ANALIS MARKET (08/5/2025): Ada Potensi Harga dan Yield SBN Berdenominasi Rupiah Cenderung Sideways
Pasardana.id - Riset harian fixed income BNI Sekuritas menyebutkan, harga Surat Utang Negara (SUN) ditutup menguat pada sesi perdagangan kemarin (07/5).
Berdasarkan data dari PHEI, yield SUN Benchmark 5-tahun (FR0104) turun sebesar 3 basis poin (bp) ke level 6,55%, dan yield SUN Benchmark 10-tahun (FR0103) turun sebesar 2 bp ke level 6,85%.
Data Bloomberg menunjukkan yield curve SUN 10-tahun (GIDN10YR) turun sebesar 2bp ke level 6,86%.
Level yield curve SUN 10-tahun saat ini masih in line dengan estimated range di minggu ini, yaitu di kisaran 6.82-7.02%.
Volume transaksi SBN secara outright tercatat sebesar Rp26,9 triliun kemarin, lebih rendah dari volume transaksi di hari sebelumnya yang tercatat sebesar Rp43,7 triliun.
FR0103 dan FR0107 menjadi dua seri teraktif di pasar sekunder, dengan volume transaksi masing - masing sebesar Rp7,9 triliun dan Rp2,7 triliun.
Sementara itu, volume transaksi obligasi korporasi secara outright tercatat sebesar Rp4,1 triliun.
Data Bloomberg menunjukkan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS melemah 0,53%, bergerak dari level Rp16.449/US$ pada hari Selasa menjadi Rp16.536/US$ kemarin.
Dari eksternal, FOMC Meeting pada tanggal 6-7 Mei 2025 memutuskan untuk mempertahankan Federal Funds Rate (FFR) di kisaran 4,25-4,50%.
Keputusan tersebut mencerminkan confidence the Fed terhadap kondisi ekonomi AS saat ini – yang ditunjukkan pertumbuhan ekonomi yang masih cukup solid dan unemployment rate yang rendah – namun tetap mewaspadai meningkatnya ketidakpastian, terutama terkait ketegangan akibat kebijakan tarif.
The Fed menilai inflasi sudah dalam kondisi yang lebih moderat tapi masih di atas target 2% mereka, dan the Fed menekankan akan mempertahankan stance yang data-dependent dan balanced, mengindikasikan kesiapan untuk menyesuaikan kebijakan tergantung perkembangan kedepan.
Chairman Powell menyoroti meningkatnya risiko skenario di mana inflasi dan unemployment rate dapat meningkat bersamaan, namun kembali mengkonfirmasi komitmen the Fed mempertahankan ekspektasi jangka panjang dari inflasi tetap terjangkar.
Indikator global menunjukkan sentimen yang positif bagi pasar obligasi, terlihat dari penurunan yield US Treasury (UST) dan level Credit Default Swap (CDS) Indonesia.
Yield curve UST 5-tahun turun sebesar 3bp menjadi 3,87%, dan yield curve UST 10-tahun turun sebesar 4bp menjadi 4,26%.
Sementara itu, CDS 5-tahun turun sebesar 3bp menjadi 94bp.
“Dengan mempertimbangkan kondisi pasar di atas, BNI Sekuritas melihat adanya potensi harga dan yield instrumen SBN berdenominasi Rupiah akan cenderung bergerak sideways. Berdasarkan valuasi yield curve, BNI Sekuritas memperkirakan bahwa obligasi berikut akan menarik bagi para investor: FR0094, FR0052, FR0073, FR0054, FR0103,” sebut Head of Fixed Income Research BNI Sekuritas, Amir Dalimunthe dalam riset Kamis (08/5).

