Volume Obligasi Negara Diperdagangan Selasa Kemarin Senilai Rp21,35 Triliun dari 40 Seri

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id - Volume perdagangan Obligasi Negara diperdagangan kemarin (29/1), tercatat mengalami peningkatan dibandingkan dengan volume perdagangan sebelumnya (28/1), yakni senilai Rp21,35 triliun dari 40 seri Obligasi Negara yang dilaporkan.

Adapun volume perdagangan terbesar didapati pada Obligasi Negara seri FR0079 senilai Rp5,587 triliun dari 105 kali transaksi dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0078 senilai Rp3,555 triliun dari 65 kali transaksi.

Sementara itu, perdagangan Project Based Sukuk seri PBS006 dan PBS015 didapati volume perdagangan terbesar masing-masing senilai Rp450,00 miliar dari 11 kali transaksi dan Rp366,00 miliar dari 10 kali transaksi diikuti oleh perdagangan Sukuk Negara Ritel seri SR008 senilai Rp120,00 miliar dari 14 kali transaksi.

Dari perdagangan surat utang korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan  lebih besar daripada perdagangan sebelumnya, senilai Rp679,40 miliar dari 34 seri surat utang korporasi yang diperdagangkan, dengan volume perdagangan terbesar didapati pada seri Obligasi Berkelanjutan I Sarana Multi Infrastruktur Tahap II Tahun 2017 Seri B (SMII01BCN2) dengan nilai Rp100,00 miliar dari 3 kali transaksi dan diikuti oleh perdagangan Obligasi I Tridomain Performance Materials Tahun 2018 (TDPM01) senilai Rp98,00 miliar dari 1 kali transaksi.

Adapun untuk volume obligasi korporasi sebesar Rp95,10 miliar untuk 8 kali transaksi didapati pada Obligasi Berkelanjutan IV Adira Finance Tahap IV Tahun 2019 Seri C (ADMF04CCN4).

Selanjutnya, Obligasi Berkelanjutan IV Adira Finance Tahap III Tahun 2018 Seri C (ADMF04CCN3) didapati volume senilai Rp60,00 miliar dari 1 kali transaksi.

Sementara itu, nilai tukar Rupiah pada perdagangan kemarin (29/1), ditutup melemah terbatas sebesar 22,50 pts (0,16%) pada level Rp14094,00 per Dollar Amerika.

Adapun nilai tukar Rupiah bergerak melemah di sepanjang sesi perdagangan pada kisaran antara 14070,00 hingga 14164,00 per Dollar Amerika.

Pelemahan nilai tukar Rupiah ini terjadi ditengah penguatan sebagian besar nilai mata uang regional.

Mata uang Peso Filipina (PHP) dan mata uang Renminbi China (CNY) merupakan mata uang yang mengalami penguatan tertinggi, masing—masing sebesar 0,23% dan 0,15% kemudian diiringi oleh penguatan mata uang Won Korea Selaran (KRW) sebesar 0,13%.

Selanjutnya, mata uang Dollar Singaura (SGD) dan mata uang Baht Thailand (THB) mengalami penguatan mata uang regional masing-masing sebesar 0,07% dan 0,06%.

Adapun untuk pelemahan mata uang regional terbesar terjadi pada mata uang Rupiah Indonesia (IDR) sebesar 0,17% kemudian diiringi dengan pelemahan mata uang Yen Jepang (JPY) dan mata uang Dollar Taiwan (TWD) masing-masing sebesar 0,07% dan 0,06%.

Sementara itu, imbal hasil US Treasury bertenor 10 tahun ditutup dengan kondisi mengalami pelemahan sebesar 125 bps berada pada level 2,71%, seiring dengan penurunan yang terjadi pada imbal hasil US Treasury dengan tenor 30 tahun yang ditutup melemah di level 3,04%.

Pergerakan pasar saham Amerika Serikat juga mengalami arah perubahan yang bervariasi dimana indeks saham utamanya mengalami pergerakan yang terbatas. Indeks DJIA menguat sebesar 21 bps di level 24579,96, namun untuk indeks NASDAQ ditutup dengan kondisi mengalami pelemahan sebesar 81 bps di level 7028,29.

Adapun untuk imbal hasil surat utang Inggris bertenor 10 tahun mengalami penguatan terbatas sebesar 32 bps sehingga berada pada level 1,27%. Sedangkan, untuk surat utang Jerman bertenor 10 tahun mengalami koreksi sehingga berada pada level 0,192%.