ANALIS MARKET (15/10/2019) : Obligasi Jangka Pendek Masih Diminati
Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, seperti yang sudah diperkirakan sebelumnya bahwa pasar obligasi kemarin (14/10) mengalami kenaikkan yang cukup signifikan, meskipun masih malu malu kucing untuk mengalami kenaikkan.
Hal ini dikarenakan masih adanya lelang hari ini yang membuat para pelaku pasar dan investor menahan diri, sehingga dapat meminta imbal hasil yang lebih tinggi pada lelang kali ini.
Ditengah tengah situasi dan kondisi saat yang ini yang sedang dalam posisi optimis, obligasi jangka panjang, diperkirakan akan cukup mengalami kenaikkan penawaran, karena ada harapan ekspektasi perdamaian perang dagang disana.
Obligasi jangka pendek tentu masih diminati, namun porsinya akan berkurang.
Adapun sentiment yang menjadi sorotan pelaku pasar diperdagangan pagi hari ini akan kita mulai dari ;
1.Hold the champagne! Karena China menginginkan lebih banyak pembicaraaan bulan ini
China menginginkan pembicaraan lebih banyak bulan ini untuk bisa lebih memastikan segalanya sesuatunya berjalan dengan baik mengenai kesepakatan tahap 1 ini. Keinginan ini merupakan salah satu cara China untuk bisa memastikan bahwa setiap pointnya berjalan sesuai dengan yang diinginkan sebelum penandatanganan Trump dan Xi Jinping. China akan kembali di wakili oleh Liu He, untuk menyelesaikan kesepakatan tertulis yang dapat ditandatangani oleh para Presiden pada KTT Kerja Sama Asia Pacific bulan depan di Chili. Tidak itu saja, China juga meminta Amerika untuk tidak menaikkan tarif yang akan terjadi pada bulan December nanti, hal ini merupakan sesuatu yang belum disetujui oleh Amerika sebelumnya. Kami melihat hal ini bisa menjadi boomerang bagi China apabila terlalu memaksakan situasi dan kondisi saat ini untuk memenangkan lebih banyak. Steven Mnuchin mengatakan bahwa ia berharap para pejabat dapat bekerja dalam beberapa minggu mendatang untuk mempersiapkan tahap pertama bagi kedua pihak berupa kesepakatan untuk ditandatangani. Karena kalau tidak ada kesepakatan untuk ditanda tangani, maka tariff untuk China akan kembali dinaikkan pada bulan December. Geng Shuang menambahkan, bahwa Amerika dan China telah bekerjasama dan membuat kemajuan, dan tentu saja kita semua berharap bahwa Amerika dan China akan bertemu ditengah jalan antara satu dengan yang lain. Kami melihat bagi Xi Jinping tidak mungkin untuk menerima kesepakatan akhir yang sama sekali tidak menghapus kenaikkan tariff pada bulan December nanti. Apalagi Partai Komunis China mengatakan bahwa perjanjian yang ditandatangani haruslah setara. Namun yang paling terpenting adalah pembicaraan perdagangan antara Amerika dan China, keduanya telah memiliki kemauan yang kuat untuk dapat mencapai kesepakatan akhir.
2.US vs Turki kembali memanas. Trump menaikkan tarif baja hingga 50%
Trump telah menandatangani perintah eksekutif yang memberi sanksi kepada pejabat Turki untuk menaikkan tarif baja hingga 50%, dan akan diberlakukan segera. Perintah ini memungkinkan Amerika untuk menjatuhkan sanksi tambahan yang kuat pada mereka yang mungkin saja terlibat dalam pelanggaran hak asasi manusia yang serius, atau stabilitas di Suriah. Tindakan ini juga termasuk memerintahkan penarikkan semua pasukan Amerika di perbatasan utara Suriah dengan Turki yang dimana memberikan kesempatan kepada pasukan Turki untuk melancarkan serangan terhadap pasukan Kurdi, yang dimana Kurdi merupakan sekutu Amerika di Suriah. Atas hal ini, juru bicara Kurdi mengatakan bahwa Amerika telah meninggalkan kami untuk dibantai oleh Turki. Namun disatu sisi, Amerika juga secara agresif menggunakan sanksi ekonomi untuk menargetkan mereka yang ikut campur dalam tindakan keji di Suriah. Trump menyampaikan bahwa Trump siap sepenuhnya untuk menghancurkan ekonomi Turki jika para pemimpin Turki terus menempuh jalan yang berbahaya bagi semua pihak.
3.Bank Indonesia melihat Foreign Direct Investment dari Asing dan capital inflow masih akan membantu untuk mengurangi Current Account Deficit
Gubernur Bank Indonesia menyampaikan bahwa Defisit Transaksi Berjalan akan berada pada kisaran 2.5% - 3% pada kuartal ketiga dan 2019. Sejauh ini stabilitas eksternal masih terkendali, namun yang terpenting adalah pembiayaan untuk Current Account Deficit masih mencukupi, karena hal ini didukung oleh Foreign Direct Investment dan Capital inflow yang masuk ke dalam pasar obligasi. Sampai dengan saat ini Capital Inflow yang masuk senilai IDR 195.5T dengan IDR 140.6 T diantaranya obligasi, dan IDR 52.9T berada di pasar saham. Capital inflow yang berkelanjutan ini merupakan kepercayaan yang diberikan oleh investor terhadap pasar Indonesia. Tidak hanya itu saja, Bank Indonesia juga menyampaikan manufacture akan melambat di kuartal 4, namun masih akan ekspansi.

