Ekonomi Global Masih Menantang, Instrumen Kebijakan Bakal Terus Berlanjut
Pasardana.id ââÅ¡¬“ Menko Perekonomian, Darmin Nasution menilai, hingga tahun depan kondisi perekonomian global masih menantang. Menyikapi kondisi tersebut, Indonesia harus terus melanjutkan kebijakan dari sisi fiskal, moneter, sektot riil, dan sektor keuangan.
ââÅ¡¬ÃƒÆ’…Indonesia masih perlu melanjutkan kebijakan, karena tantangan perekonomian global saat ini. Sehingga dari sisi internal harus melakukan berbagai langkah yang diperlukan,ââÅ¡¬ kata Darmin dalam seminar dan diskusi bertajuk ââÅ¡¬ÃƒÆ’…Perkembangan Indonesia Terkini: Tantangan dan PeluangââÅ¡¬, di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Senin (25/7/2016).
"Kita akan terus melakukan hal yang perlu dilakukan. Kebijakan fiskal, moneter, kemudian sektor riil dan sektor keuangan masih perlu dilanjutkan. Mudah-mudahan semuanya bisa berjalan dengan baik," sambungnya.
Dia juga menyebutkan, jika melihat data secara tahunan (year-on-year), ekonomi Indonesia memang belum terlalu meyakinkan. Akan tetapi, lanjutnya, jika melihat data kuartal per kuartal atau bulan per bulan, memang sudah terlihat ada pergerakan.
"Sektor ritel misalnya, kuartal kedua tahun ini sudah menunjukkan pergerakan positif. Tetapi tentu dalam melihat ekonomi Indonesia bukan hanya dari persepsi, juga harus data riil. Maka kita perlu mencermati hasil riset yang sistematis," ujar Darmin.
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) juga menyebutkan bahwa, ekonomi global diperkirakan tumbuh lebih lambat sejalan dengan meningkatnya ketidakpastian pasca-referendum keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit).
Tirta Segara, Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia mengatakan, pertumbuhan ekonomi global berisiko lebih rendah dari proyeksi semula, sebagai akibat dari keputusan Brexit yang berpotensi memperlambat pertumbuhan ekonomi negara maju dan beberapa negara berkembang yang memiliki hubungan yang kuat dengan Inggris dan Uni Eropa.
Selain berdampak pada ekonomi Inggris dan Uni Eropa, pertumbuhan ekonomi Tiongkok dan India, yang memiliki pangsa ekspor cukup besar ke kawasan tersebut, diperkirakan dapat tumbuh lebih rendah dari proyeksi sebelumnya.
Di sisi lain, jelas Tirta, di tengah pertumbuhan ekonomi AS yang membaik, dampak Brexit pada penguatan dolar AS diperkirakan mengurangi peluang kenaikan Fed Fund Rate (FFR), sehingga FFR diperkirakan hanya meningkat satu kali di akhir tahun 2016.
Di pasar komoditas, harga minyak dunia bergerak naik akibat penurunan produksi AS dan gangguan pasokan di beberapa negara.
ââÅ¡¬ÃƒÆ’…Ke depan, harga minyak diperkirakan masih berada pada level yang relatif rendah seiring permintaan yang masih lemah. Sementara itu, harga beberapa komoditas ekspor Indonesia membaik, khususnya batubara dan CPO,ââÅ¡¬ jelas Tirta.
ââÅ¡¬ÃƒÆ’…Bank Indonesia meyakini pelonggaran kebijakan moneter dan makroprudensial yang telah dilakukan serta implementasi UU Pengampunan Pajak dapat meningkatkan pertumbuhan kredit guna mendorong pertumbuhan ekonomi ke depan,ââÅ¡¬ tandas Tirta.

