ANALIS MARKET (01/12/2025): Antisipasi Peningkatan Volatilitas untuk Harga dan Yield SBN Berdenominasi Rupiah
Pasardana.id – Riset harian fixed income BNI Sekuritas menyebutkan, harga Surat Utang Negara (SUN) mengalami pelemahan pada sesi perdagangan terakhir di pekan lalu (28/11).
Berdasarkan data dari PHEI, yield SUN Benchmark 5-tahun (FR0104) naik sebesar 9 basis poin (bp) menjadi 5,83%, sementara yield SUN Benchmark 10-tahun (FR0103) naik sebesar 2 bp menjadi 6,29%.
Data Bloomberg menunjukkan yield curve SUN 10-tahun (GIDN10YR) naik sebesar 3 bp menjadi 6,32%.
Sedangkan volume transaksi SBN secara outright traded tercatat sebesar Rp22,2 triliun kemarin, lebih rendah dari volume transaksi di hari sebelumnya yang tercatat sebesar Rp32,8 triliun.
PBS003 dan FR0087 menjadi dua seri teraktif di pasar sekunder, dengan volume transaksi masing - masing sebesar Rp3,8 triliun dan Rp2,3 triliun.
Sementara itu, volume transaksi obligasi korporasi secara outright tercatat sebesar Rp2,0 triliun.
Pada pekan lalu, Bank Indonesia kembali menyelenggarakan lelang SRBI sebanyak dua kali, yaitu pada hari Rabu dan Jumat.
Lelang SRBI pada 26 November 2025 menyerap Rp16 triliun dengan Weighted Average Yield (WAY) SRBI 12-bulan sebesar 4,85%.
Sementara Lelang SRBI pada 28 November menyerap Rp24 triliun dengan WAY SRBI 12-bulan sebesar 4,95%.
Sebelumnya pada Lelang SRBI tanggal 21 November, WAY SRBI 12-bulan masih berada di level 4,73%.
Berdasarkan jadwal Lelang OMO terkini, BI akan melelang SRBI 2 kali per minggu untuk pekan ini dan pekan depan.
Berdasarkan Laporan Perkembangan Indikator Stabilitas Nilai Rupiah Bank Indonesia (BI), investor nonresiden mencatat beli neto sebesar Rp12,70 triliun pada periode transaksi 24–27 November 2025.
Flow tersebut berasal dari beli neto Rp2,01 triliun di pasar saham, Rp0,41 triliun di pasar SBN, serta beli neto Rp10,27 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
Secara kumulatif sejak awal tahun hingga 27 November 2025 (berdasarkan data setelmen), nonresiden mencatat jual neto sebesar Rp26,41 triliun di pasar saham, Rp145,26 triliun di SRBI, serta Rp3,30 triliun di pasar SBN.
Data Bloomberg menunjukkan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS melemah sebesar 0,23%, bergerak dari level Rp16.636/US$ di hari Kamis menjadi Rp16.675/US$ di hari Jumat.
Adapun per posisi Jumat, indikator global menunjukkan sentimen yang cenderung negatif bagi pasar obligasi, tercermin dari peningkatan yield US Treasury (UST).
Yield curve UST 5-tahun dan 10-tahun masing-masing meningkat sebesar 3bp dan 2bp menjadi 3,59% dan 4,02%.
Sementara itu, Credit Default Swap (CDS) 5-tahun Indonesia bertahan di level 73bp.
Secara week-over-week, yield curve UST 10-tahun turun sebesar 4bp, CDS 5-tahun Indonesia turun sebesar 5bp, dan Rupiah menguat sebesar 0,25% terhadap US$.
Namun, yield curve SUN 10-tahun (GIDN10YR) mencatatkan mingguan sebesar 14bp.
Peningkatan yield SUN sejalan dengan meningkatnya penyerapan likuiditas melalui SRBI, di mana size penerbitan maupun yield SRBI pada pekan lalu meningkat signifikan.
“Dengan mempertimbangkan faktor-faktor di atas, kami mengantisipasi peningkatan volatilitas untuk harga dan yield Surat Berharga Negara (SBN) berdenominasi Rupiah. Kami memproyeksikan weekly range untuk yield SUN 10-tahun pada periode 1-5 Desember di kisaran 6,13%-6,32%. Berdasarkan valuasi yield curve, kami memperkirakan bahwa obligasi berikut akan menarik bagi para investor: FR0065, FR0100, FR0103, FR0108, FR0075, FR0098, FR0083,” sebut Head of Fixed Income Research BNI Sekuritas, Amir Dalimunthe dalam riset Senin (01/12).

