ANALIS MARKET (03/1/2022) : IHSG Diproyeksi Bergerak Menguat Terbatas

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pada perdagangan hari Kamis, 30/12/2021, IHSG bergerak melemah 19 poin atau -0.29% menjadi 6.581. Sektor Industrials, Energy, Transportation, Finance, Consumer Non Cyclicals, Property, dan Infrastructure bergerak negatif dan mendominasi penurunan IHSG kali ini. Investor asing di seluruh pasar membukukan penjualan bersih 305 miliar rupiah.

“Berdasarkan analisa teknikal, kami melihat saat ini IHSG memiliki peluang bergerak menguat terbatas dan ditradingkan pada 6.561 – 6.621,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Senin (03/1/2021).

Adapun cerita hari ini akan kita awali dari;

1.TAHUN HARAPAN

Selamat tahun baru semuanya, semoga tahun ini jauh menjadi tahun yang lebih baik daripada tahun 2021 yang lalu. Berbicara menjadi lebih baik, tahun 2022 ini merupakan tahun yang kami lebih suka menyebutnya dengan tahun harapan. Harapan akan berakhirnya pandemic, harapan akan pemulihan ekonomi yang lebih baik namun yang terpenting adalah berkelanjutan. Berkelanjutan disini menjadi salah satu kunci yang penting yang bisa kami sampaikan. Pasalnya kalau pemulihan ekonomi tidak berlanjut, maka situasi dan kondisi akan kembali seperti dulu kala, tentu hal ini merupakan sesuatu yang tidak kita inginkan. Lantas bagaimana situasi dan kondisi pada tahun 2022 nanti? Harapannya tentu saja kehadiran Tax Amnesty dan Omnibus Law menjadi kunci pemulihan ekonomi pada tahun depan. Lantas bagaimana dengan risikonya? Variablenya tentu cukup banyak, mulai dari variant Omnicron yang tidak kunjung usai hingga kenaikkan tingkat suku bunga The Fed yang mulai mengalami kenaikkan pada tahun ini dari 2x hingga 4x. Tentu hal ini membuat tingkat suku bunga Bank Indonesia akan bereaksi dengan menaikkan tingkat suku bunga, besarannya bisa sama. Namun juga bisa berbeda. Bisa 1:1 atau 1:2, tergantung sejauh mana pemulihan ekonomi kita saat ini bisa menguatkan fundamental ekonomi kita. Saat ini. Yuk kita bahas satu persatu. Mulai dari OPEC terlebih dahulu ya. OPEC dan sekutunya diproyeksikan akan kembali mendorong kenaikkan produksi pada pertemuan minggu depan, dimana mereka menyakini bahwa pemulihan ekonomi global akan mendorong permintaan minyak. Aliansi dari 23 negara yang dipimpin oleh Arab Saudi dan Rusia kemungkinan akan melanjutkan kenaikkan bulanan sebesar 400.000 barel per hari yang dimana sebelumnya sempat terhenti. Beberapa dari delegasi nasional juga sudah mengatakan beberapa hal yang sama terkait dengan peningkatan produksi yang diharapkan akan berlaku pada bulan February. OPEC dan mitranya melihat bahwa permintaan global akan terus pulih tahun ini, hanya saja akan sedikit lebih kalem karena adanya Omicron. Apalagi seperti yang kita ketahui, pemulihan di wilayah Asia terlihat mendukung hal tersebut, sehingga persediaan minyak mentah berkurang dan mendorong harga minyak mengalami kenaikkan hingga $80 per barel. Pasar bisa saja mengambil lebih banyak pasokan, namun dikhawatirkan hal tersebut justru membuat harga minyak mengalami penurunan kembali. Hal yang harus diperhatikan adalah pergerakan dan eksistensi dari Omicron. Secara consensus, banyak yang memperkirakan bahwa kenaikkan produksi diperkirakan akan disetujui, karena mobilitas di wilayah Asia terus menerus mengalami kenaikkan dari hari ke hari. Menambahkan produksi juga akan membuat risiko inflasi mengalami kenaikkan, namun tentu akan mendorong harga energi menjadi lebih terkendali. Namun demikian, di wilayah China, yang dimana merupakan pengguna minyak terbesar di Asia, telah menunjukkan tanda tanda perlambatan. Hayooo, hal tersebut sudah dituang di dalam research kami kemarin yang membahas mengenai perlambatan ekonomi China ya. Saat ini OPEC juga sudah membuat proyeksi bahwa minyak dunia akan kembali surplus, termasuk didalamnya sudah memperkirakan dibukanya kembali cadangan minyak di Amerika. Kelebihan tersebut akan berkisar 2.6 juta barel per hari pada bulan Maret mendatang. Persediaan saat ini sudah berada pada level terendah dan biasanya sudah terisi pada kuartal pertama. Saat ini stock di negara maju sudah berada di 170 juta barel, dimana level tersebut merupakan yang terendah sejak tahun 2015 – 2019 lalu. Namun kenaikkan 400.000 per barel pun diperkirakan tidak akan mencapai target karena produsen minyak dunia, seperti Angola dan Nigeria juga akan terbatas karena terbatasnya investasi dan operasional yang terganggu. Untuk harga minyak, cukup dulu ya. Yuk, kita lanjut membahas mengenai kawannya Ultron, yaitu Omicron. Saat ini Omicron telah menyebar di seluruh negara bagian di Amerika Serikat. Kasus harian mengalami peningkatan bahkan puncaknya bisa mencapai 1 juta per hari karena secara perhitungan pun sudah mencapai 600.000. Sisi positif yang bisa kita ambil dari sini adalah bahwa rawat inap dan jumlah kematian mengalami peningkatan tapi lambat. Sehingga hal ini membuat Omicron bisa merajalela apabila tidak bisa dikendalikan. Namun hal ini tetap harus dikendalikan, karena apabila tidak dikendalikan ada kemungkinan akan kembali seperti situasi yang sama meskipun kekebalan masih dapat terbukti ampuh untuk melawan Omicron. Efek buruknya adalah jumlah yang bertambah akan membuat paradigma masyarakat menjadi sesuatu yang sangat berbeda, karena akan mulai muncul adanya penundaan konsumsi. Serangan dari Omicron telah mendorong peningkatan kasus Florida menuju 58.013 pada tanggal 29 December, atau meningkat 2x lipat lebih banyak pada kasus sebelum natal. Pada hari Kamis, sekitar 4.000 orang telah dirawat dirumah sakit karena Covid. Tidak hanya itu saja, pembatalan penerbangan masuk dan keluar dari Amerika sudah mencapai 1.900 pada minggu pagi. Sehingga sudah lebih dari 6.500 penerbangan di tunda dan 2.700 penerbangan di batalkan dan terhitung sejak natal hingga hari ini sudah ada 12.000 penerbangan yang dibatalkan. Tapi jangan cemas, hal tersebut bukan hanya dari Omicron, namun juga dari keadaan cuaca yang tidak mendukung penerbangan tersebut dilakukan. Cermati, amati, awasi setiap situasi dan kondisi yang terjadi saat ini. Harapan disebut harapan, karena ada keputusaandisana bukan? Yuk kita perbanyak harapan dan kurangi kecemasan.

