ANALIS MARKET (17/11/2025): IHSG Diperkirakan Cenderung Tertekan
Pasardana.id – Riset harian FAC Sekuritas menyebutkan, pada perdagangan akhir pekan lalu (14/11), IHSG ditutup melemah -1,56 poin (-0,02%) ke level 8.370,44.
Pelemahan IHSG disebabkan tertekannya saham-saham berkapitalisasi besar, seperti AMMN (-3,65%), BREN (-1,52%), BRMS (-2,99%), MPRO (-7,09%), & IMPC (-5,84%).
Dari sisi industri batu bara, Direktur Jenderal Minerba Kementerian ESDM, Tri Winarno, mengatakan pada Kamis (13/11) bahwa target produksi batu bara nasional pada 2026 kemungkinan berada di bawah level 700 juta ton.
Di saat yang sama, produksi batu bara nasional selama 2025 diproyeksikan hanya mencapai kisaran 750 juta ton (vs. realisasi 2024: 836 juta ton) seiring permintaan yang lebih lemah dari China dan India.
Dari eksternal, investor kini memperkirakan peluang sekitar 50% untuk pemotongan suku bunga The Fed tambahan bulan Desember, atau semakin turun dari 94% di bulan sebelumnya.
Sebagai catatan, sepanjang pekan ini IHSG mengalami pelemahan sebesar -0,29%, seiring tertekannya sektor Healthcare (-1,61%), Financials (-1,12%), dan Consumer Cyclicals (-0,7%).
Sementara itu, Wall Street akhir pekan lalu ditutup variatif, seperti DJIA (-0,65%), S&P 500 (-0,05%), & Nasdaq (+0,13%).
Pada hari Jumat, 16 November 2025, pasar saham AS mengalami pergerakan fluktuatif: meskipun menguat dari penurunan tajam di awal perdagangan, indeks tetap ditutup datar hingga sedikit turun.
Pemulihan didorong oleh investor yang kembali membeli saham teknologi besar seperti Nvidia, Microsoft, Oracle, dan Palantir, yang masing-masing naik 1,1% hingga 2,4%, membalikkan penurunan tajam sebelumnya.
Di sisi lain, saham defensif seperti UnitedHealthcare dan Home Depot tertekan, turun 3,2% dan 1,6% masing-masing.
Kondisi pasar tetap tidak seimbang: sejumlah emiten mencatat rekor harga tertinggi, sedangkan perusahaan lain anjlok ke level terendah tahunan, menunjukkan tekanan dari valuasi AI yang masih tinggi, kebutuhan pendanaan yang besar, dan ekspektasi terhadap pemotongan suku bunga di bulan Desember yang menurun.
Meski berakhirnya krisis pemerintahan mengurangi satu sumber ketidakpastian, penundaan rilis data ekonomi menciptakan ketidakpastian baru, membuat investor kesulitan menilai arah kebijakan The Fed, sehingga volatilitas tetap tinggi saat mereka menyesuaikan posisi menjelang akhir tahun.
“Menyikapi beragam kondisi tersebut diatas, pada perdagangan hari ini, IHSG diperkirakan cenderung tertekan seiring minimnya katalis positif dari dalam negeri. Investor hari ini akan mencermati rilis data Statistik Utang Luar Negeri Indonesia (Sep-25),” sebut analis FAC Sekuritas dalam riset Senin (17/11).

