ANALIS MARKET (01/11/2019) : Pasar Obligasi Masih Rawan Koreksi
Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pelan tapi pasti, pasar obligasi masih terus merangkak mengalami kenaikkan.
Meskipun pergerakan tidak memberikan perubahan banyak, tapi masih konsisten terhadap kenaikkan.
Capital inflow dan sentiment positif dari pemotongan tingkat suku bunga masih menjadi salah satu factor yang dominan terhadap kenaikkan pergerakan harga obligasi tersebut.
“Namun tetap sekali lagi kami mengingatkan bahwa obligasi menjadi semakin rawan terkoreksi, entah itu kapan, cepat atau lambat, koreksi ini akan menjadi bagian dalam perjalanan obligasi untuk terus mengalami kenaikkan,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Jumat (01/11/2019).
Adapun sentiment yang menjadi sorotan pelaku pasar di akhir pekan ini, di awali dari;
1.Trump Mencari Lokasi Baru Penandatanganan Fase Pertama Kesepakatan
Bagi yang masih deg-degan mengenai ketidakpastian penandatanganan kesepakatan antara Amerika dan China, boleh sedikit bernafas lega. Pasalnya, Trump mengatakan bahwa lokasi penandatanganan Fase Pertama dari kesepakatan parsial antara Amerika dan China akan segera diumumkan, setelah sebelumnya Chilli menolak untuk mengadakan KTT Ekonomi Asia Pacific. Trump juga mengatakan bahwa Trump dan Xi Jinping akan segera melakukan tanda tangan! Mantab, namun kami berharap bahwa hal ini tidak merupakan sebuah gimmick belaka yang sudah terjadi sebelumnya. Trump juga mengatakan bahwa kesepakatan perdagangan fase pertama mewakili secara keseluruhan perjanjian jangka panjang, meskipun sebelumnya China ragu untuk mencapai kesepakatan perdagangan yang komprehensif dengan Amerika karena sifat impulsive dari Trump. Trump juga menambahkan bahwa fase kedua akan segera dimulai begitu fase pertama di tanda tangani. Dalam perjanjian pertama, Amerika dan China akan membahas masalah masalah kekayaan intelektual dan jasa keuangan, termasuk janji China untuk membeli $40 miliar hingga $50 miliar produk pertanian. Kesepakatan tersebut juga membahas mengenai pembatalan kenaikkan tarif pada bulan October 2019 lalu senilai $250 miliar, namun pembatalan mengenai kenaikkan tarif pada bulan December 2019 belum disampaikan lebih lanjut.
2.DPR Amerika Resmi Menyetujui dan Menyelidiki Trump
Ditengah tengah sentiment positif yang terus berusaha menjaga optimisme Bursa Global, DPR Amerika pada akhirnya pada hari Kamis lalu telah menyetujui dan melanjutkan proses penyelidikan mengenai pemakzulan Trump. Dalam voting tersebut, 232 – 196 telah memilih, dan sepakat bahwa proses tersebut harus di lanjutkan. Trump menjadi Presiden ke 4 yang mengalami sasaran impeachment, namun 2 dari 4, yaitu Bill Clinton dan Andrew Johnson meskipun ada upaya, namun tidak dihukum oleh Senat. Hal ini memberikan Trump tantangan baru menjelang pemilihan, disatu sisi Trump harus menjaga Partai Republik untuk tetap Bersatu agar Trump tetap terpilih sebagai pilihan utama, disatu sisi Trump juga harus menjaga para pendukungnya. Well, mungkin bagi China hal ini merupakan menjadi salah satu berita yang bagus untuk bisa berharap Trump turun dari posisinya, dan digantikan dengan seseorang yang mungkin bisa memberikan kenyamanan lebih dalam berkomunikasi antara China dan Amerika.
3.Bank of Japan, Unchanged!
Meskipun pandangan terkait Bank Sentral Jepang tidak terlalu di pedulikan oleh pasar, namun tentu akan menjadi perhatian tersendiri terkait dengan upaya Bank Sentral untuk memberikan dorongan terhadap perekonomiannya. Bank of Japan tidak mengubah tingkat suku bunga saat ini, karena mereka meniliai bahwa ekonomi saat ini tidak memerlukan stimulus tambahan. Bank Sentral Jepang mengatakan bahwa mereka memperkirakan tingkat suku bunga jangka pendek dan panjang akan tetap berada pada level saat ini. Hal ini memberikan indikasi bahwa tingkat suku bunga rendah Bank of Japan akan berada di level saat ini hingga musim semi 2020, dan tidak banyak memberikan ruang gerak untuk mengalami perubahan. Haruhiko Kuroda mengatakan bahwa Dia masih memiliki ruang untuk melakukan pengurangan tingkat suku bunga ke tahap negative jika memang itu diperlukan. Perbedaan yang mendasar dari Bank of Japan dan Bank Sentral Eropa adalah Bank Sentral Eropa bergerak dan mengambil tindakan setelah mendapatkan data, namun berbeda dengan Bank of Japan yang masih berusaha untuk menunda atau menahan tindakan. Mereka cenderung menunggu terkait dengan situasi dan kondisi yang akan terjadi, meskipun mereka tahu mereka harus melakukan sesuatu. Saat ini Bank of Japan harus berjuang melawan persepsi bahwa mereka telah kehabisan amunisi kebijakan untuk mendorong inflasi.
“Kami merekomendasikan duduk yang manis, siapkan teh manis, dan bersiap menunggu koreksi terjadi. Meskipun pergerakan kenaikkan obligasi melambat, namun hal ini masih membuat pasar obligasi rawan koreksi,” sebut analis Pilarmas.

