Pertumbuhan KPR Perlu LTV dan Daya Beli
Pasardana.id - Bank Syariah Mandiri (BSM) yakin pertumbuhan pembiayaan perumahan bisa ditingkatkan dengan adanya relaksasi Loan to Value (LTV) dan Finance to Value (FTV) dari Bank Indonesia (BI).
Begitu pula pembiayaan Griya yang ditawarkan bank tersebut.
"Di BSM nasabah hanya menyetorkan uang muka sebesar 10%-15%. Uang muka sebesar 10% diperuntukkan bagi rumah dengan ukuran maksimal tipe 70," kata Dharmawan P. Hadad, Sekretaris Perusahaan PT BSM di Jakarta, kemarin.
Rasio Loan to Value (LTV) yang diterbitkan Bank Indonesia (BI) untuk kredit properti dan rasio Financing to Value (FTV) bagi down payment/DP (uang muka) sebesar 15% untuk rumah tipe 70 ke atas.
Untuk DP rumah kedua menjadi 20% dan rumah ketiga menjadi 25%.
BSM dapat menyalurkan kredit kepemilikan rumah (KPR) lantaran rasio non performing financing/NPF (pembiayaan bermasalah) kurang dari 5%. Angka yang sama juga dicapai bank ini untuk rasio pembiayaan KPR.
Pembiayaan Griya dicapai BSM sebesarRp9,36 triliun sampai Juli 2016. Angka ini naik sebesar 13,95% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
“Relaksasi LTV tersebut diharapkan memudahkan pencapaian target pertumbuhan BSM Griya sampai akhir 2016 sebesar 16,13%,” jelasnya.
Pada kesempatan terpisah, Andy Kasih, Direktur Utama PT Bank Arta Graha Internasional Tbk mengiyakan KPR akan tumbuh didorong pelonggaran loan to value (LTV).
Namun, kebijakan ini harus didukung kemampuan masyarakat.
“Peraturan pelonggaran LTV itu akan efektif, jika daya beli masyarakat kuat dan didukung oleh kondisi makro ekonomi,” tandasnya.

