ANALIS MARKET (14/11/2025): IHSG Diperkirakan Cenderung Tertekan
Pasardana.id – Riset harian FAC Sekuritas menyebutkan, pada perdagangan kemarin (13/11), IHSG ditutup melemah -16,57 poin (-0,20%) ke level 8.372.
Pelemahan IHSG disebabkan adanya koreksi saham-saham berkapitalisasi besar, seperti BBCA (-1,47%), TLKM (-1,69%), BMRI (-1,26%), BBRI (-0,77%), & BRPT (-1,59%).
Dari sisi kebijakan, Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia, mengatakan bahwa pihaknya mempertimbangkan opsi untuk menaikkan porsi domestic market obligation (DMO) menjadi lebih dari 25% dari total produksi.
Kemudian, pemerintah akan memulai uji keselamatan jalan untuk program campuran biodiesel 50% atau B50 pada awal Desember 2025.
Dari ekternal, Presiden Donald Trump pada Rabu (12/11) waktu setempat menandatangani RUU anggaran sementara untuk mengakhiri government shutdown federal AS yang telah berlangsung sejak 1 Oktober 2025.
Sementara itu, Wall Street tadi malam ditutup melemah, seperti DJIA (-1,65%), S&P 500 (-1,65%), & Nasdaq (-2,29%).
Penurunan ini terjadi karena aksi jual luas di sahamsaham terkait kecerdasan buatan (AI), seiring pasar menurunkan peluang kenaikan suku bunga bulan Desember sebesar 25 basis poin menjadi sekitar 50%, turun drastis dari 95% sebulan sebelumnya, karena beberapa petinggi The Fed menyuarakan kewaspadaan terhadap pelonggaran lebih lanjut, terutama di tengah inflasi yang masih tinggi dan data resmi yang belum lengkap akibat shutdown pemerintah.
Saham-saham raksasa seperti Nvidia, Broadcom, Oracle, dan Palantir menjadi pendorong utama penurunan di sektor teknologi, turun 3,6% hingga 6,5% karena investor melakukan pengambilan keuntungan setelah kenaikan sebelumnya.
Kemudian saham Disney anjlok 7,8% setelah hasil kinerja kuartal keempat menunjukkan kinerja yang tidak konsisten: laba melebihi ekspektasi, tetapi pendapatan kalah dari perkiraan, yang memperkuat tren melemahnya sektor komunikasi.
Keseluruhan kondisi ini menandai perubahan dari aksi ambil untung menjadi penurunan pasar yang lebih luas, seiring penyesuaian ekspektasi terhadap suku bunga dan penurunan daya tarik saham pertumbuhan bernilai tinggi yang sebelumnya dihargai terlalu mahal.
“Menyikapi beragam kondisi tersebut diatas, pada perdagangan hari ini, IHSG diperkirakan cenderung tertekan seiring minimnya katalis positif dari dalam negeri,” sebut analis FAC Sekuritas dalam riset Jumat (14/11).

