Fluktuasi Suku Bunga Capai 2% Dorong Penerbitan Obligasi Jangka Pendek

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id - Berdasarkan data Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) hingga akhir November 2018, nilai penerbitan obligasi dengan tenor jangka pendek yakni satu tahun hingga lima tahun mencapai hingga 87,2%. Sedangkan penerbitan obligasi dengan tenor jangka panjang yakni tujuh tahun hingga sepuluh tahun hanya mencapai 12,8%.

Menurut Presiden Direktur Pefindo, Salyadi Saputra, hal ini perlu menjadi perhatian karena emiten penerbit obligasi akan cenderung melakukan pelunasan kewajiban dengan melakukan penerbitan surat kembali atau pendanaan dari perbankan. Cara tersebut dipandang kurang ideal.

“Seharusnya, emiten melunasi obligasi dari hasil operasional usahanya  bukan dengan pembiayaan ulang.  Hal itu kami lihat karena usahanya belum optimal menghasilkan tapi obligasi sudah jatuh tempo,” kata Salyadi Saputra di gedung Bursa Efek Indonesia, Jumat (21/12/2018).

Lebih lanjut, ia juga mengatakan, fenomena maraknya penerbitan obligasi dengan tenor jangka pendek tersebut sebagai bentuk mitigasi dari pergerakan besaran suku bunga yang cukup tinggi.

“Dalam dua tahun ini saja, fluktuasi besaran suku bunga mencapai 2%. Sedangkan Malaysia hanya 0,5%,” kata dia.

Dengan tinggi rentang perbedaan itu, jelas dia, emiten obligasi menerbitkan obligasi dengan tenor jangka pendek untuk memastikan biaya yang dikeluarkan lebih efisien.

“Misalnya, kalau sekarang suku bunga tinggi menerbitkan jangka panjang, Tapi tahun depan, suku bunga kembali turun maka mereka kehilangan kesempatan untuk mendapatkan biaya bunga lebih murah,” jelas dia.