Sepekan, Imbal Hasil Obligasi Cenderung Naik

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id - Imbal hasil atau yield surat utang negara (SUN) pada pekan lalu cenderung mengalami kenaikan. Pelaku pasar menanti data makroekonomi antara lain data inflasi yang akan dirilis Badan Pusat Statistik pada Senin (2/5/2016) pagi ini. Analis memperkirakan pada bulan April 2016 terjadi deflasi sebesar 0,24% dengan inflasi tahunan sebesar 3,78%.

Riset MNC Securities menunjukkan imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek (1 - 4 tahun) mengalami perubahan berkisar antara  1 - 9 bps dengan pergerakan yang cukup bervariasi didorong oleh adanya perubahan harga yang berkisar antara 2 - 25 bps.

Adapun imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah (5 - 7 tahun) cenderung mengalami kenaikan berkisar antara 1 - 4 bps didorong oleh adanya koreksi harga yang berkisar antara 10 - 20 bps dan imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor panjang (di atas 7 tahun) yang mengalami kenaikan imbal hasil berkisar antara 1 - 9 bps dengan adanya koreksi harga yang berkisar antara 6 - 60 bps.

Dengan demikian, imbal hasil Surat Utang Negara telah bergerak dengan kecenderungan mengalami kenaikan dalam beberapa hari terakhir, terutama pada Surat Utang Negara dengan tenor menengah hingga panjang. Kami melihat kenaikan imbal hasil akibat adanya koreksi harga di pasar sekunder didorong oleh faktor antisipasi investor terhadap data ekonomi domestik terutama data pertumbuhan ekonomi di kuartal I 2016,"jelas I Made Adi Saputra, analis obligasi MNC Securities dalam risetnya.
 
Secara keseluruhan, papar Made, perubahan harga Surat Utang Negara yang terjadi pada perdagangan di akhir pekan kemarin mendorong terjadinya kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan, dimana untuk tenor 5 tahun mengalami kenaikan sebesar 2 bps pada level 7,37%; tenor 10 tahun mengalmai kenaikan sebesar 8,3 bps pada level 7,68% dan tenor 15 tahun serta 20 tahun yang mengalami kenaikan sebesar 5 bps masing - masing pada level 7,86%.

Adapun imbal hasil dari Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang asing justru mengalami pernurunan pada perdagangan di akhir pekan kemarin, didorong oleh adanya kenaikan harga yang masih terlihat terbatas. Imbal hasil dari INDO-20 dan INDO-26 bergerak relatif terbatas pada level 2,73% dan 3,93%. Adpaun imbal hasil dari INDO-46 mengalami penurunan imbal hasil sebesar 2 bps pada level 5,11%.

Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan di akhir pekan kemarin mengalami penurunan dibandingkan dengan volume perdagangan sebelumnya, senilai Rp7,75 triliun dari 37 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan dengan volume perdagangan seri acuan yang dilaporkan senilai Rp2,4 triliun. Obligasi Negara seri FR0056 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp1,4 triliun dari 38 kali transaksi dengan harga rata - rata pada level 104,72% dengan tingkat imbal hasil sebesar 7,70%.

Adapun Sukuk Negara Ritel seri SR008 menjadi Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) yang paling aktif diperdagangkan, sebanyak 78 kali transaksi dengan volume perdagangan senilai Rp689,37 miliar.

Sedangkan dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp574,70 miliar dari 28 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan II FIF Tahap III Tahun 2016 Seri B (FIFA02BCN3) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp139 miliar dari 5 kali transaksi dengan harga rata - rata pada level 100,41%. Obligasi dengan peringkat "idAAA" dan kan jatuh tempo pada 5 April 2019 tersebut diperdagangkan dengan tingkat imbal hasil sebesar 9,05%.