Infrastruktur Gas Butuh Investasi US$80 Miliar
Pasardana.id - Indonesia Gas Society (IGS) menyebutkan, investasi sebanyak US$70 miliar - US$80 miliar dibutuhkan Indonesia untuk pembangunan infrastruktur gas secara menyeluruh sampai 2030.
Langkah ini diharapkan memenuhi pertumbuhan kebutuhan energi dalam negeri sekitar 4% - 5%.
ââÅ¡¬ÃƒÆ’…Peningkatan kebutuhan energi domestik ini disebabkan oleh pertumbuhan populasi kelas menengah dan meningkatnya gross domestic product (GDP),ââÅ¡¬ kata Yenni Andayani, Chairman IGS di Jakarta, kemarin.
Sekitar 15% kebutuhan energi tersebut diisi gas dan sisanya dipasok berbagai energi seperti minyak bumi dan batubara.
Permintaan gas tumbuh dari pembangkit listrik Perusahaan Listrik Negara (PLN) berkapasitas sekitar 14.000 Mega Watt (MW).
Selain itu, proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) pada empat kilang dan dua New Grass Root Refinery (NGRR) milik Pertamina. Hal lainnya, penambahan kapasitas pabrik pupuk dan sektor transportasi.
Lebih lanjut dijelaskan, sebagian kebutuhan Liquefied Natural Gas/LNG (gas alam cair) di dalam dan luar negeri telah dipenuhi Pertamina. Salah satu langkah ini dilakukan dengan rencana merevitalisasi Blok Mahakam dan membangun Floating Storage Regasification Unit (FSRU).
Sementara itu, Pertamina melakukan jual beli gas (PJBG) untuk pasokan Stasiun Pengisian Bahan bakar Gas (SPBG) dan Jaringan Gas Rumah Tangga penugasan pemerintah di Balikpapan.
Pasokan gas ini bersumber dari lapangan-lapangan pemasok yaitu Chevron Indonesia Company dengan volume sebesar 1,5 Million Standard Cubic Feet per Day/MMSCFD (Juta Standar Kaki Kubik per Hari) hingga 2018.
Dari pasokan tersebut, 1 MMSCFD diperuntukkan bagi SPBG Mother Station Rapak Balikpapan.
Adapun sebanyak 0,5 MMSCFD diperuntukkan bagi sekitar 3.849 sambungan gas rumah tangga di Balikpapan. Jaringan ini dioperasikan oleh Pertagas Niaga.

