ANALIS MARKET (04/6/2021) : Pasar Obligasi Berpotensi Menguat Terbatas Cenderung Melemah
Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pasar obligasi masih bertahan di ruang penguatan, meskipun penguatan masih dalam rentang terbatas.
Tapi yang terbatas, hanya berlaku untuk obligasi 5y, 10y, dan 15y. Untuk obligasi 20y, kami melihat penguatan terjadi cukup drastic sebesar 40 bps.
Tapi meskipun demikian, rata rata semua sudah mulai menguji resistensi kembali. Apabila resistensi yang ada saat ini berhasil di lewati, tentu saja sisi positivenya adalah bahwa akan tercipta level baru ditengah situasi dan kondisi antusiasme terkait dengan pemulihan ekonomi. Dan ketika level baru terlewati, tentu saja penguatan akan terjadi berikutnya.
Keinginan The Fed yang mulai mengurangi portfolionya dalam Corporate Bond menjadi perbincangan hangat karena memberikan keyakinan yang lebih besar bagi The Fed untuk mulai mendiskusikan kapan pengurangan pembelian obligasi akan terjadi. Hal ini yang menjadi, mungkin penahan untuk obligasi mulai menguat kembali, apalagi mendekati pertemuan FOMC meetings pada 2 pekan mendatang.
Nah, fokus berikutnya adalah, saat ini ditengah mulai rendahnya imbal hasil SUN, memberikan kesempatan yang lebih besar kepada perusahaan untuk menerbitkan obligasi dengan kupon yang rendah. Tentu ini menjadi salah satu alternative bagi pelaku pasar dan investor untuk dapat melihat corporate bond dengan tingkat resiko yang terukur, untuk dapat mulai masuk menjadi bagian dari portfolio obligasinya.
Lebih lanjut analis Pilarmas menilai, diperdagangan Jumat (04/6) pagi ini, pasar obligasi diperkirakan akan dibuka menguat dengan potensi menguat terbatas cenderung melemah, karena naiknya US Treasury hari ini.
Yuk kita coba buktikan, apakah pasar obligasi akan kembali menguat dan berhasil melewati level resistensinya, ataukah justru berbalik badan mengawali pelemahan.
“Kami merekomendasikan wait and see,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Jumat (04/6/2021).
Adapun cerita di hari Jumat ini akan kita awali dari;
1.BLACKLIST!
Waduh, tiba tiba blacklist. Apa yang di blacklist? Ternyata yang dimaksud adalah bahwa Presiden Joe Biden telah mengubah beberapa larangan perusahaan China yang terafiliasi dengan militer China. Dibawah perintah amendment Biden, Kementrian Keuangan akan kembali membuat daftar perusahaan yang akan menghadapi hukuman secara financial apabila ternyata perusahaan tersebut memiliki koneksi dengan militer China dari sector teknologi maupun yang masih dalam pengawasan. Amendment yang dilakukan oleh Biden akan mengubah kriteria masuknya sebuah daftar sebuah perusahaan ke dalam daftar blacklist, setelah sebelumnya Trump memasukkan perusahaan yang terblacklist tersebut yang memiliki indikasi bahwa perusahaan tersebut dimiliki, dikendalikan, atau ada afiliasi dengan militer dari China. Juru bicara Kementrian Luar Negeri China, Wang Wenbin mengatakan bahwa Amerika harus menghormati hukum dan berusaha untuk memperbaiki kesalahannya. Wang mengatakan bahwa masuknya beberapa entitas tersebut kedalam daftar blacklist telah mengabaikan fakta dan situasi yang nyata dari perusahaan yang terkait hal tersebut, tidak hanya itu saja daftar tersebut juga telah merusak aturan dan ketertiban di pasar normal, serta merugikan hak dan kepentingan hukum perusahaan China dan juga kepentingan investor global termasuk di Amerika. Tentu saja China tidak akan tinggal diam dan akan berusaha untuk mengambil langkah langkah untuk menegakkan kepentingan kepentingan perusahaan China dengan tegas. Namun kami melihat sebetulnya apa yang dilakukan oleh Amerika terhadap China karena kekhawatiran bahwa ternyata China bisa bergerak lebih cepat daripada Amerika, dan seperti yang diproyeksikan, tidak menutup mata bahwa China akan menjadi negara dengan perekonomian 1 dalam kurun waktu 10 – 15 tahun terakhir nanti atau bahkan bisa lebih cepat. Tapi bagi Biden, hubungan antara Amerika dan China juga merupakan sesuatu yang sangat penting, oleh sebab itu kami melihat bahwa usaha Biden memindahkan daftar blacklist tersebut ke dalam Kementrian Keuangan agar perusahaan China sepenuhnya dapat tunduk pada sanksi dari regulasi di pasar modal yang akan membantu pelaku pasar dan investor untuk dapat mempertahankan status quo selama mungkin. Dan setelah melalui