BUMN Minta Fasilitas Hedging Bank

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id - Bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) memberikan fasilitas hedging (lindung nilai) kepada BUMN. Langkah ini dibutuhkan guna melindungi transaksi mata uang asing.

Pelabuhan Indonesia (Pelindo) III telah menerbitkan global bond (surat utang luar negeri) senilai US$500 juta dengan tenor 10 tahun dan transaksi mata uang asing sebesar US$120 juta.

Pelemahan rupiah terhadap dolar AS saat ini akan berdampak bagi nilai pengembalikan global bond.

"Kita ingin mengantisipasi risiko-risiko yang muncul akibat kondisi ini," kata Saefudin Noer, Direktur Keuangan PT Pelindo III di Jakarta, baru-baru ini.

Fasilitas hedging juga dibutuhkan Pelindo II akibat Peraturan Bank Indonesia (PBI) pembatasan pembayaran mata uang asing melalui pelabuhan. Langkah ini juga guna mitigasi resiko.

"Ke depan meskipun semakin besar exposure kami kepada mata uang asing, tapi tetap risiko ini dapat terkurangi dengan baik," ujarnya.

Fasilitas hedging juga dibutuhkan Pelindo II untuk mengurangi resiko dam penukatan dolar AS dari pengguna jasa pelaku pembayaran rupiah sesuai aturan BI.

"Kami juga adsa exposure untuk pembayaran global bond senilai US$1,6 miliar dengan tenor 10 tahun pada Mei 2016 dan income dillar dari anak usaha JICT," jelas Iman Rachman, Direktur Keuangan Pelindo II.

Menghindari transaksi mata uang asing juga sulit dihindari Badan Urusan Logistik (Bulog) pada masa depan. Jadi, badan ini menyiapkan diri untuk keperluan tersebut senilai US$200-US$300 juta per tahun.

"Dana ini diperlukan untuk membiayai kegiatan impor bahan pangan sesuai dengan penugasan pemerintah dalam kurun waktu tertentu setiap tahun," ujar Iryanto Hutagaol, Direktur Keuangan Perum Bulog.

Sementara itu, Aneka Tambang (Antam) juga membutuhkan fasilitas hedging guna stabilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Dana ini untuk kegiatan operasional perusahaan di domestik.

"Sebenarnya kami tidak ada masalah currency, karena pendapatan kami berbentuk dolar AS untuk kewajiban dolar AS," ucap Dimas Wikan Pramudhito, Direktur PT Antam Tbk.

Namun, Antam mengalami overhead berbentuk rupiah untuk operasional seperti bayar gaji karyawan dan penyertaan modal ke anak usaha.

Jika mata uang rupiah meningkat dan dolar melemah, maka beban biaya dalam mata uang rupiah akan meningkat.

"Kami membutuhkan rata-rata US$30 juta per bulan untuk pembiayaan kegiatan operasional gaji karyawan dan lainnya," tuturnya.