Ekonomi RI Diproyeksikan Melambat, Menko Airlangga Fokuskan Jaga Daya Beli Masyarakat

Foto : istimewa

Pasardana.id - Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) dalam laporan Economic Outlook terbaru, memperkirakan pertumbuhan ekonomi global turun dari 3,3 persen pada 2024 menjadi 2,9 persen pada 2025 dan 2026.

Dari proyeksi tersebut, tentu saja juga berimbas pada Indonesia.

Dimana, pertumbuhan ekonomi Indonesia juga akan ikut 'terpangkas' menjadi 4,7 persen pada 2025 dan 4,8 persen pada 2026. 

Menanggapi hal ini, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mengatakan, bahwa pemerintah akan tetap fokus untuk menjaga daya masyarakat untuk menopang ekonomi nasional.

“Bagi Indonesia, kita melihat ke depan bagaimana kita bisa menjaga daya beli masyarakat sehingga kita bisa menjaga pertumbuhan (ekonomi). Salah satunya, kemarin telah diluncurkan lima paket stimulus yang diharapkan ini bisa menjaga industri-industri padat karya,” terang Menko Airlangga dalam konferensi pers Perkembangan Kesiapan Indonesia menuju Keanggotaan OECD pada Ministerial Council Meeting OECD secara virtual di Jakarta, Rabu (4/6).

Lima stimulus ini mencakup diskon tiket transportasi, diskon tarif tol, penebalan bantuan sosial dan bantuan pangan, bantuan subsidi upah, serta perpanjangan diskon iuran Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK).

Menko bilang, langkah serupa juga dilakukan negara-negara OECD lain, yang turut menyiapkan paket kebijakan untuk menjaga konsumsi domestik mereka.

“Memang kami juga monitor dari berbagai negara di OECD, sebagian besar juga membuat paket-paket agar bisa menjaga daya beli masyarakatnya dalam situasi seperti sekarang,” kata dia.

Dirinya kemudian menjelaskan, bahwa pelemahan ekonomi sebenarnya tak hanya dialami Indonesia, melainkan terjadi secara global sebagai dampak lanjutan dari kebijakan dagang AS dan pengetatan kondisi keuangan dunia.

“Kemarin dalam pertemuan dengan Direktur Jenderal WTO, Ngozi Okonjo-Iwaela, dari segi trade juga ini terpangkas akibat perang tarif atau reciprocal tarrif yang diterapkan oleh Amerika Serikat. Sehingga diprediksi beberapa negara itu pertumbuhannya akan terpotong dari 0,5 persen sampai dengan 0,7 persen,” lanjut dia.

Sebelumnya, OECD juga menyebut tekanan utama yang menyebabkan turunnya pertumbuhan ekonomi global ini berasal dari melemahnya kepercayaan pasar, hambatan perdagangan, dan tingginya biaya pinjaman, yang berdampak langsung terhadap konsumsi serta investasi di banyak negara.