Investor Abaikan Isu Perang Dagang, Rupiah Menguat

foto: istimewa

Pasardana.id - Rupiah memasuki pekan perdagangan baru dengan positif karena Dolar AS melemah. Perhatian investor akan tertuju pada data penjualan ritel Indonesia yang dijadwalkan untuk dirilis di hari Rabu.

Data penjualan bulan Mei bisa memberi wawasan baru mengenai keadaan ekonomi Indonesia. Jika data aktual lebih besar dari proyeksi pasar yaitu 4.4% maka Rupiah berpotensi semakin menguat.

Ketegangan dagang mendominasi tajuk utama pekan lalu, namun investor Wall Street mengabaikan isu perang dagang dan menyambut gembira laporan lapangan kerja Amerika Serikat. Sebanyak 213.000 lapangan kerja baru dibuka di ekonomi AS di bulan Juni, jauh melampaui proyeksi 195.000.

Sementara itu, data Mei ditingkatkan dari 223.000 menjadi 244.000. Pertumbuhan upah sedikit lebih rendah dari ekspektasi 2,8% YoY yaitu 2,7%. Walau demikian, pertumbuhan lapangan kerja yang baik dan rendahnya inflasi upah adalah kombinasi positif untuk saham karena alasan sederhana.

Pertumbuhan lapangan kerja yang baik mencerminkan kekuatan ekonomi, inflasi upah yang rendah memberi fleksibilitas ekstra untuk Federal Reserve untuk memperketat kebijakan. 

Chief Market Strategist FXTM, Hussein Sayed menyampaikan, keadaan positif bisa terhenti kapan saja apabila investor yakin bahwa ketegangan dagang bergerak ke arah yang mengkhawatirkan. Sejauh ini, AS telah memberlakukan tarif $34 miliar untuk impor dari China, begitu pula China terhadap impor AS. Tahap ini jelas sudah terefleksikan pada harga.

“Meninjau kinerja saham Asia hari ini, investor sepertinya tidak berpendapat bahwa perang dagang akan terjadi. Walau begitu, Presiden Trump sulit ditebak sehingga momentum naik ini sepertinya akan terbatas, terutama untuk saham siklikal, hingga ada kejelasan mengenai isu perdagangan,” tulis Hussein, Selasa (10/7/2018).

Di pasar FX, Indeks Dolar merosot ke level terendah sejak 14 Juni yaitu di bawah 94 karena pertumbuhan upah yang stagnan. Trader perlu memantau rilis Indeks Harga Konsumen AS di hari Jumat yang diperkirakan akan meningkat 2,9% YoY yang merupakan peningkatan tahunan terbesar sejak Februari 2012. Apabila IHK melampaui acuan 3%, maka Dolar berpotensi sangat menguat karena ini berarti Fed tidak memiliki pilihan selain semakin memperketat kebijakan.   

Harga minyak menguat di awal pekan ini walaupun jumlah sumur minyak aktif di AS meningkat sebanyak 5 buah pada pekan lalu. Tweet Trump yang mendorong OPEC untuk meningkatkan produksi terbukti tidak terlalu berpengaruh untuk menurunkan harga minyak sejauh ini. 

Backwardation terus meningkat di kurva futures Brent dan WTI, merefleksikan ketatnya pasar minyak. Perhatian akan tertuju pada produksi OPEC bulan ini, terutama dari Arab Saudi, setelah Trump mendorong OPEC untuk mengambil langkah menurunkan harga minyak.