2.YUK KITA BISA!

Pergerakan IHSG sepanjang tahun 2021 di tutup tumbuh +10.08% secara YTD. Kenaikan tersebut diiringi dengan aksi beli investor asing sebesar senilai Rp 29.68 triliun secara YTD. Pemulihan ekonomi di sepanjang tahun 2021 menjadi katalis utama penguatan tersebut dimana pertumbuhan GDP terjaga di tren positif dan diikuti oleh surplus neraca perdagangan yang turut mampu menjaga stabilitas rupiah. Pemulihan dari ekonomi mendorong permintaan yang tinggi pada konsumsi energi dan minyak nabati yang tentunya mendorong kinerja ekspor terjaga pada trend positif di sepanjang tahun 2021. Pemerintah mencatatkan realisasi penjualan KUR sepanjang 2021 mencapai Rp278,71 triliun. Capaian tersebut setara dengan 97,79% dari target tahun 2021 yang sebesar Rp 285 triliun. Realisasi KUR pada 2021 telah disalurkan kepada 7,35 juta debitur dengan total outstanding KUR sejak Agustus 2015 sebesar Rp373,35 triliun. Dengan target penyaluran KUR di sektor produksi tahun 2021 yang ditunda penetapannya oleh Komite Kebijakan Pembiayaan bagi UMKM, penyaluran KUR sektor produksi pada tahun 2021 telah mencapai 55,17%. Pada 2022, pemerintah menetapkan plafon KUR sebesar Rp373,17 triliun dengan suku bunga KUR tetap sebesar 6%. Pemerintah memutuskan untuk meningkatkan plafon KUR tahun 2022 dengan pertimbangan pertumbuhan ekonomi perlu terus didorong melalui penguatan pelaku UMKM sebagai pilar perekonomian nasional. Selain itu, pemerintah juga menurunkan subsidi bunga KUR tahun 2022 untuk KUR Super Mikro sebesar 1%, KUR Mikro turun 0,5 %, dan KUR PMI turun 0,5%. Adapun, dalam rangka percepatan pemulihan ekonomi khususnya UMKM, pemerintah menetapkan beberapa perubahan kebijakan KUR, antara lain perubahan plafon KUR Mikro tanpa agunan tambahan yang sebelumnya di atas Rp10 juta s.d. Rp50 juta menjadi di atas Rp10 juta s.d. Rp100 juta, dan perubahan KUR Khusus/Klaster tanpa pembatasan akumulasi plafon KUR untuk sektor produksi, Pemerintah juga menetapkan perubahan kebijakan KUR Penempatan Pekerja Migran Indonesia termasuk penyesuaian plafon KUR Penempatan PMI dari maksimal Rp25 juta menjadi maksimal Rp100 juta, serta perubahan dan perpanjangan relaksasi kebijakan KUR pada masa pandemi Covid-19. Relaksasi kebijakan KUR yang dimaksud di atas terdiri dari KUR kecil tanpa pembatasan akumulasi plafon KUR s.d. 31 Desember 2022, penundaan target sektor produksi s.d. 31 Desember 2022 atau sesuai dengan pertimbangan Komite Kebijakan Pembiayaan bagi UMKM, pemberian insentif lanjutan berupa perpanjangan restrukturisasi KUR, pemberian relaksasi administrasi bagi calon debitur KUR pada masa pandemi Covid-19 berdasarkan penilaian objektif penyalur KUR. Permintaan KUR menunjukkan peningkatan dari rata-rata per bulan sebesar Rp11,7 triliun pada 2019 atau sebelum pandemi Covid-19, menjadi Rp16,5 triliun pada 2020 dan Rp23,7 triliun pada 2021. Tentu ini semua menjadi harapan dimana pertumbuhan kredit di tahun depan dapat lebih baik dibandingkan pada tahun ini. Terlebih saat ini inflasi menjadi hal yang dicermati oleh pemangku kepentingan guna menyesuaikan strategi yang tepat dalam menjaga stabilitas ekonomi dalam negeri.