkomendasikan

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pasar obligasi luar biasa!

Ditengah tengah tekanan akan hadirnya data ekonomi GDP Indonesia, ternyata data berkata lain.

Memang benar, data GDP kita mengalami penurunan, dan tidak mengubah kenyataan tentang penurunan tersebut, namun tidak seburuk yang diperkirakan oleh banyak orang.

Hal inilah yang membuat harapan kembali tumbuh, ada optimisme disana bahwa perekonomian Indonesia cukup kuat menghadapi tekanan global yang bertubi tubi terkait dengan perang dagang yang melanda dunia sejak 18 bulan silam.

Berysukurlah data GDP tersebut keluar sebelum siang hari, sehingga para pelaku pasar dan investor berbondong-bondong melakukan pemesanan melalui lelang. Hal inilah yang menyebabkan lelang membludak hingga IDR 67.9 T.

Tentu ini merupakan sesuatu yang baik, apalagi primadona seri terbaru yaitu FR0083 juga mencatatkan penawaran yang cukup baik, setelah obligasi FR0082.

Kombinasi obligasi jangka pendek dan panjang, tentu membuat para pelaku pasar dan investor terlihat lebih yakin akan pasar obligasi dalam Negeri.

Hal inilah yang membuat Rupiah kembali menguat, dan bertahan di bawah 14.000, dan sisi positif yang kedua adalah pada akhirnya, obligasi 10y kita bisa berada di bawah 7%, yaitu di 6.95%.

“Tentu kami berharap bahwa hingga akhir tahun, imbal hasil SUN kita bisa konsisten untuk berada di bawah 7% atau paling tidak berada direntang 7.00 – 7.15%,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Rabu (06/11/2019).

Adapun sentiment yang menjadi sorotan pelaku pasar pagi ini akan di awali dari;

1.Presiden Xi Jinping Berpidato di Pembukaan Expo Impor Internasional China

Presiden Xi mengatakan bahwa China akan membuat pintunya lebih luas kepada dunia. Xi juga menyampaikan komitmen China terhadap tatanan perdagangan global ketika hadirnya perang dagang. Ketika Xi berbicara di Shanghai, Bank Sentral China juga tengah berusaha untuk menahan aksi jual di pasar surat utang. Dalam pidatonya tampaknya Xi lebih berhati hati, agar tidak menyinggung Amerika, hal ini bertujuan untuk menjaga tensi yang sudah semakin harmonis. Xi mengatakan bahwa kita semua harus mengutamakan kepentingan bersama seluruh masyarakat daripada menempatkan kepentingan diri sendiri. Saat ini pejabat China dan Amerika tengah membahas mengenai penurunan kenaikkan tarif yang sudah dilakukan sebelumnya, hal ini merupakan salah satu point negosiasi dari China agar Presiden Xi mau menandatanganinya. Amerika dan China, kami melihat bahwa mereka telah berusaha untuk mencari persamaan ketimbang perbedaan. Pertumbuhan ekonomi yang melambat ke 6% atau terlemah dalam kurun waktu 3 decade, membuat China harus bergerak secepat mungkin sebelum pada akhirnya berpotensi cukup besar mendorong pelemahan pertumbuhan ekonomi di China yang bisa saja berada di 6%. Apabila China berada di bawah 6%, tentu pertumbuhan ekonomi Indonesia juga pasti akan mengalami perlambatan kembali. Xi juga berjanji akan terus menurunkan tarif dan biaya transaksi institusional, sama seperti janjinya dahulu. Negosiator China saat ini focus terhadap penghapusan tarif barang senilai $110 miliar yang telah diberlakukan pada bulan September lalu, serta menurunkan tarif 25% untuk barang senilai $250 miliar yang dimana tarif tersebut sebelumnya dimulai pada tahun 2018. China juga menuntut bahwa harus ada pembatalan rencana kenaikkan tarif kembali sebesar $160 miliar yang dijadwalkan akan dikenakan pada tanggal 15 Desember mendatang, dimana tarif tersebut akan dikenakkan terhadap Ponsel dan Notebook. Paling tidak tarif tersebut harus dikeluarkan oleh Trump agar Xi Jinping bisa menandatangani perjanjian tersebut, karena China telah menetapkan harganya! Untuk menandatangani perjanjian, Amerika harus menurunkan tarif!.

2.Deficit Perdagangan Amerika dan China Kian Mengecil Impor barang dari Asia ke Amerika turun 4.9% dari bulan sebelumnya menjadi $37 miliar, terendah dalam kurun waktu 3 tahun. Sementara itu Ekspor Amerika ke China juga mengalami penurunan ke level 10%, dimana level tersebut merupakan level terendah dalam kurun waktu 5 bulan. Atas dasar hal ini, deficit perdagangan antara Amerika dan China telah mengecil menjadi $28 miliar secara musiman. Perubahan kebijakan yang baru kemungkinan akan mempengaruhi angka daripada perdagangan itu sendiri dalam beberapa bulan mendatang. Amerika dan China telah sepakat pada bulan October lalu mengenai garis besar perjanjian perdagangan yang dimana Trump mengesampingkan serangkaian kenaikkan tarif yang telah direncanakan sebelumnya. Sejauh ini deficit barang antara Amerika dan China telah turun dari sebelumnya $306.7 miliar menjadi $266.4 miliar, tentu hal ini mungkin dinyatakan sebagai kemenangan oleh Trump, meskipun harga yang harus dibayar sangatlah mahal.

3.Pertumbuhan Ekonomi Kuartal III, Trigger Pergerakan IHSG

BPS merilis kinerja pertumbuhan ekonomi kuartal III yang naik 5.02% YoY dan 3.06% QoQ. Secara kumulatif pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh 5.04%. Pertumbuhan tersebut berada di atas ekspektasi dari kami yang memproyeksikan pertumbuhan ekonomi berada pada 5.01%. Sektor pengadaan listrik dan gas tumbuh 4.94%, disusul sektor lapangan konstruksi 4.7% dan jasa keuangan serta asuransi tumbuh 4.66%. Berdasarkan data yang dirilis BPS terdapat 9 sector yang mengalami perlambatan pertumbuhan pada kuartal III dimana kondisi perekonomian global masih sangat diliputi dengan ketidakpastian adanya perang dagang serta tensi geopolitik yang saat ini masih menyelimuti pasar keuangan. Selain itu penurunan harga komoditas migas dan nonmigas menjadi faktor yang dari perlambatan kinerja negara eksportir. Realisasi belanja pemerintah pada kuartal III/2019 tercatat berada pada 22,75% dari total anggaran 2019 turun 25.59% YoY. Kami juga menggaris bawahi adanya ketidakpastian dari dalam negeri menjelang kuartal III ini, dimana kondisi politik memberikan ketidakpastian bagi iklim investasi. Sehingga pelaku usaha lebih menahan untuk ekspansi.

“Kami merekomendasikan beli pada hari ini dengan volume kecil,” sebut analis Pilarmas.