seleksi yang ketat, akhirnya Biden resmi menandatangani perusahaan perusahaan yang masuk ke dalam daftar blacklist tersebut. Yang di rilis ada sebanyak 59 perusahaan yang memiliki afiliasi terhadap militer China atau dalam pengawasan. Jumlah ini naik pemirsa, karena sebetulnya dalam pemerintahan Trump, mereka hanya memasukkan 48 perusahaan. Tentu ternyata jumlahnya lebih besar daripada yang kita duga, yang juga ternyata membuat China menjadi murka. Blacklist tersebut akan resmi berlaku pada tanggal 2 August 2021. Investor juga memiliki waktu 1 tahun untuk melakukan divestasi penuh. Naiknya jumlah perusahaan tersebut juga tidak lepas dari perubahan beberapa peraturan yang ada dalam kriteria tersebut. Berikut daftar nama nama tersebut; Telekomunikasi: China Mobile Communications Group Co., China Unicom Ltd. and China Telecommunications Corp. Pertahanan: Aviation Industry Corp. of China, Ltd., Aviation Industry Corp. of China, Ltd. Beberapa perusahaan lainnya termasuk; Hangzhou Hikvision Digital Technology Co., Hangzhou Hikvision Digital Technology Co., Shaanxi Zhongtian Rocket Technology Co.; Inner Mongolia First Machinery Group Co.; Changsha Jingjia Microelectronics Co.; China Avionics Systems Company Ltd.; China Satellite Communications Co., Costar Group Co.; Fujian Torch Electron Technology Co.; and Guizhou Space Appliance Co. Begitu banyak pemirsa yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu tapi ini merupakan beberapa perusahaan terbesar. Dibawah perintah Biden yang terbaru, daftar blacklist ini sudah termasuk dengan anak perusahaan dari perusahaan holding yang di maksudkan.Daftar tersebut nantinya akan di korodinasikan dengan Kementrian Pertahanan. Pentagon juga akan menyimpan daftar nama perusahaan yang terafiliasi dengan China, dan diperkirakan akan merilis daftar tambahannya kembali. Well, meskipun pada akhirnya jumlah yang masuk ke dalam blacklist itu bertambah, tapi pada kenyataannya hal tersebut memang harus dilakukan oleh Amerika. Namun melihat sepak terjang China sejauh ini, meskipun perusahaan China di larang untuk bisa mendapatkan layanan dari Amerika, kami percaya justru hal tersebut membuat mereka semakin menjadi jauh lebih hebat dari yang bisa kita bayangkan. Huawei merupakan salah satu contoh keberhasilan China sekalipun masuk ke dalam daftar blacklist, tapi Huawei berhasil membangun ekosistem milik mereka sendiri yang notebene ini menjadi sebuah keberhasilan bagi ponsel pintar berbasiskan android yang mereka miliki.
2.EKSPEKTASI DAN HARAPAN
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan bahwa konsumsi rumah tangga pada 2022 diproyeksikan dapat tumbuh 5.1% hingga 5.3%. Pertumbuhan konsumsi akan sangat bergantung pada pengendalian dari pandemi. Ia mengatakan apabila vaksinasi berhasil, maka bisa meningkatkan keyakinan masyarakat untuk berbelanja sehingga menggenjot permintaan. Hingga akhir Mei jumlah vaksinasi harian Indonesia sekitar 300.000 dosis. Untuk mencapai kekebalan kelompok atau herd immunity, pemerintah harus bisa mendistribusi 1 juta vaksin dalam sehari, sehingga saat ini upaya vaksinasi dinilai masih jauh dari target pemerintah. Sementara dari sektor investasi, pemerintah memproyeksi akan tumbuh 5,4% sampai 6,9%. Ekspor antara 4,3% sampai 6,8 %, impor 3,6% sampai 7,8%, dan konsumsi pemerintah 3,2% sampai 4,4%. Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi pada 2022 diproyeksi antara 5,2% sampai 5,8%. Masih terdapat beberapa risiko yang dihadapi Indonesia di tengah tren pemulihan ekonomi. Selain dari dalam negeri, pengaruh dari kebijakan moneter dan fiscal eksternal dinilai cukup memberikan pengaruh pada pemulihan ekonomi dalam negeri di tahun depan. Saat ini Inflasi di Amerika Serikat menjadi fokus para pemangku kebijakan dimana penentu kebijakan moneter tahun ini dan tahun depan cukup banyak dipengaruhi dari data tersebut. Selain itu, kami juga melihat risiko lain yang masih harus diwaspadai yaitu pertumbuhan ekonomi di kuartal I/2021 yang masih negatif, progres dari alokasi PEN yang masih rendah dan terus bertambahnya jumlah kasus baru dinilai dapat mempengaruhi kebijakan pada tahun selanjutnya. Penyelesaian pandemi perlu menjadi perhatian utama para pemangku kebijakan dimana pemulihan dari kesehatan nasional berperan penting bagi pemulihan ekonomi secara keseluruhan.

